Sukses

Menurut Syekh Ali Jaber Sholat Tahajud Tak Harus Tidur Dulu, 2 Rakaat Cukup

Jangan salah kaprah, ini penjelasan Syekh Ali Jaber soal sholat tahajud, jangan terbebni jumlah rakaat.

Liputan6.com, Jakarta - Ada berbagai pendapat mengenai jumlah rakaat sholat tahajud yang ideal. Sebagian orang beranggapan bahwa semakin banyak rakaat yang dilakukan, semakin baik karena itu dianggap menambah keutamaan dan kedekatan dengan Allah SWT.

Namun, penting untuk diingat bahwa kualitas ibadah juga sangat berperan, bukan hanya kuantitasnya.

Nabi Muhammad SAW sendiri biasanya melakukan sholat tahajud sebanyak 11 rakaat, termasuk shalat witir. Namun, Rasulullah juga tidak membatasi jumlah rakaat, dan beliau memberikan kebebasan kepada umatnya untuk menambah atau mengurangi sesuai kemampuan dan kesungguhan masing-masing.

Dikutip dari sebuah video yang tayang di kanal YouTube @SAHABATBERIMAN99, Syekh Ali Jaber mengungkapkan pandangannya mengenai sholat tahajud, yang sering kali menjadi topik perdebatan di kalangan umat Islam.

Dalam penjelasannya, Syekh Ali Jaber menegaskan bahwa tahajud tidak harus dilakukan dengan 20 rakaat, melainkan dua rakaat pun sudah cukup untuk dianggap sebagai sholat tahajud.

Syekh Ali Jaber menyoroti pemahaman umum di masyarakat yang kerap menganggap bahwa sholat tahajud harus dilakukan dalam jumlah rakaat yang banyak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Tidak Ada Kewajiban untuk Melakukan 20 Rakaat dalam Sholat Tahajud

"Tidak ada kewajiban untuk melakukan 20 rakaat dalam sholat tahajud. Bahkan dengan dua rakaat pun, seseorang sudah dianggap melakukan tahajud," jelasnya dalam video tersebut.

Selain itu, Syekh Ali Jaber juga mengklarifikasi salah kaprah yang sering terjadi, yaitu anggapan bahwa tahajud harus dilakukan setelah tidur terlebih dahulu.

Menurutnya, tahajud adalah bagian dari sholat malam yang bisa dilakukan kapan saja setelah sholat Isya, dan tidur bukanlah syarat wajib untuk melaksanakan tahajud.

"Ada orang yang merasa harus tidur dulu, meskipun hanya menutup mata sebentar, baru kemudian melaksanakan tahajud. Ini adalah pemahaman yang tidak sepenuhnya benar," ujar Syekh Ali Jaber.

Ia menambahkan bahwa dalam beberapa kasus, ada jamaah yang merasa terbebani dengan pemahaman ini, sehingga memilih untuk tidak melaksanakan tahajud jika tidak sempat tidur.

Lebih lanjut, Syekh Ali Jaber mengungkapkan bahwa praktik tidur sebelum tahajud lebih banyak dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan tertentu, bukan merupakan syarat mutlak dalam agama.

"Kembali kepada kemampuan masing-masing, ada yang terbiasa tidur dan bangun di tengah malam atau sepertiga akhir malam, dan itu lebih utama. Namun, bagi yang tidak bisa bangun setelah tidur, lebih baik melaksanakan tahajud sebelum tidur daripada tidak sama sekali," tegasnya.

3 dari 3 halaman

Tidur Dulu atau Tidak Perlu?

Syekh Ali Jaber juga menekankan pentingnya memahami esensi dari tahajud itu sendiri. Menurutnya, tahajud adalah ibadah yang dilakukan dengan kesungguhan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Tahajud bukan hanya soal jumlah rakaat atau apakah kita tidur dulu atau tidak. Yang terpenting adalah niat dan kesungguhan kita dalam beribadah," tuturnya.

Dalam video yang sama, Syekh Ali Jaber juga berbagi pengalaman pribadinya mengenai pelaksanaan tahajud. Ia bercerita bahwa di awal-awal belajar tahajud, dirinya sempat mengikuti pemahaman yang mewajibkan tidur terlebih dahulu, meski hanya sejenak. Namun, seiring waktu dan pemahaman yang lebih mendalam, ia menyadari bahwa hal tersebut bukanlah kewajiban.

Syekh Ali Jaber menyarankan agar umat Islam tidak terbebani dengan pemahaman yang keliru mengenai tahajud. Ia menganjurkan agar setiap muslim menyesuaikan ibadahnya dengan kemampuan pribadi, dan tidak memaksakan diri untuk memenuhi syarat-syarat yang tidak wajib.

"Tidak perlu memaksakan diri jika memang tidak mampu. Yang penting adalah kita melaksanakan tahajud dengan penuh keikhlasan dan rasa khusyuk," tambahnya.

Syekh Ali Jaber juga mengingatkan bahwa tahajud adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, namun bukan merupakan ibadah yang wajib.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam beribadah, tanpa harus merasa terbebani dengan aturan yang tidak ada dasar hukumnya.

Dalam penutupnya, Syekh Ali Jaber mengajak umat Islam untuk lebih fokus pada kualitas ibadah, daripada terpaku pada kuantitas atau hal-hal teknis yang tidak esensial.

"Yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hubungan kita dengan Allah SWT melalui tahajud, dengan hati yang tulus dan penuh keikhlasan," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul