Sukses

Bolehkah Sholat Tahajud setelah Adzan Subuh? Ini Batas Waktu Tahajud Kata Buya Yahya

Hukum melaksanakan sholat tahajud adalah sunnah. Waktu pelaksanaannya terbentang setelah Isya hingga menjelang Subuh. Jika kesiangan, bolehkah sholat tahajud setelah adzan Subuh? Simak penjelasan Buya Yahya selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sholat tahajud merupakan kebiasaannya orang-orang sholeh dari zaman dahulu hingga saat ini. Sholat ini termasuk ibadah sunnah yang dilakukan malam hari dan pelaksanaannya sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW.

Orang yang melaksanakan sholat tahajud akan mendapat manfaat dan keutamaan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya.

قال رسول الله  صلى الله عليه وسلم : عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ ‌دَأَبُ ‌الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَد.. قال رسول الله -صلّى الله عليه وسلّم-: «نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ، لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَكَانَ بَعْدُ لَا يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلاً 

Artinya: “Rasulullah Saw bersabda: ‘Hendaknya kalian melakukan sholat malam, karena sholat malam adalah hidangan orang-orang saleh sebelum kalian, dan sesungguhnya sholat shalat malam mendekatkan kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan.” 

Dan Nabi saw bersabda: “Sebagus-bagus lelaki ialah Abdullah, andai saja ia suka shalat di waktu malam.” Salim berkata: “Sejak saat itu ‘Abdullah tidak tidur di waktu malam, kecuali sebentar sekali.” (HR Al-Bukhari).

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bahwa sholat tahajud adalah sholat utama setelah sholat fardhu. “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram. Dan sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam.” (HR. Muslim) 

Kapan sholat tahajud dapat dilakukan dan kapan batas terakhirnya? Simak penjelasan lebih lanjut dari Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya di halaman berikutnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Waktu Sholat Tahajud dan Batasannya

Waktu sholat tahajud dimulai setelah sholat Isya sampai dengan datangnya waktu Subuh. Waktu tahajud dibagi menjadi tiga, yaitu seperempat awal dari waktu Isya sampai jam 10 malam.

Kemudian seperempat kedua dari jam 10 malam sampai jam 1 dini hari, dan seperempat ketiga yang merupakan waktu utama melaksanakan sholat tahajud yakni dari mulai jam 1 dini hari sampai datang waktu Subuh.

Terkait waktu sholat tahajud, seorang jemaah Al Bahjah bertanya Buya Yahya. Bagaimana hukum sholat tahajud yang kesiangan?

“Waktu tahajud terbentang sampai Subuh. Selagi Subuh belum tiba, ibu bisa tahajud. Jam 4 belum Subuh. Di sini (Cirebon) jam 4.30 Subuh-nya. Anda bisa ambil wudhu dan melakukan sholat tahajud sebanyak banyaknya, asalkan sholat itu Anda dahului dengan tidur ya,” jawab Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin (22/7/2024).

Bolehkah sholat tahajud setelah adzan Subuh?

Buya Yahya menjawab, “Kalau sudah adzan Subuh gak ada tahajud lagi. Langsung sholat qobliyah Subuh, lalu sholat Subuh.”

3 dari 4 halaman

Tata Cara dan Niat Sholat Tahajud

Tata cara sholat tahajud tidak berbeda jauh dengan sholat-sholat sunah lainnya, yaitu dua rakaat salam, diawali dengan niat, dan diakhiri dengan salam. Untuk memudahkan, simak tata cara sholat tahajud berikut ini yang dikutip dari NU Online.

1. Mengucapkan niat sholat tahajud 

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى   

Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ. 

Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”   

2. Niat dalam hati bersamaan takbîratul ihrâm, dan seterusnya sampai salam setelah dua rakaat.   

3. Setelah salam atau selesai seluruh sholat kemudian membaca doa sholat tahajud

4 dari 4 halaman

Doa Sholat Tahajud

Berikut doa setelah sholat tahajud yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim.

اَللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاءُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهم لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لآ اِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ   

Allâhumma rabbanâ lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta mâlikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haqq. Wa wa‘dukal haqq. Wa liqâ’uka haqq. Wa qauluka haqq. Wal jannatu haqq. Wan nâru haqq. Wan nabiyyûna haqq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haqq. Was sâ‘atu haqq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.   

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad ﷺ itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” 

Wallahu a’lam.