Sukses

Syekh Ali Jaber Jelaskan Alasan Beristighfar Setelah Sholat, Apakah Sholat Itu Dosa?

Istighfar setelah sholat bukan karena telah melakukan dosa, ini alasan Syekh Ali Jaber.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang bertanya-tanya mengapa kita dianjurkan untuk beristighfar setelah sholat. Istighfar setelah sholat bukanlah tanda bahwa kita salah dalam menjalankan ibadah, melainkan bentuk pengakuan atas keterbatasan dan kekurangan kita sebagai manusia.

Sholat adalah ibadah yang suci dan penting, dan dengan beristighfar, kita memohon ampunan Allah SWT atas ketidaksempurnaan dalam melaksanakan sholat, baik yang disadari maupun tidak.

Hal ini juga merupakan bentuk rasa syukur dan tawadhu (kerendahan hati) kepada Allah, serta pengingat bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya.

Untuk menjawab persoalan tersebut, Syekh Ali Jaber dalam sebuah ceramahnya yang dikutip tayangan Youtube kanal @Gerbangrezeki menyoroti kebiasaan umat Muslim yang beristighfar setelah menyelesaikan sholat.

"Setelah sholat, kita mengucapkan 'Assalamualaikum warahmatullah', 'Assalamualaikum warahmatullah', lalu diikuti dengan 'Astaghfirullah'. Mengapa kita beristighfar? Apakah kita berbuat dosa?" tanya Syekh Ali Jaber.

Syekh Ali Jaber menegaskan bahwa sholat bukanlah perbuatan dosa, melainkan sebuah kebaikan dan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Nabi Saja Selalu Istighfar

Namun, ia menjelaskan bahwa beristighfar setelah sholat adalah bentuk pengakuan atas kemungkinan adanya kekurangan atau ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan sholat itu sendiri.

"Sholat itu kebaikan, tapi kenapa kita diminta setelah selesai sholat beristighfar? Seandainya ada kekurangan dalam sholat kita, pasti kurang khusyuk, kurang ikhlas, banyak kekurangan dalam sholat kita," jelasnya.

Istighfar, atau permohonan ampun, dilakukan sebagai upaya untuk meminta pengampunan Allah atas kekurangan yang mungkin ada dalam pelaksanaan sholat, seperti kurangnya konsentrasi atau niat yang tidak sepenuhnya ikhlas.

"Ya Allah, mohon diampuni dengan istighfar," lanjutnya, menunjukkan betapa pentingnya menyadari dan mengakui kekurangan dalam ibadah sebagai bagian dari kesadaran spiritual.

Lebih lanjut, Syekh Ali Jaber menekankan bahwa Rasulullah SAW sendiri sering beristighfar, meskipun beliau adalah seorang nabi yang maksum atau terjaga dari dosa.

"Rasulullah SAW, sebagaimana diceritakan, suka beristighfar dalam sehari lebih dari 70 kali," katanya.

3 dari 3 halaman

Berapa Jumlah Istighfar Rasulullah?

Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah beristighfar hingga 100 kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa istighfar adalah amalan yang dianjurkan untuk semua muslim, tidak terkecuali.

Syekh Ali Jaber menjelaskan bahwa istighfar bukan hanya dilakukan karena merasa berdosa, tetapi juga sebagai bentuk penyerahan diri dan pengakuan atas keterbatasan manusia dalam menjalankan perintah Allah dengan sempurna.

"Dengan beristighfar, kita memohon ampunan atas kekurangan yang mungkin kita sadari atau tidak sadari," tambahnya.

Istighfar setelah sholat juga bisa menjadi momen introspeksi, di mana seseorang merenungkan kualitas sholatnya dan berupaya untuk memperbaiki kekurangan di sholat berikutnya.

Syekh Ali Jaber mengingatkan bahwa kesadaran akan kekurangan dan ketidaksempurnaan ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam penutup tayangan video pendek tersebut, Syekh Ali Jaber mengajak umat Muslim untuk menjadikan istighfar sebagai bagian dari rutinitas harian, bukan hanya setelah sholat, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

"Dengan beristighfar, kita membersihkan hati dan jiwa, serta mengingatkan diri kita untuk selalu berusaha menjadi hamba yang lebih baik," tuturnya.

Menurutnya, istighfar adalah bentuk ibadah yang sederhana namun memiliki dampak yang besar dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan seseorang.

"Mari kita jadikan istighfar sebagai jalan untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ridha Allah SWT," tutup Syekh Ali Jaber.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â