Sukses

Ciri-Ciri Orang Kurang Bekal Akhirat yang Bisa Dirasakan Diungkap Ustadz Adi Hidayat

Kurang bekal untuk kehidupan di akhirat menurut UAH dapat diketahui dari ciri-ciri berikut ini.

Liputan6.com, Cilacap - Mubaligh muda lulusan Kulliyaa Dakwah Islamiyyah, Tripoli, Libya Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkap ciri-ciri seseorang yang kurang bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

Menurut Ustadz kelahiran Pandeglang, Banten, 11 September 1984, dari pasangan Warso Supeno dan Hj. Rafiah Akhyar ini perasaan-perasaan kurangnya bekal akhirat ini dapat dirasakan sewaktu hidup di dunia.

 Sebagai informasi, pentingnya kehidupan di akhirat dibandingkan dunia diterangkan dalam Al-Qur’an. Firman Allah:

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64).

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ciri-ciri Seseorang Kurang Bekal Akhirat

UAH mengungkap ciri-ciri seseorang yang kekurangan bekal untuk kehidupannya di akhirat yakni ketika di dunia dirinya merasakan hal yang kurang nyaman, seperti gelisah, khawatir dan takut kalau-kalau kematian menghampirinya secara tiba-tiba.

“Kalau ada orang masih merasa kurang nyaman, gelisah dan khawatir bila diwafatkan di saat itu dia merenung, ini sudah fitrah menunjukkan ada kekurangan bekal yang ada dalam jiwanya dan merasakan kurang bekal untuk dibawa pulang," terangnya dikutio dari tayangan YouTube Short @rezaardiansyah7610, Minggu (25/08/2024).

Namun anehnya, kata UAH lagi, ketika perasaan-perasaan ini muncul bukannya segera bertobat dan melengkapi kekurangan-keurangan itu, namun justru sisa umurnya di dunia tidak membuatnya menambah amal baiknya. 

"Dan yang paling mencengangkan dan paling irasional, sudah tahu bekalnya kurang, sudah tahu yang kemarin itu masih banyak kurangnya, kok sisa yang diberikan masih main-main juga, kok sisa waktu yang diberikan masih belum serius juga,” tandasnya.

Atas hal ini, UAH menanyakan sampai kapan menunda untuk memperbaiki diri dan menambah bekal untuk kehidupan yang hakiki di akhirat nanti.

“Jikalau sampai Jumat ini, sampai detik ini belum mampu merubah kita untuk dekat dengan Allah, anda butuh berapa Jumat lagi, anda butuh berapa tahun baru lagi?” tanya UAS dengan nada tinggi.

3 dari 3 halaman

Wasiat Ibnu Umar tentang Bekal di Alam Akhirat

Menukil rumaysho.com, kita semua butuh bekal, bukan bertujuan bersaing di dunia. Bekal ini lebih kita butuh untuk menuju alam akhirat.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang pundaknya, lalu berkata,

كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Hiduplah kalian di dunia seakan-akan seperti orang asing, atau seperti seorang pengembara.”

Ibnu ‘Umar lantas berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika engkau berada di petang hari, janganlah tunggu sampai datang pagi. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah tunggu sampai datang petang. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah pula waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari, no. 6416)

Hadits di atas mengajarkan bahwa dunia ini bukanlah tempat kita menetap dan bukanlah negeri kita sesungguhnya. Dari sini seharusnya setiap mukmin berada pada salah satu dari dua keadaan berikut.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul