Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam kalimat istighfar bermakna permohonan ampunan kepada Allah atas kesalahan yang diperbuat. Istighfar menjadi amalan untuk menghapus dosa.
Akan tetapi, tidak semua dosa bisa dihapus dengan istighfar. Ada jenis dosa tertentu yang hanya dapat dihapus oleh amalan selain istighfar.
Advertisement
Baca Juga
Istighfar juga disebutkan dalam Al-Qur’an, surah Al-Anfal ayat 33:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Artinya: "Dan Allah swt, tidak akan mengazab mereka selagi mereka memohon ampunan-Nya."
Sebagian ulama tidak menerangkan dosa seperti apa saja yang tidak dapat dihapus oleh istighfar. Mereka hanya menyebut terdapat amalan utama penebus dosa tersebut. Apakah amalan itu? Berikut ulasannya dikutip dari laman NU Online.
Saksikan Video Pilihan ini:
Keutamaan Menafkahi Keluarga
وقال بعض السلف من الذنوب ذنوب لا يكفرها إلا الغم بالعيال وفيه أثر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال من الذنوب ذنوب لا يكفرها إلا الهم بطلب المعيشة
Artinya: “Sebagian ulama mengatakan, ada jenis dosa yang tidak dapat dihapus kecuali oleh keresahan perihal nafkah keluarga. Perihal ini terdapat hadis Rasulullah saw dari (sahabat Abu Hurairah ra), ‘Dari sekian dosa terdapat jenis dosa yang tidak dapat ditebus kecuali dengan kebimbangan untuk mencari penghidupan (keluarga), (HR At-Thabarani, Abu Nu’aim, dan Al-Khatib),” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz II, halaman 37).
Dari hadis tersebut, kita dapat menarik pengertian bahwa perjuangan dalam mencukupi kebutuhan nafkah keluarga dengan jalan yang halal tentunya memiliki nilai istimewa dalam Islam.
Perjuangan pemenuhan nafkah keluarga ini dapat mengantarkan seseorang ke dalam surga sebagaimana keterangan hadis berikut perihal perjuangan orang tua dalam membesarkan dan mendidik anaknya sampai mereka mandiri.
وقال صلى الله عليه و سلم من كان له ثلاث بنات فأنفق عليهن وأحسن إليهن حتى يغنيهن الله عنه أوجب الله له الجنة ألبتة ألبتة إلا أن يعمل عملا لا يغفر له
Artinya: “Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang memiliki tiga putri, lalu memenuhi nafkah mereka dan memperlakukan mereka dengan baik sehingga Allah menjadikan mereka mandiri terhadap ayahnya, niscaya Allah jadikan surga untuknya sama sekali kecuali ia mengamalkan jenis dosa yang tidak dapat diampuni (seperti syirik),’ (HR Al-Kharaithi).” (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: II/37).
Ibnu Majah, Abu Dawud, At-Tirmidzi dari Abu Said ra, Ahmad, Abu Ya’la, Abus Syekh, Al-Kharaithi dari sahabat Anas ra, dan At-Thabarani dari sahabat Jabir ra meriwayatkan hadits serupa dengan lafal berbeda. (Sayyid Muhammad Az-Zabidi, Kitab Ithafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya’i Ulumiddin, [Beirut, Muassasatut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz V, halaman 315).
Advertisement
Penghapus Dosa dan Jalan Menuju Surga
Rasulullah saw tidak kurang-kurang mengapresiasi dan membesarkan hati umatnya yang berjuang mencari nafkah yang halal untuk anak, istri, dan orang tua yang menjadi tanggungan mereka.
Rasulullah mengerti benar bahwa ikhtiar pemenuhan kehidupan sehari-hari dengan jalan halal di samping mendidik anak-anak membutuhkan upaya keras. Perjuangan mencari nafkah keluarga tidak mudah bagi banyak umatnya. Rasulullah mengabarkan bahwa para pejuang nafkah mendapatkan tempat VVIP di surga kelak.
وروى الديلمى من حديث أبى هريرة إن فى الجنة درجة لا ينالها إلا أصحاب الهموم يعنى في المعيشة
Artinya: “Ad-Dailami meriwayatkan hadis Rasulullah saw dari sahabat Abu Hurairah ra, ‘Di surga terdapat sebuah tingkat yang tidak akan dicapai kecuali orang yang bimbang,’ yakni resah memikirkan penghidupan nafkah keluarga.” (Az-Zabidi, 1994 M/1414 H: V/315).
Pejuang nafkah keluarga jelas mendapat tempat istimewa dalam Islam. Perjuangan nafkah keluarga mulai dari pemenuhan logistik sehari-hari sampai menemani pertumbuhan anak-anak hingga mereka menjadi pribadi yang mandiri merupakan amal ibadah yang sangat mulia sehingga dapat menghapus dosa yang tidak terhapus oleh istighfar. Wallahu a’lam.