Sukses

Ternyata Bisa jadi Wali Jalur Makan Minum, Simak Penjelasan Gus Baha

Inilah rahasia di balik makan dan minum, bahkan kalau ingin jadi wali pun gampang kata Gus baha

Liputan6.com, Jakarta - Pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan dasar seperti makan dan minum. Ini bukan hanya soal fisik, tapi juga mencerminkan kedalaman makna spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Al-Qur’an, tepatnya di surat al-A’raf ayat 31, Allah berfirman, “Makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan.”

Ayat ini, menurut tafsir Ibnu Abbas yang dikutip oleh Imam Bukhari, mengajarkan bahwa kita boleh menikmati apa yang ada, asalkan kita menghindari dua hal: kesombongan dan berlebih-lebihan.

Pesan ini kemudian diangkat oleh Gus Baha dalam salah satu kajian yang disampaikan di kanal YouTube @ngajiGusBaha. Ia menceritakan sebuah pengalaman ketika ditanya oleh seorang dosen tentang relevansi ayat Al-Qur’an yang membahas makan dan minum.

Dosen tersebut mempertanyakan, apakah ayat yang membahas tentang kebutuhan dasar ini benar-benar menunjukkan kualitas Al-Qur’an yang tinggi? Bukankah manusia tetap akan makan dan minum meskipun Al-Qur’an tidak menyebutkannya?

Gus Baha kemudian menjawab dengan bijak bahwa, "Justru hal yang sangat penting seperti makan dan minum itulah yang diatur dalam al-Qur’an. Kalau manusia tidak rapat atau seminar, mereka tidak akan mati. Tetapi kalau tidak makan dan minum, pasti mati. Mana yang lebih penting?" Pertanyaan retoris ini menekankan bahwa sering kali kita meremehkan hal-hal yang mendasar dan sangat vital dalam kehidupan.

Dalam penjelasannya, Gus Baha menekankan betapa seriusnya peran makan dan minum dalam menjaga nyawa. Namun, karena hal ini dianggap biasa, banyak orang yang lupa akan pentingnya bersyukur.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Bagini Kalau Ingin Allah SWT Ridha

Ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa Allah sangat ridha kepada hamba yang makan satu suap saja dan kemudian memuji-Nya.

Menurut Gus Baha, ini adalah peluang sederhana untuk menjadi wali Allah, tetapi banyak orang mengabaikannya karena mereka menunggu syarat yang lebih besar, seperti memiliki barang mewah, untuk bersyukur.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa seharusnya rasa syukur itu tidak memerlukan syarat yang sulit atau mewah. Ia memberikan contoh dengan mengutip sebuah dialog antara seorang raja dan seorang wali.

Ketika raja ditanya apakah ia rela menukar kerajaannya dengan seteguk air jika berada di padang pasir, raja tersebut dengan tegas menjawab bahwa ia akan rela menukar apapun demi menyelamatkan nyawanya.

Dari sini, Gus Baha menyimpulkan bahwa nilai kekuasaan atau harta benda tidak lebih penting daripada seteguk air yang bisa menyelamatkan hidup.

Lalu, Gus Baha menyampaikan bahwa ajaran Islam yang mengatur makan dan minum ini menunjukkan betapa luar biasanya kualitas Al-Qur’an.

"Makan dan minum itu luar biasa," katanya, menekankan bahwa tindakan yang sederhana ini adalah bagian dari proses spiritual menjadi wali Allah.

3 dari 3 halaman

Ini Kunci Mencapai Kedudukan Tinggi

Ia juga menambahkan bahwa para kiai selalu menyambut tamu dengan makan, dan ini menjadi bagian dari tradisi yang sarat makna spiritual.

Pesan yang disampaikan Gus Baha ini sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengingatkan bahwa sering kali kita lupa untuk bersyukur atas nikmat yang sederhana, seperti makanan yang kita santap setiap hari.

Padahal, di situlah terletak peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi hamba yang diridhai-Nya.

Selain itu, Gus Baha juga menekankan bahwa kesederhanaan dalam bersyukur adalah kunci untuk mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah.

Tidak perlu menunggu kekayaan atau kesuksesan besar untuk bersyukur, cukup dengan menghargai nikmat kecil yang kita terima setiap hari. Dengan bersyukur atas hal-hal kecil, kita dapat merasakan kedamaian batin dan kebahagiaan sejati.

Dalam pandangan Gus Baha, orang yang bersyukur atas nikmat sederhana, seperti makanan dan minuman, sebenarnya telah menjalani kehidupan yang berkualitas.

Ia menekankan bahwa kualitas kehidupan tidak diukur dari seberapa banyak harta atau kekuasaan yang dimiliki, tetapi dari seberapa tulus seseorang bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Dengan demikian, kita diajak untuk selalu menghargai setiap nikmat yang kita terima, sekecil apapun itu.

Terakhir, Gus Baha menutup pesannya dengan humor yang ringan namun penuh makna. Ia menyatakan bahwa setiap kali makan, ia menganggapnya sebagai proses mendekatkan diri kepada Allah.

Ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak momen yang bisa kita gunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, asalkan kita melakukannya dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.

Melalui pesan ini, Gus Baha mengajak kita untuk merenungkan kembali nilai-nilai dasar dalam kehidupan dan pentingnya bersyukur. Makan dan minum mungkin tampak sepele, tetapi di balik itu ada pelajaran besar tentang kehidupan dan spiritualitas yang perlu kita pahami dan jalani.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul