Sukses

Tak Bisa Mencintai Allah Itu Sungguh Terlalu, Gus Baha Ungkap Cara Paling Mudah

Sebenarnya sebagai seorang manusia itu tidak susah mencintai Allah kata Gus Baha.

Liputan6.com, Cilacap - Manusia harus bisa cinta kepada Allah SWT. Jikalau tidak, maka meminjam istilah yang dilekatkan kepada sosok Raja Dangdut Rhoma Irama yakni ‘sungguh terlalu.’

Mencintai Allah yang bukan hanya sebagai kewajiban, namun juga keharusan. Hal ini dipaparkan dengan apik oleh Gus Baha dalam sebuah kesempatan tausiyahnya.

Sebelum menerangkan alasan seseorang harus mencintai Allah SWT, Gus Baha terlebih dahulu menerangkan ciri utama cinta yakni merasa rileks, nyaman dan tidak tegang.

“Orang Islam itu harus mencintai Allah. Ciri utama cinta itu tidak tegang, rileks,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @jejenjenalhakim2281, Jumat (16/08/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Alasan Logis Manusia Harus Cinta Allah

Gus Baha pun memberikan alasan logis bahwa manusia itu harus bisa mencintai Allah SWT. Dia memberikan analogi seseorang yang memberikan kita servis yang istimewa semisal seseorang yang memberikan secara gratis rumah atau mobilnya selama 1 tahun atau seseorang yang memberikan makan gratis.

Tentu saja jikalau kita bertemu dengan orang baik semacam itu, tanpa susah payah kita akan dengan mudah mencintainya.

"Saya bilang begini, kalau kamu pernah 1 tahun digratisi orang rumah, makanan, kamu kira-kira itu mudah enggak mencintai orang yang berjasa sama kamu?,” terangnya.

“Minjemin rumah dan ngasih makan gratis mudah kan?" sambungnya.

“Kita ini mudah mencintai orang yang minjemin mobil 1 tahun, ngasih rumah 1 tahun apalagi selamanya,  kenapa kita tidak mudah mencintai Allah yang memberi kita bumi, air, oksigen, semuanya kita dikasihi Allah," paparnya.

Jikalau kita mudah mencintai seseorang yang memperlakukan demikian itu, maka sejatinya kita tidak akan susah mncintai Allah karena telah memberikan segalanya secara gratis kepada kita seumur hidup kita.

“Akhirnya mereka mikir wong mencintai seseorang yang ngasih dalam durasi 1 tahun saja mudah, apalagi mencintai Allah yang ngasih kita tanpa batas,” tandasnya.

3 dari 3 halaman

10 Bentuk Cinta Kepada Allah

Mengutip NU Online, Syekh M Nawawi Banten mengutip ulama yang menyebutkan sepuluh makna cinta seorang hamba kepada Allah. Cinta seseorang kepada Allah dapat terwujud dalam sepuluh bentuk sikap.

وقال بعضهم محبة الله على عشرة معان من جهة العبد

Artinya, “Sebagian ulama mengatakan bahwa cinta kepada Allah terdiri atas sepuluh makna dari sisi hamba,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 6).

Berikut ini adalah sepuluh makna cinta seorang hamba kepada Allah:

Pertama, seseorang meyakini bahwa Allah adalah zat terpuji dari segala sisi. Demikian juga sifat-Nya. Seseorang harus meyakini bahwa sifat Allah adalah sifat terpuji.

Kedua, seseorang meyakini bahwa Allah berbuat baik, memberikan nikmat, dan memberikan kemurahan kepada hamba-Nya.

Ketiga, seseorang meyakini bahwa kebaikan Allah terhadap hamba-Nya lebih besar daripada amal hamba-Nya baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan ibadah kepada-Nya meski amal itu sempurna dan banyak.

Keempat, seseorang meyakini bahwa Allah memiliki sedikit tuntutan dan beban untuk hamba-Nya.

Kelima, seseorang dalam banyak waktunya harus takut dan khawatir atas keberpalingan Allah darinya dan pencabutan makrifat, tauhid, dan selain keduanya yang Allah anugerahkan kepadanya.

Keenam, seseorang memandang bahwa ia pada seluruh keadaan dan cita-citanya berhajat kepada Allah, yang tidak bisa terlepas dari-Nya untuk segala hajatnya.

Ketujuh, seseorang senantiasa menjaga zikir dengan sebaik-baik apa yang ditakdirkan untuknya.

Kedelapan, seseorang berupaya sekuat tenaga untuk menjaga ibadah wajib dan mendekatkan diri melalui ibadah sunnah semampunya.

Kesembilan, seseorang berbahagia ketika mendengar orang lain memuji Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihad di jalan-Nya baik secara rahasia, terang-terangan, dengan jiwa, harta, dan keturunannya.

Kesepuluh, ketika mendengar orang lain berzikir, seseorang yang mencintai Allah membantunya. Wallahu a‘lam.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul