Liputan6.com, Jakarta - Qada adalah ketentuan dari Allah untuk makhluk-Nya yang sudah ditetapkan dari zaman azali. Sedangkan qadar adalah kepastian atau ukuran yang telah ditetapkan untuk setiap makhluk-Nya.
Percaya pada qada dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Artinya, seorang mukmin wajib meyakini dan mengimani bahwa baik buruknya takdir manusia telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
Advertisement
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
Artinya: "…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." [Q.S. Al-Furqan: 25]
Baca Juga
Kisah Mbah Kholil Bangkalan Muda Tertawakan Imam Sholat yang Bikin Gurunya Terkejut, Karomah Wali
Kisah Ajaib saat Blangkon Syekh Nawawi Diolok-olok, Sontak Bikin Negeri Mesir Jadi Miring
Top 3 Islami: Hal Menakjubkan Terjadi saat Mbah Kholil Bangkalan Dituduh Memalsukan Uang, Hukum Tidak Sholat Jumat karena Pekerjaan
Terkait dengan takdir baik dan buruk manusia, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh Malaikat Jibril. Dengan penuh keyakinan, Rasulullah SAW menjawab:
“Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir serta qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk.” [HR. Muslim].
Ulama kharismatik KH Ahmad Bahaudin Nursalim alias Gus Baha pernah membahas tentang qada dan qadar. Simak penjelasannya yang dinukil dari YouTube Agus Mujib.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kufur jika Tidak Percaya Qada dan Qadar
Gus Baha menjelaskan, jika ada orang yang tidak percaya kepada takdir Allah, maka dia telah kufur.
"Siapa yang tidak meyakini 'khoirihi wasyarrihi minallah' (takdir baik dan takdir buruk itu dari Allah) maka dia kufur, karena seakan akan di kerajaan-Nya terjadi sesuatu di luar kehendak," jelas Gus Baha, dikutip Sabtu (31/8/2024).
Dalam ceramahnya itu, Gus Baha mendapat pertanyaan dari seorang jemaah. Apakah melakukan maksiat itu termasuk takdir dari Allah?
"Pertanyaan ini ngawur betul, karena masalah qada qadar itu kan sudah dibicarakan ulama di kitab-kitab, kita mengikuti (ulama) ahlul hakikat, (yang mengatakan) kalau qada qadar sudah dibicarakan, kamu harus diam di situ," tutur Gus Baha.
Artinya, cukup yakini saja, jangan dipertanyakan lagi. Lalu bagaimana dengan orang yang melakukan maksiat dan berkeyakinan bahwa itu termasuk takdir dari Allah?
"Orang yang menimpakan dosanya (bahwa dia bermaksiat) karena Allah, maka dia lacut betul," ujar Gus Baha.
Advertisement
Dibutuhkan Kesalehan
Menurut Gus Baha, untuk mempertanyakan tentang qada dan qadar dibutuhkan kesalehan. Gus Baha mengutip Firman Allah SWT:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ يَهْدِيْهِمْ رَبُّهُمْ بِاِيْمَانِهِمْۚ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, niscaya mereka diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya..." [Q.S Yunus: 9]
"Untuk menakoni qada qadar dibutuhkan kesalehan, kalau tidak (saleh), kriminal betul," kata Gus Baha.