Liputan6.com, Jakarta - Kekuatan logika dipercaya membawa kemenangan karena logika yang kuat mampu mengarahkan pemikiran secara rasional dan objektif, sehingga dapat menghadapi berbagai tantangan dengan solusi yang tepat.
Dalam situasi apapun, kemenangan yang diperoleh melalui logika bertahan lebih lama karena didasarkan pada pemahaman yang mendalam dan keputusan yang bijak.
Ketika logika digunakan dengan benar, ia tidak hanya memberikan keunggulan dalam perdebatan atau perselisihan, tetapi juga dalam mencapai tujuan jangka panjang yang kokoh dan berkelanjutan.
Advertisement
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, mengingatkan umat Islam tentang arti kemenangan yang sebenarnya.
Dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @ngajisatumenit, Gus Baha menekankan bahwa kemenangan umat Islam yang sejati bukanlah kemenangan dalam perang, politik, atau sosial, melainkan kemenangan logika dan akal.
Gus Baha menjelaskan bahwa kemenangan dalam perang atau bernegara sering kali bersifat sementara.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Logika tentang Eksistensi Tuhan
"Kemenangan perang, kemenangan bernegara, kemenangan sosial orang Islam ya pernah kalah," ujar Gus Baha.
Ia mengingatkan bahwa bahkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, umat Islam pernah mengalami kekalahan, seperti saat periode Makkah dan dalam Perang Uhud.
Namun, menurut Gus Baha, kekalahan dalam aspek sosial atau perang tersebut tidak mengurangi kekuatan logika yang dimiliki oleh umat Islam.
"Kalah-kalah sosial ini tidak ada pengaruhnya dengan kalah secara logika," tegasnya. Gus Baha menekankan bahwa logika Islam, terutama keyakinan bahwa alam semesta ini dimulai dari satu Tuhan, adalah sesuatu yang abadi dan tidak tergoyahkan.
Logika tentang eksistensi Tuhan yang wajibul wujud atau mutlak ada, menurut Gus Baha, adalah hal yang mudah dicerna oleh akal manusia.
"Logika bahwa alam ini dimulai dari satu Tuhan wajibil wujud itu lebih mudah dicerna," jelasnya.
Kemenangan logika inilah yang dianggap Gus Baha sebagai kemenangan yang abadi, tak tergantung pada situasi sosial atau ekonomi.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menegaskan bahwa umat Islam tidak boleh menggunakan ukuran-ukuran material atau duniawi untuk menilai kemenangan.
Advertisement
Umat Islam Pernah Kalah Perang
"Ketika kita secara sosial, ekonomi kalah, mungkin secara apa kalah, meskipun kita ingin menang, tapi jangan pakai ukuran itu," ujarnya. Ukuran material tidak bisa menjadi tolok ukur kekalahan atau kemenangan yang sesungguhnya.
Gus Baha mengingatkan bahwa meskipun umat Islam mungkin kalah secara materi dibandingkan dengan orang-orang non-Muslim yang kaya raya, hal itu tidak seharusnya mengubah keyakinan mereka.
"Mungkin kita kalah kaya sama nonmuslim atau kalah kaya sama yang sholat buruhnya orang lain," tambahnya. Kekayaan material bukanlah penentu kemenangan dalam pandangan Islam.
Sebaliknya, Gus Baha menekankan bahwa kemenangan logika dan keyakinan kepada Tuhan adalah hal yang paling penting.
"Tapi jangan pakai ukuran itu," katanya, mengingatkan umat Islam untuk tetap teguh dalam keyakinan mereka meskipun menghadapi kekalahan material atau sosial.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk memahami bahwa kemenangan yang sejati dan abadi ada pada kekuatan logika dan iman kepada Tuhan.
"Kemenangan logika itu yang abadi," tegasnya. Kekuatan ini tidak dapat digoyahkan oleh kekalahan dalam aspek-aspek duniawi.
Ceramah Gus Baha ini memberikan pencerahan bagi umat Islam untuk tidak terlalu fokus pada kemenangan duniawi yang bersifat sementara.
Ia mengajak umat untuk lebih menghargai kemenangan yang sejati, yaitu kemenangan dalam keyakinan dan logika yang tidak akan pernah pudar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul