Sukses

Gus Baha Ungkap Level Keimanan Tertinggi, Cara Menerima Qada dan Qadar

Gus Baha mengutip perkataan Mbah Moen, ayah dari Gus Yasin, yang sering menceritakan kepadanya tentang tingkatan iman tertinggi adalah iman kepada qada dan qadar.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kondang asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, membahas tentang pentingnya manusia belajar dari takdir dan keterbatasan mereka.

Mengutip ceramah yang diunggah di kanal YouTube @ngajiGusBaha, ia menekankan bahwa kearifan manusia terletak pada kemampuan untuk mengelola kegagalan dan menerima qada dan qadar, atau ketentuan Allah.

Gus Baha mengutip perkataan Mbah Moen, ayah dari Gus Yasin, yang sering menceritakan kepadanya tentang tingkatan iman tertinggi adalah iman kepada qada dan qadar.

"Iman iku paling duwur iku Iman Qada dan qadar," ungkap Gus Baha, menegaskan bahwa penerimaan terhadap takdir baik dan buruk adalah inti dari keimanan yang sejati.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menekankan bahwa sebagai manusia, kita harus memiliki kesiapan untuk menerima bahwa segala kebaikan dan keburukan sudah digariskan oleh Allah Ta'ala.

"Kita bisa apa sebagai manusia," katanya, menunjukkan bahwa kita memiliki keterbatasan dan tidak dapat mengubah takdir yang telah ditetapkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Makna Menerima Qada dan Qadar kata Gus Baha

Menurut Gus Baha, kemampuan untuk menerima qada dan qadar bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi lebih kepada sikap tawakal setelah berikhtiar.

"Kita tetap harus berusaha, tapi hasil akhirnya adalah kehendak Allah," jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki peran untuk berusaha sebaik mungkin dalam kehidupan, namun harus tetap menyadari bahwa tidak semua hasil sesuai dengan keinginan kita.

Gus Baha juga mengajak umat untuk merenungkan bahwa setiap kegagalan dan kesuksesan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

"Kegagalan itu bukan akhir, tapi bagian dari proses yang harus kita lewati," ungkapnya. Menurutnya, memahami dan menerima kenyataan ini adalah bentuk kebijaksanaan dan kematangan spiritual.

Dalam perspektif Gus Baha, menerima takdir dengan lapang dada adalah salah satu cara untuk mencapai ketenangan jiwa. "Ketika kita bisa menerima apa yang sudah digariskan, hati kita akan lebih tenang," katanya.

Ia menambahkan bahwa ketenangan ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan spiritual di tengah berbagai tantangan hidup.

Ia juga menekankan pentingnya pendidikan spiritual dalam membantu seseorang memahami dan menerima qada dan qadar. "Pendidikan agama yang baik akan membantu kita memahami konsep ini dengan lebih baik," ujar Gus Baha.

Ia menyarankan agar umat terus belajar dan mendalami ilmu agama agar dapat menghadapai hidup dengan lebih bijaksana.

3 dari 3 halaman

Semua Terjadi Karena Allah SWT

Gus Baha mengingatkan bahwa memahami dan menerima qada dan qadar juga berarti mempercayai bahwa Allah selalu memiliki rencana terbaik untuk setiap hamba-Nya.

"Tidak ada yang terjadi tanpa sepengetahuan Allah," tegasnya, mengajak umat untuk mempercayai bahwa setiap peristiwa dalam hidup memiliki hikmah dan pelajaran.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menyoroti pentingnya berdoa dan berserah diri kepada Allah dalam setiap situasi. "Berdoa adalah bentuk pengakuan kita akan kelemahan dan ketergantungan kita kepada Allah," jelasnya. Ia menekankan bahwa doa bukan hanya sekadar permintaan, tetapi juga wujud dari penyerahan diri dan tawakal.

Mengakhiri ceramahnya, Gus Baha mengajak umat untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan, baik dalam kesuksesan maupun kegagalan.

"Syukur itu kunci kebahagiaan," katanya. Menurutnya, dengan bersyukur, seseorang dapat melihat sisi positif dari setiap situasi dan merasakan kedamaian dalam hati.

Gus Baha juga menyarankan agar umat menjadikan penerimaan qada dan qadar sebagai landasan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.

"Ketika kita bisa menerima takdir kita, kita juga akan lebih mudah menerima kekurangan orang lain," katanya. Hal ini, menurutnya, adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan saling memahami.

Pesan Gus Baha ini penting dalam konteks kehidupan modern yang seringkali penuh dengan tekanan dan ekspektasi tinggi. Ia mengingatkan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan sejati bukan hanya diukur dari pencapaian duniawi, tetapi juga dari kedamaian jiwa dan penerimaan terhadap ketetapan Allah.

Ceramah ini memberikan pandangan yang mendalam dan inspiratif tentang bagaimana kita sebagai manusia dapat menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan, menerima segala takdir dengan lapang dada, dan tetap berusaha yang terbaik dalam segala hal. Pesan ini relevan bagi semua orang, terutama mereka yang mencari kedamaian dan ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul