Sukses

Kisah KH Hasyim Asy’ari Tak Pernah Ikut Ngaji saat Berguru ke Mbah Kholil Bangkalan, Diungkap Gus Muwafiq

Banyak kisah kisah yang menceritakan Mbah Hasyim ketika mondok di Bangkalan, salah satunya dibagikan oleh KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq.

Liputan6.com, Jakarta - Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari adalah salah satu ulama besar pada zamannya. Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini lahir di Jombang, 14 Februari tahun 1871 dan wafat pada 25 Juli 1947.

Mbah Hasyim sewaktu muda berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Banyak kisah kisah yang menceritakan Mbah Hasyim ketika mondok di Bangkalan, salah satunya dibagikan oleh KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq.

Gus Muwafiq mengisahkan bahwa sewaktu mondok, Mbah Hasyim tidak pernah mengikuti kajian Syekh Kholil. Namun demikian, Mbah Hasyim selalu siap sedia ketika dibutuhkan oleh Mbah Kholil.

"Menurut cerita Kiai As'ad (dan) menurut cerita Kiai Syamsul Arifin, waktu KH Hasyim Asy'ari mondok di Kademangan (Bangkalan) itu tidak pernah ngaji, nggak pernah duduk mengaji di depan Mbah Kholil, itu ternyata nggak pernah, tapi apapun yang dibutuhkan Mbah Kholil, Kyai Hasyim siap," kisah Gus Muwafiq, dikutip dari YouTube NU Online, Rabu (21/8/2024).

Gus Muwafiq mengungkapkan penyebab Mbah Hasyim tidak pernah ikut ngaji saat berguru kepada Mbah Kholil. Setiap mau ikut ngaji, Mbah Hasyim selalu diberi tugas oleh Mbah Kholil.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kiai Hasyim Selalu Siap Mengerjakan Tugas dari Mbah Kholil

Suatu ketika, Mbah Hasyim mau ikut ngaji, tapi Mbah Kholil menyuruh agar ia mencari kayu bakar untuk istri Mbah Kholil yang hendak masak di dapur.

Kemudian Mbah Hasyim segera melaksanakan perintahnya. Selesai mencari kayu bakar, Mbah Hasyim hendak menyempatkan untuk ikut ngaji, namun kajian Mbah Kholil sudah selesai.

Bukan hanya mencari kayu bakar. Tugas yang diberikan kepada Mbah Hasyim itu bermacam-macam, misalnya mengambil air untuk keperluan Mbah Kholil dan lain sebagainya.

Meskipun Mbah Hasyim tidak pernah mengikuti kajian Mbah Kholil, tapi ia mendapat berkah dari pengabdiannya kepada Mbah Kholil, sehingga semua ilmu Mbah Kholil itu diberikan kepada KH Hasyim.

"Kiai Kholil ini kemudian menyerahkan tampok keilmuannya, diserahkan secara keseluruhan kepada KH Hasyim Asy'ari, karena 'ittiba'-nya (terhadap guru) nggak ada yang kayak Kyai Hasyim," kata Gus Muwafiq.

3 dari 3 halaman

Bersihnya Hati Mbah Hasyim

Tidak hanya ketika mondok saja, bahkan setelah punya anak pun Mbah Hasyim masih diuji oleh Mbah Kholil.

"Kata Mbah Kholil, 'Syim, kamu kalau punya anak nanti laki-laki bawa ke sini. Usia tiga hari sudah harus sampai Kademangan'. Maka (ketika) lahirnya Kiai Wahid Hasyim, usia tiga hari sudah digendong ke Kademangan,” katanya.

Namun tiba-tiba, ketika membawa Kiai Wahid ke Kademangan, Mbah Hasyim tidak boleh masuk ke dalam rumah. Hanya disuruh tunggu di depan rumah. Tak lama kemudian, Mbah Kholil memintanya pulang lagi.

Meskipun begitu, menurut Gus Muwafiq, tidak ada dusta di antara guru dan murid, karena bersihnya hati Mbah Kholil dan juga hatinya Mbah Hasyim. Oleh karenanya, masyhurnya Mbah Hasyim hingga kini dihormati oleh Nahdliyin tidak lepas dari berkahnya seorang guru, Mbah Kholil.

Wallahu a’lam.