Liputan6.com, Jakarta - KH Yahya Zainul Maarif (Buya Yahya) mengungkapkan, Nabi Muhammad SAW berniat untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram, atau puasa Tasu'a, namun beliau tidak sempat melaksanakannya karena wafat sebelumnya.
Ini menegaskan pentingnya puasa Asyura sebagai sunnah yang dihormati dalam Islam, menunjukkan penghormatan Nabi Muhammad SAW terhadap sunnah-sunnah yang Allah tetapkan.
Mengutip laman Youtube kanal @BrigadeAswajaOfficial, Buya Yahya mengupas tentang keutamaan puasa Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Menurutnya, puasa ini sangat dianjurkan karena memiliki banyak pahala dan manfaat.
Advertisement
Buya Yahya menjelaskan bahwa puasa Asyura yang paling utama adalah pada tanggal 10 Muharram. Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, “Aku berharap Allah mengampuni dosa setahun yang lalu.”
Ini menunjukkan betapa besar fadhilah yang bisa didapatkan bagi mereka yang melaksanakan puasa pada hari tersebut.
Buya Yahya menegaskan bahwa puasa Asyura adalah sunnah, bukan kewajiban. Oleh karena itu, melaksanakan puasa ini tidaklah makruh, bahkan mendapatkan pahala besar. Tidak ada larangan untuk melakukannya, hanya pahala yang menanti bagi yang melaksanakan.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Keinginan Nabi Muhammad SAW
Untuk mendapatkan pahala tambahan, Buya Yahya menganjurkan untuk juga berpuasa pada tanggal 9 Muharram. Ini dilakukan agar umat Islam berbeda dengan orang Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Buya Yahya mengutip keinginan Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Kalau aku hidup tahun depan, aku akan berpuasa pada tanggal 9.”
Meskipun Nabi tidak sempat melaksanakan puasa pada tanggal 9, niat beliau menunjukkan keutamaan untuk menggabungkan puasa tanggal 9 dan 10.
Buya Yahya menjelaskan bahwa banyak ulama yang menyarankan untuk melaksanakan puasa pada tanggal 9 Muharram sebagai pelengkap untuk menyempurnakan ibadah puasa Asyura. Ini sesuai dengan niat Nabi Muhammad SAW yang ingin berpuasa pada tanggal 9.
Pemilik nama lengkap KH Yahya Zainal Ma'arif juga menyebutkan bahwa meskipun seseorang hanya berpuasa pada tanggal 1 Muharram, mereka tetap mendapatkan pahala.
Namun, untuk mencapai kesempurnaan, sangat dianjurkan untuk mengikuti sunnah dengan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
Advertisement
Tak Hanya Jalani Sunnah, tapi Banyak Manfaat Lainnya
Menurut Buya Yahya, dengan melaksanakan puasa pada tanggal 9 dan 10, seorang Muslim bisa mendapatkan double sunnah. Ini artinya, mereka tidak hanya mengikuti anjuran puasa Asyura, tetapi juga mengikuti sunnah Nabi untuk berbeda dari kaum Yahudi.
Buya Yahya menekankan bahwa puasa Asyura bukan hanya tentang mendapatkan pahala, tetapi juga tentang pengampunan dosa. Melalui puasa ini, dosa setahun yang lalu bisa dihapuskan, memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk memperbaiki diri.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah ini mengingatkan bahwa tidak ada larangan dalam melaksanakan puasa Asyura. Justru, yang ada adalah anjuran dan pahala bagi yang berpuasa. Ini menunjukkan betapa pentingnya puasa ini dalam ajaran Islam.
Buya Yahya menyampaikan bahwa puasa Asyura adalah sunnah yang tidak boleh dilupakan. Meskipun tidak wajib, puasa ini memiliki nilai yang sangat tinggi dalam memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW adalah cara terbaik untuk menjalankan agama Islam dengan benar. Puasa Asyura adalah salah satu contoh nyata dari sunnah yang dianjurkan oleh Nabi," katanya.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk tidak melewatkan puasa Asyura. Dengan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, mereka tidak hanya mengikuti sunnah Nabi, tetapi juga mendapatkan pahala besar dan pengampunan dosa dari Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul