Sukses

Karomah Luar Biasa Menantu Nabi Muhammad yang Jarang Diketahui

Kisah Usman bin Affan, sang khalifah yang memiliki banyak keistimewaan.

Liputan6.com, Jakarta - Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat terkemuka dalam sejarah Islam, dikenal karena banyak keistimewaannya. Usman bin Affan juga merupakan salah satu menantu Nabi Muhammad SAW.

Sebagai khalifah ketiga, beliau juga memainkan peran penting dalam pengembangan awal Muslim.

Usman dikenal karena kedermawanannya, seringkali mendermakan harta untuk kepentingan umat, termasuk membeli sumur dan membagikannya kepada masyarakat.

Keberaniannya dalam membela ajaran Islam dan kontribusinya dalam penyusunan mushaf Al-Qur'an yang resmi juga menjadi salah satu warisan pentingnya.

Selain itu, Utsman bin Affan dikenal karena akhlak dan kesederhanaannya. Beliau dikenal sebagai pribadi yang sangat menjaga adab dan kesantunan, serta memiliki komitmen yang mendalam terhadap prinsip-prinsip Islam.

Dalam perannya sebagai khalifah, beliau berusaha untuk menerapkan prinsip keadilan dan memajukan kesejahteraan masyarakat Muslim.

Keberanian dan ketulusan beliau dalam melaksanakan tanggung jawab, serta kontribusinya yang besar dalam penyebaran ajaran Islam, menjadikannya sebagai salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah Islam.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Sahabat Utsman Dapat Julukan Dzu an-Nurain

Mengutip Bincangsyariah.com, Imam Nawawi menjelaskan dalam Tahszib al-Ama’ wa al-Lughat, nama lengkap sahabat Usman adalah Usman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai al-Qurasy al-Umawy.

Usman adalah khalifah ke tiga dan berjuluk Dzu an-Nurain dikarenakan pernah menikahi dua putri Rasulullah SAW, yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Selain itu, dia adalah salah satu sahabat yang dahulu memeluk Islam dan salah satu dari sepuluh orang yang diberitakan akan masuk surga. Usman meninggal sebagai syahid pada bulan Dzuljijjah setelah Hari Raya Ied tahun ke-35 H. Masa kekhalifahannya berlangsung selama dua belas tahun, dan meninggal dalam usia delapan puluh tahun.

Usman adalah sahabat yang memiliki banyak keistimewaan, salah satunya diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahîhnya: Suatu hari Nabi menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Usman, tiba-tiba terjadi gempa. Nabi kemudian bersabda: “Diamlah wahai Uhud –sambil menghentakkan kaki beliau– tiada yang berada di atasmu ini kecuali Nabi, orang yang Shiddiq dan dua orang Syahid (Umar dan Usman)”. (Baca: 5 Karamah Sahabat Abu Bakar al-Shiddiq)

Imam Bukhari juga meriwayatkan hadis dari Abu Musa, suatu hari Nabi SAW memasuki kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun. Setelah itu datanglah seorang laki-laki meminta izin untuk memasuki kebun, Nabi lalu bersabda, “Berilah dia izin dan beritakan padanya, dia adalah ahli surga.” Ketika pintu dibuka, laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Kemudian datang lagi laki-laki lain meminta izin untuk masuk, Nabi bersabda, “Berilah dia izin, dan beritakan padanya bahwa ia adalah ahli surga.”

Ketika pintu dibuka, laki-laki tersebut adalah Umar. Lalu datang lagi laki-laki lain minta izin masuk, Nabi lalu terdiam sejenak dan bersabda, “Berilah dia izin dan beritakan bahwa dia adalah ahli surga atas musibah yang menimpanya.” Ketika dibuka, laki-laki tersebut adalah Usman bin Affan.

3 dari 4 halaman

5 Karomah Sahabat Usman bin Affan

Semasa hidupnya Usman memiliki beberapa karomah, berikut adalah lima karamah sahabat Usman:

Imam Fahruddin Ar-Râzi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib atau Tafsir Ar-Razi mengisahkan tiga karamah Usman, yaitu:

Pertama, diriwayatkan oleh sahabat Anas, suatu hari aku melalui jalan dan aku mengangkat pandanganku untuk melihat seorang wanita, setelah itu aku memasuki majelis sahabat Usman, tiba-tiba Usman berkata, “Apa yang aku lihat dari kalian, kalian masuk menemuai diriku sementara atsar (dampak) dari perbuatan zina terlihat pada diri kalian.”.

Anas lalu berkata: “Apakah wahyu masih diturunkan setelah Rasulullah SAW.” Usman menjawab: “Bukan wahyu, tetapi firasat yang benar.”

Inilah karomah Usman yang mampu melihat satu titik noda yang menempel dan mengotori hati disebabkan memandang wanita yang tidak halal dipandang.

Kedua, ketika Usman ditusuk oleh pedang para pemberontak, darah yang pertama menetes jatuh di atas mushaf tepat pada firman Allah:

فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S Al-Baqrah [02] : 137.)

 

 

4 dari 4 halaman

Doanya Mustajab

Ketiga, Jahjahan Al-Ghifari merampas tongkat sahabat Usman dari tangannya, kemudian tongkat itu dipatahkan dengan caara dipukulkan pada betis kakinya. Akibat perbuatannya, betis Jahjahan terjangkit penyakit akalah (sejenis penyakit prurigo atau penyakit kulit kronis), bahkan ada yang meriwayatkan, betis Jahjahan sampai mengeluarkan belatung.

Selain karamah di atas, karamah sahabat Usman juga dikisahkan dalam kitab Ar-Riyadh an-Nadhrah fi Manaqib al-Asyrah karya Muhib Ath-Thabari sebagai berikut:

Keempat, diriwayatkan dari Abi Qilâbah, aku sedang bersama teman-temanku di Syam, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang berteriak, “Kecelakaannya adalah api.”. Ternyata yang berteriak itu adalah seorang pria yang kedua tangan dan kakinya buntung, dan kedua matanya buta, sambil menundukkan muka. Aku kemudian bertanya tentang keadaannya.

Ia pun menjawab, “Aku adalah salah seorang yang memasuki rumah Usman, ketika aku sudah dekat dengannya, istrinya tiba-tiba berteriak, aku pun memukulnya. Usman kemudian murka, “Apa yang engkau lakukan, semoga Allah memutus kedua tangan dan kakimu, membutakan kedua matamu, dan memasukkanmu ke dalam api.”

Mendengar itu aku langsung gemetar sangat takut, aku bergegas keluar rumah Usman dengan berlari. Inilah nasibku sekarang seperti yang engkau lihat, semua doa Usman telah menimpa diriku kecuali doa yang terakhir, yaitu terbakar dalam api. Aku kemudian berkata pada pria itu: “Menjauhlah dan binasalah.”

Kelima, diriwayatkan dari imam Malik, suatu hari sahabat Usman melewati kebun Kaukab (kebun milik Kaukab dekat pekuburan Baqi’ yang telah dibeli Usman dan kemudian menjadi lokasi perluasan Baqi’), dia kemudian berkata, “Di tempat ini akan dimakamkan seorang yang saleh.” Benar saja, Usman adalah orang yang pertama kali dimakamkan di tempat itu.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul