Sukses

Istighfar Baru Sah Apabila Seperti Ini, Kata Gus Baha

Gus Baha sebut istighfar tak akan diterima jika tanpa tauhid.

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal dengan Gus Baha, memberikan penjelasan mengenai syarat sahnya istighfar dalam ajaran Islam.

Dalam pengajiannya yang dikutip melalui kanal YouTube @MimipChannel, Gus Baha menjelaskan pentingnya tauhid dalam proses istighfar.

Gus Baha memulai penjelasannya dengan membahas pertanyaan mengenai sah atau tidaknya istigfar yang dilakukan oleh orang kafir sebelum mereka memeluk Islam.

"Orang kafir sebelum Islam melafazkan astagfirullah astagfirullah astagfirullah kira-kira diterima enggak?" tanya Gus Baha, menggugah perhatian para pendengarnya.

Menurut Gus Baha, istighfar yang diucapkan oleh orang kafir sebelum masuk Islam tidak akan diterima. Hal ini disebabkan oleh syarat utama dalam istigfar, yaitu harus didahului dengan tauhid.

"Enggak kan, karena syaratnya istighfar ba'da tauhid," jelas Gus Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Begini Urutannya

Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa dalam mazhab Sadzili, istigfar dilakukan setelah mengucapkan kalimat tauhid, "la ilaha illallah."

"Nah makanya dalam mazhab Sadzili, istigfar itu setelah la ilaha illallah," tambahnya.

Penjelasan ini penting untuk memahami bagaimana istighfar dan tauhid saling terkait dalam ajaran Islam. Tauhid, sebagai dasar keimanan, menjadi prasyarat untuk diterimanya istigfar yang dilakukan oleh seorang Muslim.

Gus Baha mengingatkan bahwa pengertian dan praktik istighfar harus berdasarkan pemahaman yang benar tentang tauhid. Tanpa tauhid, istigfar tidak dapat diterima menurut ajaran Islam.

Pernyataan Gus Baha ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai prinsip-prinsip dasar dalam beribadah dan bertaubat. Ia berharap para umat Islam dapat lebih memahami dan melaksanakan istigfar dengan penuh kesadaran akan makna tauhid.

Gus Baha menutup penjelasannya dengan harapan agar semua umat Islam dapat menerapkan ilmu yang diperoleh untuk memperbaiki ibadah mereka dan memperkuat iman mereka dalam ajaran Islam.

3 dari 3 halaman

Anjuran Istighfar

Mengutip kemenag.go.id, Istighfar, atau memohon ampun kepada Allah, adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan kita pentingnya memperbanyak istighfar untuk mendapatkan keberkahan dan keselamatan. Salah satu ayat yang menekankan hal ini adalah QS. Hüd, 11:52:

"وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ"

"Dan (Hud berkata), 'Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling (dari-Nya) dengan berbuat dosa.'"

Ayat ini mengajarkan bahwa dengan memperbanyak istighfar dan bertobat, Allah akan memberikan kita banyak keberkahan, baik secara jasmani maupun rohani.

Lebih jauh lagi, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ"

"Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari zikir kepada Allah, sesungguhnya Aku beristighfar seratus kali dalam sehari." (HR. Muslim No. 2702)

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya istighfar dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah saw., yang meskipun telah diampuni dosanya, tetap beristighfar seratus kali setiap hari. Ini adalah teladan yang sangat kuat bagi kita untuk tidak pernah melupakan pentingnya memohon ampun kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan kita.

Dalam kisah Nabi Nuh AS yang diabadikan dalam QS. Hüd, 11:46-47, kita juga melihat betapa pentingnya istighfar dan memahami hakikat doa kita kepada Allah. Allah berfirman kepada Nuh:

"قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ"

"Dia (Allah) berfirman, 'Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.'"

Dan Nuh menjawab:

"قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ"

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan Engkau tidak memberi rahmat kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi."

Ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap rendah hati dan sadar akan keterbatasan pengetahuan kita ketika berdoa. Memohon ampun kepada Allah bukan hanya tentang menghapus dosa, tetapi juga tentang mengakui kebesaran-Nya dan kerendahan hati kita sebagai hamba-Nya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.