Sukses

Menurut Buya Yahya Boleh Bikin Acara 17 Agustus, tapi yang Cerdas dan Tidak Ngaco

Buya Yahya berharap perayaan 17 Agustus harus diisi dengan kegiatan yang bermakna

Liputan6.com, Jakarta - KH Yahya Zainul Ma'arif, yang akrab disapa Buya Yahya memberikan pandangannya mengenai perayaan 17 Agustus.

Ia mengingatkan pentingnya kecerdasan dan kepekaan dalam mengadakan acara-acara perayaan, terutama dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan.

"Mengadakan acara-acara ini tergantung kecerdasan dan kepekaan seseorang," ujar Buya Yahya.

Buya Yahya menekankan bahwa semakin cerdas seseorang, semakin waspada ia dalam merencanakan dan menjalankan suatu kegiatan.

Menurutnya, acara yang tidak dirancang dengan baik dan hanya fokus pada kesenangan semata, sering kali kehilangan makna pentingnya.

"Kalau semakin tidak cerdas, semakin ngaco," katanya , dikutip dari ceramahnya yang ditayangkan di kanal YouTube @buyayahyaofficial, dikutip pada Jumat (16/08).

Ia mencontohkan kegiatan lomba 17 Agustus yang sering diadakan di pondok pesantren, seperti lomba makan cepat, yang menurutnya tidak sesuai dengan akhlak Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Prihatin dengan Lomba yang Tidak Mulia

Buya Yahya merasa prihatin melihat kegiatan seperti itu, yang seharusnya diisi dengan kegiatan yang lebih bermakna dan membangun.

"Makan itu harus dengan akhlak yang mulia, bukan dijadikan perlombaan," tegasnya.

Lebih lanjut, Buya Yahya juga mengingatkan bahwa kepekaan bukan hanya diperlukan di lingkungan pesantren, tetapi juga di masyarakat umum dan bahkan di kalangan pemimpin bangsa.

Ia menekankan bahwa jika seorang pemimpin tidak memiliki kepekaan, maka ia akan kesulitan dalam memimpin rakyatnya dengan baik. "Kalau pemimpin tidak peka, tentu akan mengacaukan semuanya," ujarnya.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam memilih dan mengadakan perlombaan atau kegiatan lainnya, khususnya dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan. Ia berharap agar kegiatan tersebut dapat mengembangkan akhlak, kecerdasan, dan kepandaian.

"Kegiatan yang kita adakan seharusnya membangun akhlak, kecerdasan, dan kepandaian," katanya.

Ia juga menekankan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka perayaan harus tetap syar'i dan tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Buya Yahya mengingatkan bahwa kegembiraan dalam perayaan tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai Islami. "Kegiatan yang tidak syar'i menunjukkan kita tidak mensyukuri nikmat Allah," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Hargai Perjuangan Kemerdekaan

Buya Yahya menjelaskan bahwa syukur adalah kunci untuk menjaga dan memperpanjang nikmat yang telah diberikan oleh Allah, termasuk nikmat kemerdekaan yang kita nikmati saat ini.

Ia menekankan bahwa syukur atas nikmat kemerdekaan harus diwujudkan dengan cara yang benar. "Nikmat kemerdekaan harus kita syukuri dengan cara yang benar," jelasnya.

Dalam konteks kemerdekaan, Buya Yahya menegaskan bahwa kita harus menghargai perjuangan para pahlawan yang telah berjuang dengan susah payah untuk memerdekakan negeri ini.

Ia menekankan bahwa kemerdekaan adalah anugerah yang harus dijaga dengan baik. "Para pahlawan telah berjuang dengan jiwa dan raga untuk kemerdekaan kita," ungkapnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk selalu ingat bahwa segala yang kita lakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Oleh karena itu, setiap kegiatan yang diadakan harus memiliki manfaat yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam. "Segala perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat," katanya.

Buya Yahya juga menyoroti pentingnya membangun kecerdasan dan kepekaan sejak dini, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

Ia berharap bahwa pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang peka dan cerdas dalam menghadapi tantangan zaman. "Pendidikan sejak dini itu penting untuk membangun kecerdasan dan kepekaan," tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melihat dan memahami kebutuhan rakyatnya dengan kepekaan dan kecerdasan.

Ia berharap agar para pemimpin dapat selalu memperhatikan aspek-aspek moral dan akhlak dalam setiap keputusan yang diambil.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â