Sukses

Mau Tahu Modal Usaha Paling Utama agar Berhasil? Simak yang Diungkap Ustadz Adi Hidayat

Modal usaha utama yang diajarkan Ustadz Adi Hidayat, modalnya bukan uang atau materi tapi ini.

Liputan6.com, Jakarta - Umumnya, modal usaha biasanya berbentuk uang atau materi lainnya. Modal finansial dan aset fisik memang esensial dalam membangun dan mengembangkan bisnis.

Namun, sebenarnya modal usaha tidak terbatas pada hal-hal tersebut saja. Ada beberapa bentuk modal yang sering kali diabaikan tetapi sangat berharga dalam dunia usaha.

Misalnya, modal intelektual seperti pengetahuan dan keterampilan, modal sosial seperti jaringan dan koneksi, serta modal psikologis seperti semangat dan ketekunan. Semua jenis modal ini bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap kesuksesan suatu usaha.

Namun bagi Ustadz Adi Hidayat seperti dikutip dalam sebuah tayangan YouTube di kanal @ratnasari_d3wi, ini modal yang pas bagi yang ingin memulai usaha.

"Kalau Anda ingin memulai usaha, sehebat apapun, walaupun ganda modal enggak ada, apapun, hal pertama modal terbaik yang dapat dilakukan adalah berprasangka baiklah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," ujarnya.

Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya memiliki sikap positif dan kepercayaan kepada Allah dalam setiap usaha yang dilakukan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini yang Terjadi Jika Positif Thinking kepada Allah SWT

"Positif thinking kepada Allah, Allah janjikan kepada saya maka saya akan memenuhi apa yang Allah perintahkan," jelasnya. Dengan berprasangka baik, seseorang menunjukkan keyakinan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik sesuai dengan janji-Nya.

"Dan akhirnya Allah memberikan apa yang dijanjikan," tambah Ustadz Adi Hidayat.

Ia menjelaskan bahwa keyakinan dan kepatuhan kepada perintah Allah akan mendatangkan hasil yang sesuai dengan janji-Nya. Ini adalah prinsip dasar dalam memulai dan menjalankan usaha.

Namun, Ustadz Adi juga mengingatkan bahwa jika seseorang tidak memiliki sikap positif terhadap Allah, hasilnya bisa berbeda.

"Tapi kalau belum apa-apa sudah negatif thinking kepada Allah, maka mohon maaf, jangankan rizkinya, maka usaha Anda pun tidak akan maksimal," katanya.

Menurutnya, sikap negatif atau ketidakpercayaan kepada Allah dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Kalau berpikir negatif terhadap Allah, maka hasil usaha akan sangat kurang. Sikap ini dapat menghambat perkembangan dan keberhasilan usaha yang dijalankan.

Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa modal yang paling penting dalam usaha adalah keimanan dan kepercayaan kepada Allah. "Modal utama adalah keimanan dan keyakinan kepada Allah," tegasnya. Dengan modal ini, seseorang akan memiliki dorongan dan motivasi yang kuat dalam menjalankan usaha.

 

3 dari 3 halaman

Hadis tentang Prasangka Baik

Menukil, muslim.or.id, orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah Ta’ala adalah orang yang jauh dari hati yang lalai. Hati yang lalai yakni hati yang selalu berprasangka buruk terhadap Allah atas segala cobaan yang sedang dihadapi.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiga hari sebelum wafat bersabda,

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

‘Janganlah salah satu di antara kalian meninggal dunia, kecuali dia berprasangka baik kepada Allah.’” (HR. Muslim no. 2877)

Energi positif yang akan diperoleh oleh orang yang berprasangka baik kepada Allah adalah bahwa ia akan mendapatkan apapun yang ia inginkan melalui doa-doa yang ia panjatkan kepada Rabbnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ادعُوا اللهَ وأنتم مُوقِنُون بالإجابةِ واعلَموا أنَّ اللهَ لا يَستَجيبُ دُعاءً مِن قلبٍ غافِلٍ لاهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan! Dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”. (HR. at-Tirmidzi no. 3479)

Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala, selain doa.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829)

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul