Sukses

Rumah Pegangsaan Timur Nomor 56 Ternyata Milik Pengusaha Muslim Yaman, Diungkap UAH

Ustadz Adi Hidayat (UAH) bongkar kisah rumah Pegangsaan Timur Nomor 56 yang diwakafkan untuk Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti kita ketahui, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta.

Lokasi ini memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena menjadi tempat proklamasi, tetapi juga karena rumah di nomor 56 tersebut memiliki peran khusus dalam momen bersejarah tersebut.

Rumah tersebut merupakan milik Syekh Farad bin Marfa, seorang pengusaha Muslim keturunan Yaman, yang dengan penuh kesadaran dan semangat cinta tanah air, mewakafkan rumahnya untuk dijadikan tempat proklamasi.

Ini menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya melibatkan para pejuang di lapangan, tetapi juga dukungan dari berbagai kalangan masyarakat yang turut berkontribusi dalam proses perjuangan tersebut.

Dalam ceramah yang tayang di kanal YouTube @risauumat.9438 dikutip pada Jumat (16/08), Ustadz Adi Hidayat (UAH) membagikan informasi penting tentang momen bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Ustadz Adi mengungkapkan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10 pagi, Proklamasi Kemerdekaan berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Begini Penjelasan Tentang Rumah Bersejarah Tersebut

“Jangan lupakan nomor 56 itu, karena nomor itu menunjukkan tempat yang sangat penting dalam sejarah kita,” ujar Ustadz Adi Hidayat.

Menurut Ustadz Adi, banyak orang yang hanya mengetahui alamat jalan tanpa menyadari pentingnya nomor tersebut. Ia menegaskan bahwa informasi ini sering kali tidak dijelaskan dengan detail dalam buku sejarah.

“Jika hanya tahu jalannya saja, tanpa mengetahui nomor 56, maka kita melewatkan detail penting dari sejarah,” jelasnya.

Ustadz Adi kemudian mengungkapkan bahwa rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 adalah milik seorang pengusaha Muslim keturunan Yaman yang sangat mencintai negara kesatuan Republik Indonesia.

“Rumah nomor 56 itu milik Syekh Farad bin Marfa, seorang pengusaha Muslim yang mewakafkan rumahnya untuk proklamasi kemerdekaan,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa Syekh Farad bin Marfa adalah sosok yang sangat berperan dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.

Meskipun belum banyak diketahui, kontribusinya sangat berharga. “Syekh Farad bin Marfa mewakafkan rumahnya untuk proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia,” tambah Ustadz Adi.

Ustadz Adi Hidayat juga menyebutkan bahwa Ir Soekarno, yang saat itu masih dalam kondisi lemas karena sakit, datang ke rumah tersebut untuk melaksanakan proklamasi.

“Soekarno datang dalam keadaan lemas, dan Syekh Farad bin Marfa memberikan madu Yaman untuk memulihkan kondisinya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ustadz Adi menjelaskan bagaimana Syekh Farad bin Marfa memfasilitasi momen bersejarah tersebut dengan penuh dedikasi.

3 dari 3 halaman

UAH Minta Agar Menghargai Sejarah

Beliau menyiapkan tempat yang nyaman agar Proklamasi Kemerdekaan dapat dilaksanakan dengan baik. “Di malam hari, setelah diberikan madu, Soekarno merasa lebih segar dan siap untuk proklamasi,” katanya.

Ustadz Adi juga menyoroti peran Bung Hatta yang turut hadir dalam acara proklamasi tersebut. Ia mengingatkan bahwa peristiwa tersebut adalah hasil dari kerjasama dan dukungan berbagai pihak, termasuk Syekh Farad bin Marfa.

“Bung Hatta juga hadir dalam proklamasi dan bersama-sama dengan Soekarno menggelorakan semangat kemerdekaan,” jelasnya.

Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa sejarah tidak hanya tentang tanggal dan tempat, tetapi juga tentang kontribusi individu yang mungkin tidak banyak dikenal.

“Sejarah menyimpan banyak cerita tentang kontribusi individu yang tidak selalu tercatat dalam buku-buku sejarah,” tambahnya.

Ia mengajak masyarakat untuk lebih menghargai dan mengenang jasa-jasa para pendukung kemerdekaan yang telah berkorban demi negara.

“Kita harus menghargai setiap kontribusi, sekecil apapun, yang telah membantu mencapai kemerdekaan,” ujar Ustadz Adi.

Ustadz Adi juga menyarankan agar generasi muda tidak hanya belajar tentang sejarah dari buku, tetapi juga dari cerita-cerita nyata seperti yang diungkapkannya. “Belajar sejarah bukan hanya dari buku, tetapi juga dari kisah nyata yang mungkin tidak tertulis,” katanya.

Di akhir ceramah, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa setiap orang yang berkontribusi untuk kemerdekaan Indonesia memiliki tempat khusus dalam sejarah bangsa.

“Setiap individu yang berkontribusi pada kemerdekaan memiliki tempat khusus dalam sejarah kita,” pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.