Sukses

Top 3 Islami: Golongan Seburuk-buruknya Manusia Menurut Gus Baha, Lupa Rakaat dan Sujud Sahwi Apa Sholatnya Sah?

Ada berbagai penyebab kenapa Gus Baha menyebut orang pelit adalah golongan seburuk-buruknya manusia. Ulasan mengenai hal ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (2/8/2024)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengungkap golongan yang merupakan seburuk-buruk manusia. Golongan tersebut adalah orang pelit.

Ada berbagai penyebab kenapa Gus Baha menyebut orang pelit adalah golongan seburuk-buruknya manusia. Ulasan mengenai hal ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (2/8/2024).

Artikel kedua terpopuler yakni lupa rakaat sholat dan lupa sujud sahwi apakah sholatnya sah, penjelasan Buya Yahya.

Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu level keimanan tertinggi yang menurut Gus Baha adalah bisa menerima takdir (qada dan qadar).

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Inilah Golongan Seburuk-buruk Manusia, Gus Baha: Wajib Didendami

Ulama nyentrik asal Rembang Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menerangkan perihal seburuk-buruk manusia.

Penjelasan Gus Baha sangat penting diketahui agar kita selamat dari gelar seburuk-buruknya manusia.

Sebelum ke inti persoalan, terlebih dahulu Gus Baha mengisahkan penduduk suatu kampung di zaman Nabi Khidir AS yang tersohor sebagai manusia yang pelit

“Kita tahu Nabi Khidir di antara ceritanya ada satu kampung itu pelit, makanya orang pelit itu wajib didendami,” terang Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @alqolbumutayyam89, Kamis (01/08/2024).

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Lupa Rakaat Sholat dan Tidak Sujud Sahwi, Apakah Sholatnya Sah? Ini Kata Buya Yahya

Sholat fardhu merupakan ibadah pokok umat Islam. Dalam sehari muslim melaksanakan sembahyang lima waktu. Jika dihitung rakaatnya, maka dalam sehari ada 17 rakaat sholat yang wajib dilaksanakan setiap muslim.

Dalam praktiknya, sering terjadi keraguan dalam bilangan rakaat sholat. Misalnya, ketika melaksanakan sholat Dzuhur muslim ragu-ragu apakah sudah rakaat keempat atau baru rakaat ketiga.

Jika terjadi kondisi demikian, maka yakini rakaat yang ketiga, kemudian sebelum salam disunnahkan sujud sahwi. Hal ini sebagaimana dalam hadis nabi berikut.

إذا شك أحدكم فلم يدر أصلى ثلاثا أم أربعا فليلق الشك وليبن على اليقين وليسجد سجدتين قبل السلام ، فإن كانت صلاته تامة كانت الركعة ، والسجدتان نافلة له ، وإن كانت ناقصة كانت الركعة تماما للصلاة ، والسجدتان يرغمان أنف الشيطان

Artinya: “Ketika kalian ragu, tidak ingat apakah telah melakukan shalat tiga rakaat atau empat rakaat maka buanglah rasa ragu itu dan lanjutkanlah pada hal yang diyakini (hitungan tiga rakaat) dan hendaklah melakukan sujud dua kali sebelum salam. 

Jika sholat tersebut sempurna maka tambahan satu rakaat dihitung (pahala) baginya dan dua sujud merupakan kesunnahan baginya, jika ternyata shalatnya memang kurang satu, maka tambahan satu rakaat menyempurnakan shalatnya dan dua sujud itu untuk melawan kehendak syaitan.” (HR. Abu Daud)

Sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Jika baru sadar setelah salam dan tidak sujud sahwi, apakah sholatnya tetap sah? Untuk menjawab ini mari simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya berikut.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Gus Baha Ungkap Level Keimanan Tertinggi, Cara Menerima Qada dan Qadar

Ulama kondang asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, membahas tentang pentingnya manusia belajar dari takdir dan keterbatasan mereka.

Mengutip ceramah yang diunggah di kanal YouTube @ngajiGusBaha, ia menekankan bahwa kearifan manusia terletak pada kemampuan untuk mengelola kegagalan dan menerima qada dan qadar, atau ketentuan Allah.

Gus Baha mengutip perkataan Mbah Moen, ayah dari Gus Yasin, yang sering menceritakan kepadanya tentang tingkatan iman tertinggi adalah iman kepada qada dan qadar.

"Iman iku paling duwur iku Iman Qada dan qadar," ungkap Gus Baha, menegaskan bahwa penerimaan terhadap takdir baik dan buruk adalah inti dari keimanan yang sejati.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menekankan bahwa sebagai manusia, kita harus memiliki kesiapan untuk menerima bahwa segala kebaikan dan keburukan sudah digariskan oleh Allah Ta'ala.

"Kita bisa apa sebagai manusia," katanya, menunjukkan bahwa kita memiliki keterbatasan dan tidak dapat mengubah takdir yang telah ditetapkan.

Selengkapnya baca di sini