Sukses

Top 3 Islami: Gus Baha Sebut Anak Sekarang Generasi Jumud, Apa Itu? Berapa Tarif Mengundang UAH?

Artikel kedua terpopuler yaitu pertanyaan yang membuat Ustadz Adi Hidayat marah, yakni ketika ditanya berapa tarif mengundang UAH

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menyebut anak-anak zaman sekarang sebagai generasi 'jumud'. Lantas, apa yang dimaksud Gus Baha dan kenapa disebut jumud?

Ulasan Gus Baha mengenai generasi jumud ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (26/7/2024).

Artikel kedua terpopuler yaitu pertanyaan yang membuat Ustadz Adi Hidayat marah, yakni ketika ditanya berapa tarif mengundang UAH.

Sementara, artikel ketiga yang juga menyita perhatian pembaca adalah apakah pahala membaca Al-Qur'an melalui ponsel sama dengan melalui mushaf.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Gus Baha Sebut Anak Sekarang Generasi 'Jumud', Apa Itu Gus?

Banyak kalangan menyebut generasi muda saat ini sebagai Generasi Z, yang sering kali berkembang menjadi sebutan Generasi Strawberry karena dianggap rapuh dan mudah menyerah di tengah tantangan.

Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, seorang ulama dan cendekiawan Islam, memiliki pandangan yang berbeda.

Ia menyebut generasi sekarang sebagai generasi "jumuud," yang berarti kurang kreatif dan cenderung stagnan. Menurut Gus Baha, generasi ini lebih banyak berkhayal dan terjebak dalam rutinitas yang tidak produktif, tanpa berusaha mengembangkan potensi diri atau berpikir kreatif.

Gus Baha mengkritik kecenderungan generasi muda yang hanya fokus pada hal-hal yang superfisial dan mengabaikan pengembangan diri yang sejati.

Ia melihat "jumud" sebagai tantangan utama yang harus diatasi oleh generasi saat ini.

Gus Baha dalam sebuah pengajian yang salh satunya diunggah di laman youtbe anal @Berkahsholawat232 mendorong anak-anak muda untuk tidak hanya berkhayal, tetapi juga memiliki visi dan tujuan yang jelas serta berusaha untuk mencapainya.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Berapa Tarif Mengundang Ustadz Adi Hidayat? Jawabannya Mengejutkan

Ketika mengundang ustadz atau mubaligh untuk berceramah, sering kali yang menjadi fokus perhatian adalah pelipur lelah atau bisyaroh yang harus dibayar. Dalam bahasa sederhana, pertanyaan yang muncul adalah, tarif-nya berapa?

Banyak orang berpikir tentang biaya sebagai pertimbangan utama dalam mengundang seorang ustadz atau mubaligh.

Memang, meskipun tujuan utama dalam mengundang ustadz atau mubaligh adalah untuk mendapatkan manfaat dari ceramah atau dakwah mereka, tidak dapat dipungkiri bahwa ada aspek praktis yang perlu dipertimbangkan, seperti biaya transportasi dan kebutuhan lainnya.

Pengorganisasian acara dakwah seringkali melibatkan berbagai pengeluaran, termasuk biaya transportasi, akomodasi, dan kebutuhan logistik untuk memastikan acara berjalan lancar dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa biaya atau bisyaroh bukan hanya sekedar harga untuk jasa, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan dan dukungan terhadap para ustadz atau mubaligh.

Biaya ini membantu mereka untuk melanjutkan tugas dakwah mereka dengan lebih baik, tanpa harus terbebani oleh masalah finansial.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) adalah sosok yang sering diundang untuk dakwah dimana-mana. Tahukah Anda berapa tarif yang harus dipersiapkan untuk mengundang sosok alim yang sering memberikan solusi permasalahan hidup keseharian alam ceramahnya?

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Baca Al-Qur’an Digital di HP Apakah Harus Berwudhu? Ini Kata Habib Novel dan UAS

Di zaman yang serba canggih, banyak sarana yang sangat memudahkan untuk kegiatan kita sehari hari, bahkan dalam hal keagamaan sekalipun.

Zaman sahabat nabi dulu, sebelum Al-Qur’an dibukukan (bentuk mushaf), sebagian sahabat nabi menulis dan membaca Al-Qur’an di pelepah kurma, kulit binatang, bahkan batu.

Seiring perkembangan zaman, membaca Al-Qur’an tidak hanya melalui mushaf. Umat Islam kini bisa membaca Al-Qur’an melalui smartphone atau handphone (HP) dengan cara memasang aplikasi Al-Qur’an digital.

Membaca Al-Qur’an dengan menyentuh mushaf tentu harus berwudhu alias suci dari hadas. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Waqi’ah ayat 79.

"Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan." (Ayat terkait dapat dilihat di sini)

Lantas, bagaimana hukumnya membaca Al-Qur’an digital melalui HP? Apakah hukumnya sama dengan mushaf, dalam arti harus berwudhu?

Soal membaca Al-Qur’an di HP harus berwudhu atau tidak, ditemukan ada dua pendapat. Simak berikut penjelasan pendakwah Habib Novel Alaydrus dan Ustadz Abdul Somad (UAS).

Selengkapnya baca di sini