Sukses

Mundur dari Golkar, Ini Kisah Perjalanan Mualaf Jusuf Hamka Anak Angkat Buya Hamka

Setelah ditelisik, ternyata Jusuf Hamka adalah seorang mualaf. Dalam YouTube Helmy Yahya Bicara, ia mengungkapkan perjalanan masuk Islam-nya. Simak kisah selengkapnya di halaman selanjutnya.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang juga politikus, Jusuf Hamka memutuskan mundur dari Partai Golongan Karya (Golkar). Hal ini disampaikan langsung oleh putra angkat Buya Hamka itu kepada media.

"Betul, saya mundur semua dari kegiatan Partai Golkar," katanya pada Ahad (11/8/2024), dikutip dari kanal News Liputan6.com.

Surat pengunduran diri dari partai berlambang pohon beringin itu diserahkan Jusuf kepada Sekjen Partai Golkar pada Senin, (12/8/2024).

"Saya baru menyatakan ini karena teman-teman nanya. Besok saya akan resmi (mengundurkan diri) saya akan cari Pak Sekjen (Golkar) untuk mengundurkan diri resmi,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Babah Alun ini menyebut alasan mundur dari Partai Golkar karena empat faktor. Pertama dan kedua adalah faktor keluarga.

“Ketiga, istri saya bilang sudah tua kita mau jalan-jalan aja happy-happy dan keempat anak-anak saya bilang, buat masjid seribu itu seluruh provinsi paling tidak 38 provisi ada Masjid Babah Alun,” tuturnya.

Terlepas dari kabar Jusuf Hamka mundur dari Golkar, dia adalah pengusaha muslim yang termasuk sukses. Babah Alun juga kerap membangun masjid di berbagai tempat. 

Setelah ditelisik, ternyata pria kelahiran Jakarta ini adalah seorang mualaf. Dalam YouTube Helmy Yahya Bicara, ia mengungkapkan perjalanan masuk Islam-nya. Simak kisah selengkapnya di halaman selanjutnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 5 halaman

Awal Mula Babah Alun Tertarik dengan Islam

Mohammad Jusuf Hamka lahir 5 Desember 1957 di Jakarta dengan nama Alun Joseph. Ia baru mualaf alias masuk Islam pada 1981. Pengucapan dua kalimat syahadat keturunan Tionghoa ini dibimbing langsung oleh ulama kharismatik H. Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab disapa Buya Hamka.

Jusuf Hamka bercerita, meskipun dia lahir dan dibesarkan di keluarga Tionghoa, tapi ia bergaul dengan orang-orang Islam. Mayoritas teman-temannya adalah muslim dan sering melaksanakan sholat.

“Islam ini telah membentuk karakter saya dari muda sebenarnya, karena teman-teman saya Islam semua,” kata Jusuf yang kini dikenal sebagai bos jalan tol, dikutip Senin (12/8/2024)..

Ketertarikan pada Islam tidak terlepas karena toleransinya yang tinggi. Suatu hari ibunya sedang sakit yang nyaris stroke. Di depan rumahnya ada masjid yang mengumandangkan adzannya menggunakan pengeras suara.

“Saya waktu itu kan banyak teman teman muslim. Walau saya belum muslim saya berinteraksi. Saya bicara dengan pengurus masjidnya. Saya bilang, ‘Pak kiai ibu saya sakit, ibu saya suka kebangun malem kalau dengar suara adzan.  Boleh gak bantu saya tiga hari dikecilin sampai ibu saya sembuh atau nanti kami cari tempat saudara kami pindahin’,” cerita Jusuf.

Pengurus masjid itu bilang, “Alun, kamu gak usah khawatir. Kita gak pake speaker luar, speaker dalam aja. Kamu minta tiga hari? Saya kasih seminggu,”.

Seminggu kemudian ibu Jusuf sembuh dan tidak jadi terkena stroke. Hal ini tidak terlepas dari peran pengurus masjid yang mematikan pengeras suara luarnya atas permintaan Jusuf.

“Nah di situ saya lihat toleransi umat Islam luar biasa. Ini salah satu yang bawa saya masuk Islam sebenarnya,” ungkap pria yang disapa Babah Alun ini.

3 dari 5 halaman

Bertemu dengan Buya Hamka

Pada 1981 saat usia Jusuf 23 menuju 24 tahun, ia sempat melihat majalah yang memberitakan ada orang masuk Islam di Masjid Al-Azhar. Ia kemudian datang dan bertemu dengan Sekretaris Masjid Al-Azhar, Ustadz Zaini.

“Terus saya dibawa. Dibawa ketemu Buya Hamka, orang besar, orang hebat,” katanya.

Niat masuk Islam sudah ada, tapi Jusuf ingin belajar dulu sebelum mengucap dua kalimat syahadat. Namun, penjelasan Buya Hamka membuat dirinya mualaf saat itu juga.

“Kalau kamu pulang, kamu belum muslim padahal kamu niat masuk Islam, kamu kenapa-kenapa misal kecelakaan (lalu) meninggal sebagai kafir atau nonmuslim, dosanya di buya,” kata Buya Hamka.

“Oke deh saya masuk Islam. Bismillah. Akhirnya baca dua kalimat syahadat. Sah,” ujar Jusuf.

4 dari 5 halaman

Jadi Anak Angkat Buya Hamka

Tiga bulan kemudian ia dipanggil Buya Hamka. Sore-sore ia ke rumah Buya Hamka untuk menghadiri acara syukuran pada malam harinya. Ada sekitar 300-400 jemaah yang menghadiri syukuran Buya Hamka di aula Masjid Al-Azhar. 

Siapa sangka, ternyata pada kesempatan itu ia diangkat sebagai anak angkat Buya Hamka. Ia juga diberi nama “Hamka” di belakang namanya, yakni Mohammad Jusuf Hamka. Ia juga mendapat cincin blue sapphire dari Buya Hamka.

“'Engkau aku angkat engkau sebagai anak ideologisku dan kuberikan nama Hamka. Tapi Kau punya tugas. Tugasmu membawa saudara-saudara teman Tionghoa bawa ke agama leluhur mereka, yaitu Islam. Selanjutnya Kau harus mengharumkan nama Islam,” kata Buya Hamka.

“Saya nggak bisa ngaji,” timpalnya.

Buya Hamka bilang, “Mengharumkan nama Islam kan bukan berarti kau bisa ayat-ayat. Dengan caramu bagaimana kau mengharumkan islam.” 

Alhamdulillah sekarang mengharumkan nama Islam dengan membuat nasi kuning, bikin masjid, itu Lillahi ta'ala,” ucap Jusuf di hadapan Helmy Yahya.

5 dari 5 halaman

Tidak Memaksa Anggota Keluarganya Masuk Islam

Sejak menjadi seorang muslim, Jusuf Hamka tidak pernah memaksa istri dan anaknya masuk Islam. Bahkan, dengan keluarga yang berbeda agama dia bisa saling toleransi.

Seiring waktu, istri dan anaknya masuk Islam karena keinginannya sendiri.

"Anak tiga tadinya semua nonmuslim, ikut istri. Sekarang slow but sure, mereka became a muslim. Tidak pernah paksa, saya bebaskan,” tutur Jusuf Hamka.