Sukses

Cerita Buya Yahya Dipukul Rotan saat Nyantri di Pondok Pesantren, Salah Apa?

Pengakuan mengejutkan dari Buya Yahya, ia mengaku pernah dipukul pakai rotan saat jadi santri di pesantren.

Liputan6.com, Jakarta - Di beberapa pondok pesantren sejak dahulu, terdapat tradisi penerapan disiplin melalui hukuman fisik bagi santri yang melanggar aturan, salah satunya adalah dipukul dengan rotan.

Hukuman semacam ini sering kali diberlakukan untuk mendisiplinkan dan mengajarkan tanggung jawab atas perilaku mereka.

Bentuk hukuman bisa bervariasi, mulai dari yang ringan seperti teguran atau tugas tambahan, hingga yang lebih berat seperti pemukulan dengan rotan.

KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang akrab disapa Buya Yahya sosok ulama besar Indonesia, baru-baru ini membagikan kisah dalam ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube @buyayahyaofficial.

Dalam video tersebut, Buya Yahya mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami hukuman fisik berupa pukulan rotan saat nyantri di pondok pesantren.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menceritakan pengalamannya dengan penuh keterbukaan. "Saya pernah dipukul rotan saat di pondok pesantren," ungkap Buya Yahya.

Pengakuan ini menimbulkan rasa penasaran dan perhatian di kalangan pengikutnya mengenai pengalaman masa lalunya di lembaga pendidikan agama.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Begini Pengakuan Buya Yahya saat Dipukul Rotan di Pesantren

Buya Yahya menjelaskan bahwa hukuman tersebut merupakan bagian dari disiplin yang diterapkan di pondok pesantren pada waktu itu.

"Hukuman seperti itu adalah bagian dari pendidikan dan pembinaan di pesantren," jelasnya.

Ia menekankan bahwa tujuan dari hukuman tersebut adalah untuk mendidik dan membentuk karakter santri.

Meskipun mengalami hukuman fisik, Buya Yahya menyampaikan bahwa pengalamannya di pondok pesantren sangat berharga dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

"Saya melihat hukuman tersebut sebagai bagian dari proses belajar dan pembelajaran," katanya.

Pengalaman tersebut memberikan perspektif penting tentang cara mendidik dan membina santri di pondok pesantren. Atinya, jika melakukan kesalahan maka wajar mendapatkan hukuman, terlebih di pesantren bertahun-tahun.

Dalam ceramah tersebut, Buya Yahya juga mengingatkan bahwa metode disiplin yang diterapkan di pesantren harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip pendidikan yang baik.

"Penting untuk memastikan bahwa metode disiplin tidak melanggar batas-batas kemanusiaan dan sesuai dengan ajaran agama," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Begini Buya Yahya Memaknai Hukuman

Ia menambahkan bahwa meskipun terdapat metode disiplin yang keras, pesantren tetap berkomitmen untuk mendidik santri dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

Pengakuan Buya Yahya ini memberikan gambaran tentang bagaimana pesantren pada masa lalu menjalankan metode pendidikan dan disiplin. Ini juga menunjukkan bahwa pengalaman pribadi Buya Yahya selama di pesantren berkontribusi pada pemahaman dan pandangannya tentang pendidikan agama.

Dengan penjelasan ini, Buya Yahya memberikan wawasan yang berharga tentang perjalanan hidup dan pengalamannya di pondok pesantren. Ceramah ini menjadi pengingat bahwa setiap pengalaman, baik yang sulit maupun yang menyenangkan, memiliki nilai pembelajaran yang signifikan.

Pengalaman Buya Yahya ini juga menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan dan kesulitan, sikap positif dan reflektif dapat membantu seseorang untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berusaha dan belajar dari setiap pengalaman hidup.

Dengan demikian, ceramah Buya Yahya ini menawarkan pandangan mendalam tentang pendidikan pesantren dan memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana pengalaman masa lalu dapat membentuk karakter dan pandangan seseorang di masa depan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â