Sukses

Kisah Burung Beo yang Berdzikir, Aa Gym Ungkap Hikmah Persiapan Jelang Sakaratul Maut

Kisah di balik kiai menangis lantaran burung beonya mati, begini pesan Aa Gym.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah ceramah yang penuh hikmah, Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym, mengangkat sebuah kisah yang menyentuh hati tentang ketakutan meninggal tanpa mampu menyebut nama Allah.

Kisah ini berawal dari seorang kiai yang menangis karena burung beo kesayangannya mati, dan kisah ini membawa pelajaran mendalam bagi siapa saja yang mendengarnya.

Aa Gym menceritakan bagaimana kiai tersebut memiliki seekor burung beo yang setiap hari berdzikir, menyebut asma Allah dengan penuh kesetiaan.

"Burung beo ini selalu berdzikir, subhanallah, walhamdulillah, walailahaillallah, wallahu akbar. Setiap hari, pagi siang malam," kata Aa Gym, dalam ceramah yang diunggah di kanal YouTube @AaGymOfficial.

Namun, saat burung beo tersebut mati digigit kucing, kiai itu tidak mendengar satu pun dzikir keluar dari mulut burung yang selama ini dipelihara dengan penuh kasih sayang.

"Bukan itu yang membuat saya sedih, nak," kata kiai tersebut kepada santrinya yang mencoba menghiburnya dengan menawarkan burung beo baru yang bisa diajarkan berdzikir lagi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ajal Datang Tetap Berdzikir

Kiai tersebut menjelaskan kepada santrinya bahwa kesedihan yang dirasakannya bukan karena kehilangan burung beonya, tetapi karena ketakutan bahwa ketika ia sendiri meninggal nanti, ia mungkin tidak mampu menyebut nama Allah seperti burung beo yang tak lagi berzikir saat ajal menjemput.

"Ini yang bikin kiai menangis. Takut pada waktu wafat enggak bisa nyebut nama Allah," cerita Aa Gym dengan nada yang penuh kesadaran.

Aa Gym menambahkan bahwa kisah ini seharusnya menjadi pengingat bagi semua orang untuk selalu menjaga zikir dan hubungan mereka dengan Allah, agar ketika ajal datang, lidah mereka tetap mampu menyebut nama-Nya.

"Jangan sampai kita sibuk berdzikir sepanjang hidup, tetapi pada saat yang paling penting, kita malah lupa menyebut nama Allah," pesan Aa Gym.

Menurut Aa Gym, kisah ini memberikan pelajaran penting bahwa zikir bukan hanya sekedar kata-kata yang diucapkan, tetapi harus menjadi bagian dari jiwa dan hati yang tulus.

"Kita harus memastikan bahwa zikir itu bukan hanya di mulut, tapi benar-benar meresap ke dalam hati, sehingga saat kita menghadapi kematian, nama Allah yang pertama keluar dari mulut kita," tambahnya.

Ceramah ini memberikan kesadaran baru kepada para pendengarnya, terutama tentang pentingnya ketulusan dalam berzikir dan mempersiapkan diri untuk akhir hayat.

3 dari 3 halaman

Ini yang Membuat Kiai Bersedih

"Santri sedih lihat kiainya sedih, tapi kiai itu lebih sedih memikirkan bagaimana dia sendiri nanti di akhir hidupnya," lanjut Aa Gym.

Aa Gym juga menekankan bahwa ketakutan akan kematian bukanlah hal yang perlu dihindari, melainkan dijadikan motivasi untuk memperkuat keimanan dan memperbanyak amal saleh.

"Ketakutan itu ada untuk mengingatkan kita agar selalu dekat dengan Allah, agar nanti ketika ajal datang, kita siap dan mampu menyebut nama-Nya dengan penuh keyakinan," ujar Aa Gym.

Kisah ini, menurut Aa Gym, juga mengajarkan bahwa setiap orang harus selalu introspeksi dan memeriksa kembali niat dan keikhlasan dalam beribadah.

"Jangan sampai kita terlena dengan rutinitas ibadah yang kosong makna. Kita harus benar-benar memahami apa yang kita ucapkan dalam dzikir," tegas Aa Gym.

Menutup ceramahnya, Aa Gym berpesan agar setiap umat Islam menjadikan dzikir sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai ritual, tetapi sebagai bentuk penghambaan yang tulus.

"Semoga kita semua diberi kekuatan untuk selalu ingat kepada Allah, dan saat ajal tiba, nama Allah-lah yang pertama keluar dari lisan kita," tutup Aa Gym dengan penuh harap.

Pesan ini diharapkan dapat menjadi renungan bagi setiap orang untuk tidak hanya mengucapkan dzikir sebagai rutinitas, tetapi sebagai cermin dari ketulusan dan kedalaman iman, yang akan menyertai mereka hingga akhir hayat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.