Sukses

NU Jadi Gunjingan usai 5 Nahdliyin Temui Presiden Israel, Ini Komentar Buya Yahya

Menurut Buya Yahya, wajar jika publik kecewa dengan tindakan lima Nahdliyin tersebut. Namun demikian, Buya Yahya meminta publik harus bisa membedakan antara organisasi NU dengan oknum orang per orang di dalam NU.

Liputan6.com, Jakarta - Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mendapat pertanyaan dari salah satu jemaahnya tentang lima kader Nahdlatul Ulama (NU) yang temui Presiden Israel Isaac Herzog di tengah situasi memanas di Palestina.

“Saya ingin bertanya kepada Buya Yahya tentang lima tokoh muda (NU) yang menemui Presiden Israel. Saya merasa kecewa dengan tindakan yang mereka lakukan karena telah mencederai perjuangan masyarakat Indonesia pada umumnya dan terkhusus masyarakat NU,” kata jemaah itu seperti dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (20/7/2024).

“Walaupun pihak PBNU telah memverifikasi dan meminta maaf, tetap saja hal itu telah mencoreng nama NU. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana kita bersikap ketika ada yang menyudutkan NU karena kelakuan beberapa orang di dalamnya. Apa yang harus dilakukan oleh NU untuk mencegah hal serupa terjadi lagi di masa datang?” tanya dia.

Menurut Buya Yahya, wajar jika publik kecewa dengan tindakan lima Nahdliyin tersebut. Namun demikian, Buya Yahya meminta publik harus bisa membedakan antara organisasi NU dengan oknum orang per orang di dalam NU.

“Kita harus bisa membedakan antara ajaran Islam dan orang muslim yang bermaksiat. Jangan setiap kejadian kemaksiatan orang Islam lalu dinisbatkan kepada Islam,” kata Buya Yahya menganalogikan. 

“Maka, kalau ada orang-orang di dalam NU melakukan suatu yang tidak benar, kita harus cerdas dong jangan langsung kita mengatakan NU nggak benar. Boleh kecewa, tapi kita punya batasan-batasan dong,” lanjutnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Harus Bisa Bedakan Organisasi dan Oknum

Buya Yahya menambahkan, pihak PBNU juga telah mengomentari dan menegur soal pertemuan lima Nahdliyin dengan Presiden Israel. PBNU juga telah mengklarifikasi bahwa mereka tidak mewakili organisasinya. PBNU juga tegas agar mereka mundur atau diberhentikan.

Oleh karenanya, Buya Yahya meminta publik tidak mengolok-olok NU karena perlakukan oknum di dalamnya.

“Ini kesempatan kita untuk membedakan. Makanya bisa saja dalam Islam nanti ada orang-orang buat jahat, tapi jangan langsung dikatakan Islam seperti itu,” katanya. 

“Di dalam NU mungkin ada selain mereka itu orang-orang yang keluar dari jalur NU tapi mengaku NU. Memang tumbuh besar di NU, tapi perilaku mereka jauh dari NU  Kita harus membedakan ini orang per orang, jangan dikatakan itu adalah NU,” tugas Buya Yahya..

Pengasuh Al Bahjah ini mengatakan, NU adalah organisasi Islam besar yang didirikan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Organisasi islam ini membawa misi bukan sekedar mengatur umat bangsa, tapi bagaimana dalam urusan kepada sesama juga urusan kepada Allah. 

“Mbah Hasyim Asy’ari membawa akidah dan keyakinan,” kata Buya Yahya.

“NU adalah organisasi masyarakat yang sangat besar didirikan untuk memperjuangkan manusia agar hidup fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah,” kata Buya Yahya.

3 dari 3 halaman

Pesan Buya Yahya

Terlepas dari pertemuan Nahdliyin dan Presiden Israel di tengah genosida di Palestina, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk lebih peduli terhadap Palestina. 

“Soal Palestina sudah jelas harus kita tolong. Sekedar kami ingatkan. Anda yang merasa membela Palestina, merasa tidak senang dengan apa yang dilakukan lima orang ini, ini di bab lain ya jujur, berapa rupiah yang sudah Anda keluarkan untuk Palestina?” imbuh Buya Yahya.

“Jangan banyak ngomong deh. Sebesar apa bantuan Anda untuk Palestina? Justru kami ingin konsen di sini. Jangan sampai berita ini menjadikan Anda lupa. Palestina, ayo kembali kepada Palestina. Ini bukan masalah agama saja, akan tetapi sudah masuk wilayah kemanusiaan,” kata Buya Yahya.

Adapun pesan Buya Yahya terhadap lima Nahdliyin adalah agar mereka menunjukkan keberpihakannya terhadap Palestina. Bila perlu ia berada di paling depan membela Palestina yang dijajah Israel, bukan sekadar minta maaf.

“Anda sekarang harus di barisan paling depan membela Palestina, baru dianggap penyesalan Anda. Setelah itu, Anda menjadi kekasih Allah. Anda menjadi orang paling depan membela Palestina. Tidak cuma mengatakan saya minta maaf, oh tidak, bahkan Anda pun harus berani melawan orang yang selama ini membela Anda,” tutur Buya Yahya.