Sukses

Kisah Karomah Ajaib Gus Miek Hidupkan Mobil yang Kehabisan Bensin dengan Air Sungai

Setelah air sungai tersebut dimasukkan ke dalam tangki bensin, mesin mobil yang semula mati total tiba-tiba menyala kembali seperti biasa.

Liputan6.com, Jakarta - KH Hamim Thohari Djazuli, akrab dipanggil Gus Miek atau paman dari Gus Kautsar. Gus Miek wafat yang wafat pada 14 Dzulhijjah 1413 H adalah pendiri amalan dzikir Jama'ah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan sema'an al-Qur'an Jantiko Mantab

Gus Miek, seorang ulama kharismatik yang dikenal dengan kepribadiannya yang santai dan penuh hikmah pernah bikin geger usai menunjukkan salah satu karomahnya yang menakjubkan.

Kisah ini diungkapkan oleh Mbah Kiai Hayat, Rais Suriyah PC NU Nganjuk pada tahun 80-an. Kiai Hayat juga yang menjadi saksi mata dari kejadian luar biasa ini.

"Jangan ceritakan kejadian ini sampai aku wafat," pesan Gus Miek kepada Kiai Hayat, seperti yang dikutip dari kanal YouTube @karomahislam pada Sabtu (24/08/3034).

Kisah ini bermula ketika Gus Miek pulang dari sebuah rapat besar Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya bersama rombongannya. Di tengah perjalanan, tepatnya di malam hari, mobil yang mereka kendarai tiba-tiba kehabisan bensin (BBM).

Keadaan semakin sulit karena mereka berada di daerah yang jauh dari pemukiman warga. Salah satu anggota rombongan mulai panik, "Waduh, gimana ini?"

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Santri Diminta Cari Air Sungai

Namun, Gus Miek tetap tenang. Dengan sikap santainya, ia memerintahkan seorang anggota rombongan untuk mencari air di kali (sungai) terdekat.

Perintah ini tentu saja mengejutkan dan membingungkan Kiai Hayat, yang turut serta dalam rombongan tersebut. "Untuk apa?" tanya Kiai Hayat, yang tidak paham atas maksud perintah Gus Miek.

Gus Miek hanya menjawab singkat, "Pokoknya cari saja," seolah-olah perintah tersebut sudah jelas dan tidak perlu dipertanyakan lebih lanjut. Meskipun dengan rasa ragu, Kiai Hayat dan rombongan lainnya akhirnya mematuhi perintah tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan air dari sungai, Kiai Hayat kembali menemui Gus Miek. Di luar dugaan, Gus Miek kemudian memerintahkan hal yang lebih mengejutkan lagi, "Nah, masukkan ke tempat bensin," perintahnya dengan tenang.

Kiai Hayat yang heran hanya bisa memandang Gus Miek dengan bingung, merasa tidak masuk akal memasukkan air ke dalam tangki bensin.

"Masukkan sajalah," ulang Gus Miek, menegaskan perintahnya. Dengan penuh keheranan, Kiai Hayat akhirnya mematuhi perintah tersebut dan memasukkan air sungai ke dalam tangki bensin mobil.

Yang terjadi berikutnya adalah hal yang luar biasa. Atas izin Allah, setelah air sungai tersebut dimasukkan ke dalam tangki bensin, mesin mobil yang semula mati total tiba-tiba menyala kembali seperti biasa.

3 dari 3 halaman

Gus Miek Selalu Minta Kisahnya Disembunyikan Sampai Dirinya Wafat

Kejadian ini membuat semua anggota rombongan, termasuk Kiai Hayat, takjub dan menyadari bahwa mereka baru saja menyaksikan salah satu karamah Gus Miek.

Peristiwa ini semakin mengukuhkan keyakinan para pengikut Gus Miek tentang keistimewaan yang dimilikinya. Karomah yang ditunjukkan Gus Miek ini menjadi salah satu bukti nyata dari kekuatan doa dan keimanan yang tinggi.

Gus Miek dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan tidak pernah mengumbar keistimewaan yang dimilikinya. Oleh karena itu, selalu berpesan agar kejadian ini tidak diceritakan sampai beliau wafat, menunjukkan bahwa semua yang terjadi adalah atas izin Allah dan bukan untuk dijadikan bahan kebanggaan pribadi.

Kisah ini menjadi salah satu cerita yang memperkuat keyakinan umat akan karomah yang dimiliki oleh para wali dan ulama besar. Karamah ini juga mengingatkan kita bahwa di balik segala keterbatasan akal manusia, selalu ada kekuasaan Allah yang mampu mengubah segala sesuatu dengan kun fayakun (jadi, maka jadilah).

Dengan adanya kisah ini, umat Muslim diingatkan untuk selalu mengedepankan keimanan dan ketakwaan dalam menghadapi setiap ujian dan tantangan hidup.

Kisah ini juga menegaskan bahwa di balik setiap kejadian, ada hikmah yang besar jika kita mampu melihatnya dengan mata hati.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul