Sukses

Sindiran Nylekit Buya Yahya untuk Dokter yang Setengah Hati, Hilang Keberkahan jika Begini

Buya Yahya beri sindiran menohok, sebut jadi dokter harus punya niat ikhlas, bukan semata karena uang.

Liputan6.com, Jakarta - Sering kali kita jumpai sosok dokter yang, saat memberikan pelayanan, terlihat seperti melakukannya dengan setengah hati.

Padahal, profesi dokter seharusnya dijalankan dengan penuh dedikasi dan empati, mengingat mereka berperan penting dalam menjaga kesehatan dan membantu menyelamatkan nyawa manusia.

Ketika seorang dokter melayani dengan setengah hati, hal ini bukan hanya merugikan pasien, tetapi juga mencederai etika profesi yang seharusnya dijunjung tinggi.

Dalam sebuah ceramah yang disampaikan oleh KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Buya Yahya, terdapat sebuah sindiran yang cukup tajam bagi para calon dokter.

Menurut Buya Yahya, menjadi seorang dokter bukan hanya soal keahlian medis, tetapi juga soal niat yang tulus dalam menolong sesama. Dikutip dari YouTube kanal @buyayahyaofficial, ia menyampaikan sindiran tersebut dengan gaya yang lugas namun penuh makna.

"Kalau anak Anda bercita-cita menjadi dokter yang hebat, coba perhatikan dulu niatnya," ujar Buya Yahya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini Analogi Buya Yahya

Menurutnya, niat yang benar adalah kunci utama dalam profesi apapun, termasuk menjadi dokter. Ia mencontohkan, jika seorang calon dokter sudah malas saat diminta tolong oleh keluarga sendiri di tengah malam, maka itu pertanda buruk.

"Dipanggil pamannya aja jam 11 malam malas, pamanmu sakit kepala, tolong kirim obat, malas. Bagaimana bisa jadi dokter yang baik?" sindirnya.

Buya Yahya juga menyoroti kecenderungan beberapa orang yang hanya ingin menolong jika ada imbalan materi. Menurutnya, jika niat seorang dokter bukan karena Allah, melainkan karena uang, maka hilanglah keberkahan dari profesi tersebut.

"Bukan karena Allah lagi, jadi kebaikan kita bangun saat ini, jangan nunggu nanti," tegasnya.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengajak jemaahnya untuk selalu menanamkan niat yang tulus dalam setiap tindakan, terutama dalam profesi yang berhubungan langsung dengan kehidupan orang lain.

Menurutnya, seorang dokter seharusnya memiliki semangat untuk menolong tanpa memikirkan keuntungan materi semata. "Kalau sudah kaya, saya berkuasa, tidak harus nunggu berkuasa sekarang. Amar makruf nahi mungkar harus dilakukan sejak dini," tambah Buya Yahya.

Ia juga menekankan pentingnya membangun niat baik sejak awal, bukan ketika sudah memiliki kekuasaan atau kekayaan. Menurutnya, banyak orang yang beralasan menunda berbuat kebaikan hingga mereka merasa memiliki cukup kekuatan atau harta.

3 dari 3 halaman

Dokter Itu Mulia, Periksa Kembali Niatnya

Namun, Buya Yahya mengingatkan bahwa kebaikan harus dilakukan kapan saja dan di mana saja, tanpa harus menunggu situasi ideal.

Sindiran Buya Yahya ini menjadi pengingat bagi banyak orang, khususnya para calon dokter, untuk memeriksa kembali niat mereka dalam menekuni profesi ini.

Profesi dokter, menurutnya, adalah profesi mulia yang membutuhkan dedikasi tinggi dan niat yang benar-benar ikhlas.

Lebih lanjut, Buya Yahya juga menyampaikan bahwa dalam Islam, setiap kebaikan yang dilakukan dengan niat yang benar akan mendatangkan keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, ia mengajak para dokter dan calon dokter untuk meniatkan setiap tindakan mereka sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Ceramah Buya Yahya ini seakan menjadi tamparan bagi mereka yang mungkin telah melupakan esensi dari profesi dokter. Dalam Islam, profesi apa pun, termasuk dokter, seharusnya dijalankan dengan niat ibadah, bukan semata-mata untuk mencari penghasilan.

Pesan Buya Yahya ini juga relevan bagi semua orang, tidak hanya dokter. Setiap pekerjaan yang kita lakukan, jika didasarkan pada niat yang ikhlas dan tujuan yang mulia, akan membawa manfaat besar, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Buya Yahya menutup ceramahnya dengan mengingatkan bahwa keberkahan hidup akan datang jika kita selalu berusaha melakukan yang terbaik dengan niat yang benar.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â