Liputan6.com, Cilacap - Dzikir untuk mengingat Allah SWT sangat dianjurkan dalam Islam. Secara bahasa Dzikir artinya mengingat Allah SWT.
Dzikir tak harus di tempat ibadah, tapi boleh dilakukan di manapun dan kapanpun, kecuali saat berada di tempat yang memang dilarang untuk berdzikir.
Dzikir tak melulu harus menyebut kalimat thayibah dengan bilangan tertentu. Boleh juga dengan mengingat kebesaran dan banyaknya nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita.
Advertisement
Baca Juga
Pentingnya selalu mengingat Allah SWT sebagai salah satu pengejawantahan dari dzikir itu sendiri disampaikan salah seorang ulama ternama yakni Syekh Ahmad Syihabudin Al-Qulyubi dalam kitab An-Nawadir fi Hikayatis Shalihin wa ‘Aja’ibil Mutaqaddimin.
Dalam kitab ini beliau mengisahkan hamba Allah SWT yang mengalami peristiwa mengerikan sebab cukup lama tidak mengingat Allah SWT. Berikut ini kisahnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Setiap Tetes Keringatnya Merusak Kulitnya
Menukil NU Online, dikisahkan seorang hamba yang bertahun-tahun lamanya tidak pernah lagi berzikir kepada Allah. Hal ini membuat malaikat heran sekaligus geram. Malaikat tersebut kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada Allah.
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya si Fulan sudah sekian lama tidak berzikir kepada-Mu,” kata Malaikat kepada Allah.
Allah kemudian berfirman: “Dia tidak lagi berzikir mengingat-Ku karena larut dalam kenikmatan yang telah Aku berikan padanya. Jika Aku berikan penderitaan niscaya dia akan kembali mengingat-Ku.”
Selanjutnya Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk memberi peringatan pada hamba tersebut dengan cara membuat setiap tetes keringat yang keluar dari badannya menjadi penyakit yang merusak kulitnya. Benar saja, setelah hamba tersebut terbujur sakit dan tidak dapat lagi merasakan kenikmatan duniawi, akhirnya dia kembali ingat pada Allah. “Wahai Tuhanku... Wahai Tuhanku....” keluh hamba tersebut merasakan sakit yang dideritanya. Allah kemudian menjawab:
“Aku mendengar keluhanmu, wahai hamba-Ku. Ke mana saja kamu selama ini?”
Advertisement
Jangan Lalai kepada Allah
Kisah pendek di atas dapat menjadi peringatan bagi para hamba Allah, termasuk kita. Ketika kesenangan melalaikan kita dari zikir kepada Allah, boleh jadi kesedihan dan penderitaan akan datang sebagai teguran untuk kembali mengingat-Nya.
Dzikrullah atau mengingat Allah merupakan perintah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Hal ini sebagaimana firman-Nya yang termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 152:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ
Artinya: “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.”
Menurut Imam Qurthubi, makna dari ayat tersebut adalah: “Ingatlah Aku melalui ketaatan, maka Aku akan mengingatmu dengan memberikan pahala dan ampunan.” Selain itu, Imam Qurthubi juga menyebut bahwa zikir adalah sebuah ketaatan kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, siapa pun yang tidak taat kepada-Nya, maka ia tidak termasuk orang yang berzikir, meskipun mulutnya selalu membaca tasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur'an. (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an [Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2006], jilid II, halaman 459).
Dengan demikian, kisah ini menjadi pelajaran penting agar umat Islam tidak terlena dengan kenikmatan duniawi, karena pada hakikatnya kenikmatan tersebut adalah anugerah dari Allah yang kapan saja dapat diambil kembali oleh-Nya. Mengingat hal tersebut, kita perlu berupaya agar setiap waktu mampu berzikir dan melakukan amal saleh. Wallahu a‘lam.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul