Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi kembali mengguncang Jepang, Kamis (8/8/2024). Gempa berkekuatan M7,1 itu mengguncang provinsi Miyazaki di barat daya pulau Honshu, memicu peringatan tsunami dan menyebabkan kerusakan di berbagai tempat.
Gempa Jepang ini terjadi sekitar pukul 07:42 GMT, dan otoritas setempat segera mengeluarkan peringatan tsunami untuk provinsi Kochi, Miyazaki, Ehime, Oita, dan Kagoshima. Awalnya, USGS melaporkan gempa berkekuatan 6,9 sebelum merevisinya menjadi 7,1.
Umumnya, ketika terjadi gempa besar, pertanyaan yang kerap muncul adalah, apakah gempa merupakan siksa atau hukuman dari Allah SWT?
Advertisement
Di sisi lain, dalam Islam, bencana alam seperti gempa bumi bisa dianggap sebagai salah satu bentuk ujian dari Allah, yang bertujuan untuk menguji ketakwaan dan kesabaran manusia.
Ujian ini mengingatkan umat agar senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama dan memperbanyak amal kebaikan. Selain itu, bencana juga bisa menjadi pengingat bagi manusia untuk lebih introspeksi, menyadari kesalahan dan dosa-dosa mereka, serta segera bertaubat dan memperbaiki diri.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Penjelasan dari Al-Quran
Mengutip Mui.or.id, jika merujuk pada Al-Qur'an dan hadis, alih-alih berdebat apakah gempa bumi itu siksa atau ujian, justru kita akan mendapati banyak sekali hikmah, pesan bijak di balik terjadinya gempa bumi.
Salah satu ayat Al-Qur'an yang mengisahkan gempa bumi adalah surat Al Araf ayat 155. Ayat tersebut menceritakan bagaimana gempa bumi menimpa Nabi Musa dan pengikutnya. Allah SWT berfirman:
وَاخْتَارَ مُوْسٰى قَوْمَهٗ سَبْعِيْنَ رَجُلًا لِّمِيْقَاتِنَا ۚفَلَمَّآ اَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَكْتَهُمْ مِّنْ قَبْلُ وَاِيَّايَۗ اَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاۤءُ مِنَّاۚ اِنْ هِيَ اِلَّا فِتْنَتُكَۗ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاۤءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَاۤءُۗ اَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الْغٰفِرِيْنَ
“Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon tobat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? (Gempa bumi) itu hanyalah cobaan dari-Mu. Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan cobaan itu dan Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun.” (QS Al Araf ayat 155).
Muhammad Rasyid Ridla, murid dari Muhammad Abduh, tokoh pembaru Islam terkemuka asal Mesir, menafsirkan kata “fitnah” pada potongan ayat di atas sebagai ujian. Rasyid Ridla bahkan menerangkan asal mula kata fitnah.
Menurutnya fitnah adalah proses pemurnian, pembersihan jiwa. Sama dengan ungkapan orang Arab terhadap proses pemurnian logam mulia, orang Arab mengungkapkannya dengan dinarun maftuun (dinar yang dimurnikan).
Artikel Terkait Periodisasi Penafsiran Al-Qur'an dari Masa ke MasaMeski pada prosesnya, pemurnian logam mulia tadi dibakar dengan api yang sangat panas. Jadi, gempa yang menimpa orang beriman itu merupakan cobaan dari Allah SWT serta kasih sayang-Nya untuk “memurnikan” dan “membersihkan” noda-noda tak kasat mata yang mengotori jiwa agar manusia menjadi pribadi yang lebih baik. Walau pada prosesnya mengundang banyak rasa sakit. (Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir al-Manar, juz 9 hlm 189-190)
Advertisement
Maksud dari Ujian
Nabi Muhammad SAW seperti diriwayatkan Imam al-Bukhari, bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Orang yang dikehendaki Allah menjadi pribadi yang lebih baik, Allah akan mengujinya terlebih dahulu.” (HR al-Bukhari no 5645)
Perlu diperhatikan, ujian dalam bentuk bencana alam seperti gempa bumi, tidak hanya ditujukan bagi masyarakat yang terdampak. Namun, ujian juga berlaku bagi mereka yang tidak terdampak.
Mampukah masyarakat sekitar yang tidak terdampak gempa menyisihkan hartanya demi mereka yang terdampak bencana?Lalu, perlu diketahui, bahwa Allah SWT tidak akan menghancurkan kelompok masyarakat tertentu hanya karena membangkang terhadap Allah. Hancurnya tatanan masyarakat adalah imbas dari perilaku buruk terhadap manusia lain atau alam. Firman Allah SWT:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ
“Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya berbuat kebaikan.” (QS Hud ayat 117)
Fakhruddin al-Razy menafsirkan ayat di atas dengan tafsir yang menakjubkan. Menurutnya Allah SWT tidak akan memporak-porandakan masyarakat “hanya” karena menyekutukan Allah, dengan syarat mereka berperilaku (bermuamalah) dengan baik terhadap sesama (manusia dan alam). Sebab itu, sungguh azab Allah SWT yang menghancurkan tidak akan turun hanya karena masyarakatnya berkeyakinan musyrik dan kafir.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul