Liputan6.com, Jakarta - Waliyullah didefinisikan sebagai orang yang mendekatkan dan menolong agama Islam. Wali Allah termasuk hamba kekasih Allah yang menjadi pewaris nabi.
Melalui para wali, ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW disebarkan ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Tanah Air, kita mengenal sembilan wali (walisongo) yang menyebarkan Islam di Nusantara, khususnya Jawa.
Wali-wali Allah tidak hanya yang sembilan. Ada banyak yang tersebar di berbagai pulau. Bahkan, setelah generasi mereka pun muncul wali-wali lain yang melanjutkan dakwahnya. Sampai hari ini pun masih banyak orang-orang yang tergolong waliyullah.
Advertisement
Baca Juga
Tanda-tanda kewalian mereka biasanya sudah terlihat sejak masih remaja. Misalnya, dari keuletannya dalam menimba ilmu, rasa hormatnya pada sang guru, hingga kejadian-kejadian luar biasa (kasyaf) yang mulai terlihat.
Hal tersebut pun terjadi pada Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif Al-Bangkalani. Tanda-tanda kewalian Mbah Kholil Bangkalan satu per satu mulai terlihat sejak ia masih menjadi santri.
Ada salah satu kisah yang menunjukkan kekaromahan Mbah Kholil saat mondok di Pesantren Langitan. Dari kisah ini kita dapat mengetahui bahwa karomah Mbah Kholil sudah mulai tampak sejak remaja. Simak kisah selengkapnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dipanggil Kiai karena Tertawa saat Sholat
Suatu ketika Mbah Kholil dan santri lainnya melaksanakan sholat Isya berjamaah yang diimami KH Muhammad Noer, pengasuh pesantren Langitan saat itu.
Mbah Kholil tertawa terbahak-bahak di tengah kekhusyuan sholat. Sontak membuat para santri lain marah karena merasa terganggu kekhusukannya.
Setelah sholat, Mbah Kholil dipanggil kiai. Ia disidang lantaran tertawa di tengah-tengah sholat.
“Kholil mengapa pada waktu sholat tadi kamu tertawa? Apakah kamu tidak tahu bahwa tertawa dapat membatalkan sholat dan mengganggu kekhusyukan (jemaah) sholat yang lain?” tanya kiai dengan wajah cemberut, dikutip dari laman syaichona.net, Jumat (30/8/2024).
Advertisement
Guru Mbah Kholil Terkejut setelah Tahu Kejadiannya
Kemudian Mbah Kholil menjawab pertanyaan tersebut dengan sopan. Ia menjelaskan alasannya tertawa saat sholat berjemaah dengan kiai.
“Maaf kiai, waktu sholat tadi saya tidak mampu menahan tawa. Karena saya melihat di kepala kiai ada tumpeng. Apakah yang saya lihat itu salah kiai?“ ucap Mbah Kholil.
Jawaban Mbah Kholil muda itu membuat KH Muhammad Noer terkejut. Ternyata apa yang dikatakan Mbah Kholil itu benar.
“Yang kamu katakan itu benar nak, waktu sholat tadi saya sedang lapar dan tak bisa khusyuk karena setelah sholat saya mau menghadiri acara yang kemungkinan saya akan mendapatkan tumpeng untuk melepaskan rasa lapar saya,” tuturnya.
Setelah kejadian itu, nama Kholil menjadi terkenal. Bukan hanya di Pesantren Langitan Tuban, tapi hingga pesantren-pesantren lainnya.
Masya Allah. Karomah Mbah Kholil sudah tampak sejak muda. Terlepas dari kisah karomah ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa ketika kondisi sedang lapar, maka sebaiknya menghilangkan dulu rasa lapar itu agar sholat bisa lebih khusyuk.
Kisah ini disarikan dari laman Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil. Wallahu a’lam.