Liputan6.com, Cilacap - Ulama asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengisahkan jawaban telak gurunya saat menghadapi ulama yang menghina KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Berdasarkan penuturannya gurunya yang seorang kiai asal Rembang akan selalu beliau kenang. Demikian pula dengan tabiatnya yang terkenal pendiam.
Dalam kisah ini guru Gus Baha menghadapi seorang kiai yang menghina Gus Dur karena memang dirinya anti-Gus Dur. Terlebih Gus Dur itu terkenal sebagai sosok yang kontroversial.
Advertisement
Baca Juga
“Saya punya kiai di Sarang yang selalu saya kenang. Beliau dikenal pendiam,” tutur Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @NgajiHidup123, Senin (02/09/2024).
“Ketika Gus Dur terkenal kontroversi, ada seorang kiai anti Gus Dur,” sambungnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Jawaban Telak Guru Gus Baha saat Hadapi Kiai yang Anti Gus Dur
Gus Baha menceritakan kiai yang anti Gus Dur ini berjam-jam menghina Gus Dur. Namun guru Gus Baha ini hanya diam seribu bahasa.
“Berjam-jam dia menghina Gus Dur, Kiai saya itu terus mendengarkan," kata Gus Baha melanjutkan kisahnya.
“Setelah selesai dikira kiai saya akan menyetujui jawabannya,” sambungnya.
Namun tatkala kiai tadi telah puas mencerca Gus Dur, kiai Gus Baha ini menimpalinya dengan jawaban yang sangat menohok.
“Sudah ya gantian,” kata kiai Gus Baha sebagaimana dituturkan oleh Gus Baha.
“Tadi kan Anda menghina Kiai yang bernama Abdurrahman Wahid," sambungnya.
“Saya tunggu sekarang anda menghina pendeta selama satu jam,” katanya lagi.
“Kalau itu tidak bisa, urusan saya apa?” jawab kiai yang menghina Gus Dur sebagaimana dituturkan Gus Baha.
Advertisement
Akhirnya Menangis
Mendengar jawaban tersebut, kiai Gus Baha pun menimpali dengan jawaban yang sangat menohok dan membuat kiai yang menghina tadi sadar dan menangis.
"Berarti Anda lebih semangat menghina orang Islam dibandingkan orang kafir," kata kiai Gus Baha menimpali.
"Kiai yang menghina Gus Dur pun akhirnya menangis," kata Gus Baha.
"Bukan menangis karena tobat tapi karena sadar bahwa logika yang dibangun itu salah," imbuhnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul