Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak yang penasara, apakah orang yang meninggal bisa melihat aktivitas kita sehari-hari? Demikian banyak pertanyaan umum di benak masyarakat.
KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya, memberikan ceramah yang mendalam mengenai pertanyaan apakah orang yang telah meninggal dunia masih bisa melihat aktivitas kita sehari-hari tersebut.
Menukil YouTube channel @Al Bahjah TV, Buya Yahya memberikan penjelasan mengenai kehidupan setelah kematian dan bagaimana interaksi antara dunia dan alam barzakh.
Advertisement
Buya Yahya memulai dengan menjelaskan bahwa orang yang telah meninggal dunia berada di alam barzakh, yang merupakan alam mutlak dan tidak terikat dengan materi duniawi.
"Orang meninggal dunia itu alamnya alam mutlak, tidak terikat dengan materi," ujarnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata yang Sudah Meninggal Bisa Melihat Kita, Ini Penjelasannya
Alam barzakh adalah tempat di mana jiwa orang yang telah meninggal beristirahat sebelum hari kiamat tiba, dan mereka melihat segala sesuatu dengan perspektif yang berbeda.
Menurut Buya Yahya, meskipun mereka berada di alam yang berbeda, mereka masih bisa melihat gerak-gerik kita.
"Jadi melihat gerak-gerik kita cuman cara pandangnya di alam yang berbeda," jelasnya. Namun, cara pandang mereka tidak sama dengan cara pandang kita yang masih hidup di dunia. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandang akhirat, bukan duniawi.
Buya Yahya menekankan bahwa orang tua yang telah meninggal dunia tidak lagi memandang hubungan-hubungan duniawi seperti hubungan suami istri.
"Jadi bukan mandang anakku hubungan suami istri dengan suaminya atau istrinya," katanya.
Fokus mereka telah beralih dari urusan duniawi ke urusan akhirat, dan mereka lebih memperhatikan amal saleh yang dilakukan oleh anak-anak dan keluarga mereka.
"Amal saleh mengalir kepadanya," tegas Buya Yahya.
Amal saleh yang dilakukan oleh anak-anak dan keluarga akan terus mengalir dan memberi manfaat kepada orang tua yang telah meninggal dunia.
Hal ini menjadi salah satu bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa, di mana setiap amal kebaikan yang kita lakukan di dunia akan menjadi pahala yang berharga bagi orang tua kita di alam barzakh.
Buya Yahya menjelaskan bahwa amal saleh yang dilakukan oleh anak-anak akan menjadi pahala yang terus-menerus mengalir kepada orang tua di alam barzakh.
Advertisement
KH Achmad Chalwani Nawawi Berpendapat Serupa Buya Yahya
Sementara mengutip Nu Online, Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Achmad Chalwani Nawawi, mengatakan bahwa orang yang telah meninggal dapat melihat orang yang masih hidup di dunia.
Sebagai argumentasi ilmiah, Kiai Chalwani mengutip sabda Nabi Muhammad SAW dalam kitab Syarhush Shudūr bi Syarhi Ĥālil Mauta fil Qubūr (Penjelasan Ahwal Kematian di Alam Kubur) karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi (1445-1505/849H - 911H):
Tu’radhu a’mālukum fid dunya, ilā ‘asāirikum wa aqribā-ikum minal amwāti. Fain ra-auhum hasanan, isytabsyarū, fain ra-auhum ghaira hasanin qālu: allāhumma lā tumithum hatta tahdiyahum.
Artinya, Nabi bersabda: "Amal kamu sekalian – orang yang masih hidup – diperlihatkan kepada saudara dan teman-temanmu yang sudah meninggal dunia, termasuk diperlihatkan kepada leluhurmu yang sudah wafat. Ketika yang sudah wafat melihat amal baik yang masih hidup, mereka merasa bahagia di alam kubur.
Tetapi ketika yang wafat melihat amal yang masih hidup tidak baik, mereka merasa sedih di alam kubur. Di tengah-tengah kesedihan, mereka berdoa dan meminta kepada Allah swt: ‘Ya Allah, anak cucuku yang masih hidup di dunia, yang amalnya masih belum baik, jangan Engkau cabut dulu nyawanya jika belum mendapat petunjuk-Mu.’”
“Jadi, orang yang sudah wafat itu dapat mendoakan orang yang masih hidup, asalkan wafatnya membawa amal saleh. Maka Nabi Muhammad, para wali, dan para ulama sampai saat ini masih memperhatikan kita semua,” terang Mursyid Tarekat Qadiriyah/Naqsyabandiyah, Berjan, Purworejo.
Bahkan menurut Kiai Chalwani, Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad (1634-1720 M), pengarang kitab Ratib Haddad, berkata: “ihtimāmul amwāti lil ahyā-i, asyaddu min ihtimāmil ahya-i lil amwāti.” (Perhatian orang yang sudah wafat kepada orang yang masih hidup itu lebih besar daripada perhatian orang yang masih hidup kepada orang yang sudah wafat).
“Maka saya minta, sering-seringlah berziarah kubur, karena yang sudah wafat masih memperhatikan kita semua. Ini kalau tidak mengaji tidak tahu,” pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul