Sukses

Allah Tunggal, tapi Mengapa Menggunakan 'Kami' dalam Al-Qur'an? Ustadz Khalid Basalamah dan UAH Menjawab

Jika diperhatikan, dalam beberapa ayat Al-Qur’an sering menggunakan kata “Kami” bukan “Aku atau Saya”. Apa maksudnya? Simak penjelasan Ustadz Khalid Basalamah dan UAH.

Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab. Untuk memudahkan memahaminya, Kementerian Agama (Kemenag) kerap mencetak Al-Qur’an yang sudah ada terjemahan Indonesia.

Jika diperhatikan, dalam beberapa ayat Al-Qur’an sering menggunakan kata “Kami” bukan “Aku" atau "Saya”. Jika merujuk pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kami diartikan majemuk, artinya lebih dari satu orang. Sementara, Allah tunggal, tidak ada lagi Tuhan selain-Nya.

Lantas, apa maksud kata “Kami” dalam Al-Qur’an? Untuk menjawab ini, mari simak penjelasan dua ulama Tanah Air, Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Adi Hidayat (UAH).

Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan, setiap Allah SWT menyebutkan tentang perilaku yang Dia turun tangan sendiri, maka Allah menggunakan kata “Aku” atau “Saya”. Akan tetapi, jika Allah SWT melibatkan malaikat, maka menggunakan istilah “Kami”. 

“Misalnya, masalah pengawasan manusia, makhluk. Kata Allah, mereka berada di bawah pengawasan Kami. Allah mengawasi bersama malaikat yang ditugaskan,” jelasnya, dikutip dari YouTube Lentera Islam, Jumat (30/8/2024).

“Tapi kalau Allah sendiri, (misalnya) Allah SWT menyebutkan tentang masalah Adam. ‘Hai iblis, kenapa kau tidak mau sujud? Siapa yang Aku ciptakan dengan tangan-Ku sendiri? Maksudnya Adam. Berarti Allah SWT sendirian menciptakan Adam, tidak ada campur tangan malaikat,” tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Penjelasan Aku dalam Al-Qur’an Menurut UAH

Dalam ceramahnya, UAH pernah mendapat pertanyaan serupa tentang penggunaan kata “Kami” dalam Al-Qur’an. UAH mengatakan, dalam Al-Qur’an memang Allah berfirman sesekali menggunakan kata “Aku” dan dalam ayat lain dengan kata “Kami”.

UAH mencontohkan, dalam Al-Qur’an surah al-Hijr ayat 28, Allah SWT menggunakan kata “Aku”. Hal ini menunjukkan sesuatu yang personal, membedakan antara makhluk dan Tuhan.

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ ۝٢٨ 

Wa idz qâla rabbuka lil-malâ'ikati innî khâliqum basyaram min shalshâlim min ḫama'im masnûn.

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.” (Q.S. al-Hijr: 28)

“Kalau ada kalimat personal di Al-Qur’an itu artinya menunjukkan kepada sesuatu yang khusus menekankan ketuhanan-Nya. Ini Saya, kalian tidak bisa, cuma Saya,” jelas UAH dikutip dari YouTube Ceramah Pendek.

3 dari 3 halaman

Penjelasan Kami dalam Al-Qur’an Menurut UAH

UAH melanjutkan, kata “Kami” dalam Al-Qur’an berfungsi untuk mengagungkan satu peristiwa yang luar biasa. Misalnya dalam surah al-Qadr ayat pertama.

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ۝١ 

Innâ anzalnâhu fî lailatil-qadr.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.” (Q.S. al-Qadr: 1)

“Kenapa Al-Qur’an saat diturunkan kalimatnya menggunakan inna (Kami) bukan inni (Aku). Seakan-akan menegaskan, ini Saya tunjukkan kepada kalian satu peristiwa yang sangat agung, sangat tinggi. Yang ditunjukkan bukan pada proses kepribadian Allah, tapi menunjuk pada peristiwanya,” tutur UAH.

Wallahu a’lam.