Liputan6.com, Cilacap - Rasa kesal atau jengkel terkadang menyelinap dalam hati kita. Penyebabnya tentu saja bermacam-macam. Boleh jadi karena kelakuan orang lain atau penyebab lainnya yang membuat hati kita kecewa dan jengkel.
Baca Juga
Advertisement
Saat diri kita menghadapi perasaan ini, ulama nyentrik dan kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah yakni KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus baha membeberkan cara mengatasi rasa kesal atau jengkel.
Murid Mbah Moen ini terlebih dahulu mencontohkan beberapa hal yang terkadang membuat hati kita kesal atau jengkel.
“Saya kalau nuruti mangkel, ya mangkel, bahkan dengan santri kita sendiri kadang jengkel,” ujarnya dikutip dari tayangan YouTube Short NgajiGusbaha, Kamis (18/07/2024).
“Saatnya mengaji tidur, saatnya ngaji malah tanya halaman, kadang nuruti jengkel ya jengkel,” ungkap Gus Baha.
Simak Video Pilihan Ini:
Cara Atasi Rasa Jengkel
Gus Baha mengingatkan bahwa rasa jengkel membuat setan senang. Menurutnya jengkel atau mangkel kepada orang lain bukan ajaran Rasulullah SAW, karena ajaran Rasulullah ialah senantiasa memupuk rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama.
“Wah itu kan menjengkelkan, Tapi ketika saya jengkel, setan senang, sekarang ada kiai model baru, kiai benci santrinya. Kan setan senang itu,” tandasnya.
“Itu kan bukan ajarannya Nabi SAW, ajarannya Nabi itu ya bainal mukminin itu al-mawaddah (rasa cinta) dan warahmah (kasih sayang),” sambungnya.
Menurut Gus Baha, cara mengatasi rasa jengkel ini dengan menginsafi bahwa perasaan-perasaan tersebut jikalau muncul pada diri kita berarti secara otomatis membantu setan memenuhi targetnya yakni memisahkan kita dari orang lain dengan cara memupuk rasa benci di antara kita.
“Misalnya saya kesini jengkel sama anda, wah setan itu senang, “sukses saya, bkin Gus Baha jengkel, yang seperti itu kan ajarannya setan, mana ada ajarannya Nabi suruh membenci anda? Perintahnya pasti suruh senang, meskipun harus dipaksakan, senang anda harus dipaksakan,” tandasnya.
“Jadi kalau anda tidak bisa dakwah secara baik, minimal tahu targetnya setan itu at-tafriq (memisahkan), memisahkan antara kita dan memisahkan antara kaum mukmin, memisahkan antara kita dengan umatnya Rasulullah SAW,” sambungnya.
Advertisement
Cara Mengatasi Marah Perspektif Islam
Menukil NU Online, emosi adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Namun terkadang, emosi yang tidak terkontrol akan berdampak buruk untuk kehidupan kita. Dalam Islam, meredam emosi menjadi aspek penting dalam menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna. Untuk itu, Islam memberikan panduan penting terkait bagaimana mengelola emosi dengan bijak.
Pertama, berwudhu. Ketika seseorang tengah marah, dalam salah satu hadits Rasulullah menganjurkan untuk berwudhu. Pasalnya, emosi yang tidak terkendali akan menimbulkan dampak yang buruk. Lebih dari itu, amarah akan menimbulkan dendam kusumat yang bisa berakibat fatal, seperti pembunuhan, kekerasan, dan ujungnya berurusan dengan pihak berwajib. Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Imam Ahmad dan Abu Daud, Nabi bersabda;
اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا يَطْفَاُ بِالْمَاءِ النَّارُ. فَاِذَا غَضَبَ اَحَدُكُمْ فَالْيَتَوَضَاءْ
Artinya: “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan diciptakan dari api sementara api akan padam ketika terkena air. Maka jika diantara kalian ada yang marah maka berwudu’lah."
Kedua, membaca taawwudz. Di tengah emosi yang tak terkendali seorang Muslim dianjurkan untuk mengucapka ‘adzubillahi minas syaithonir rojim. Ucapan ini sebagai upaya memohon pertolongan pada Allah, agar emosi yang hadir dalam hati bisa terkontrol, dan tidak menimbulkan dampak yang lebih besar lagi. Ini sebagaimana dalam hadits yang bersumber dari Imam At-Thabrani,
لَوْ يَقُوْل اَحَدُهُمْ اِذاَ غَضَبَ اَعُوْذُباللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ذَهَبَ عَنْهُ غَيْظُهُ
Artinya; "Jika salah satu mereka sedang marah lalu mengucap auudzu billahi minasy syaitoonir rojiim maka hilanglah marahnya."
Ketiga, berdoa dan mengingat Allah. Ini adalah cara yang sangat penting dalam meredam emosi. Dalam Al-Qur'an, Allah berjanji bahwa orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tenang adalah mereka yang ingat kepada-Nya.
Saat merasakan emosi yang kuat, mengingat Allah melalui dzikir, doa, dan membaca Al-Qur'an dapat membantu menenangkan pikiran dan hati.
يَقُوْلُ اللّٰهُ اِبْن اَدَمَ اُذْكُرْنِی حِيْنَ تَغْضَب اَذْكُرُكَ حِيْنَ اَغْضَب
Artinya; "Allah berfirman: “Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku saat engkau marah, Aku akan mengingatmu saat Aku marah.”
Mengendalikan Diri
Keempat, mengendalikan diri. Mengendalikan diri merupakan keterampilan emosional yang penting untuk menjaga hubungan yang sehat dan produktif dengan orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengambil napas dalam. Ketika Anda merasa marah, hentikan diri sejenak dan ambil napas dalam-dalam. Menghirup dan menghembuskan napas dengan perlahan dapat membantu menenangkan sistem saraf.
Dalam sebuah riwayat Bukhari Muslim, Rasulullah bersabda, tentang pentingnya mengendalikan diri saat marah. Pasalnya, orang melakukan yang demikian termasuk orang yang kuat. Nabi bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya; "Dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Bukanlah orang yang kuat itu karena kekuatan fisik. Sesungguhnya yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya saat marah."
Kelima, membaca doa. Salah satu cara yang dianjurkan Islam untuk mengatasi marah adalah dengan berdoa. Dalam Islam, membaca doa saat marah tidak hanya memberikan jalan untuk mengungkapkan emosi, tetapi juga dapat membantu individu untuk mengendalikan diri, menemukan kedamaian, dan mempererat hubungan spiritualitas dengan Allah.
Adapun doa yang bisa dibaca ketika marah sebagaimana dijelaskan Rasulullah dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim;
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ “
Artinya; "Aku sedang duduk bersama Nabi SAW dan dua orang sedang saling berbicara. Salah satu dari mereka memiliki wajah yang merah dan pipinya membengkak. Kemudian Nabi saw bersabda: 'Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat, jika dia mengucapkannya, semua kesulitan yang dia alami akan lenyap. Kalimat itu adalah: 'A'udhu billahi minash-shaitanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk).' Maka semua kesulitan yang dia alami akan lenyap.”
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement