Sukses

Amalan yang Membuat Seseorang Istimewa di Sisi Allah, Setara Juru Dakwah Rasulullah Kata Buya Yahya

Pahalanya juru dakwah sangat istimewa di Mata Allah SWT, ini penjelasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Pahalanya seorang juru dakwah atau pendakwah sangat istimewa di mata Allah. Meskipun seseorang tidak memiliki status tinggi di dunia, dengan niat yang tulus dan usaha yang serius dalam berdakwah, pahalanya bisa setara dengan mereka yang memiliki kedudukan tinggi di akhirat.

KH Yahya Zainul Ma'arif, yang akrab disapa Buya Yahya, memberikan panduan tentang bagaimana menjadi pribadi istimewa di mata Allah, layaknya seorang juru dakwah.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menekankan pentingnya ketulusan dalam niat dan usaha dalam mencapai kebaikan.

Ceramah yang diunggah di kanal YouTube @buyayahyaofficial ini telah menarik perhatian banyak orang yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana menjadi istimewa di sisi Allah.

Buya Yahya menjelaskan bahwa seseorang yang sering berderma, berbuat baik, atau memiliki keinginan tulus untuk meniru perbuatan mulia akan mendapatkan pahala yang setara dengan seorang juru dakwah.

"Jika ada orang melihat orang kaya banyak berderma, berbuat baik, dia itu istimewa banget, pangkatnya tinggi, duduk dengan para aimah, para ulama. Padahal, di dunia dia bukan ustadz, tapi di akhirat gelarnya sama seperti juru dakwah Rasulullah," ujar Buya Yahya, menekankan bahwa amal kebaikan dapat mengangkat derajat seseorang.

 

 

 

 

 

SImak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ingin Dapat Pahala Setara Juru Dakwah? Ini Caranya

Buya Yahya juga menekankan bahwa bukan hanya orang yang berprofesi sebagai ustadz atau juru dakwah yang bisa dekat dengan Allah, tetapi siapa saja yang memiliki niat tulus untuk meniru perbuatan baik tersebut.

"Jika ada orang melihat orang seperti itu, orang kaya banyak berderma, kok dia pengin dengan keinginan yang tulus dan serius, maka dia sudah mendapatkan pahala sama di sisi Allah," jelasnya.

Namun, Buya Yahya mengingatkan bahwa keinginan untuk menjadi seperti orang baik tidak cukup hanya di mulut saja.

Keinginan tersebut harus diiringi dengan usaha yang nyata dan serius.

"Kita perlu jelaskan, ingin tulus itu bagaimana. Jangan hanya pengin-pengin saja, tapi pengin tulus dengan tindakan," lanjut Buya Yahya.

Menurut Buya Yahya, orang yang benar-benar tulus akan meneliti bagaimana seseorang bisa sukses dalam amalnya, apa yang dikerjakannya, dan bagaimana usahanya.

"Kalau pengin tulus, Anda harus meneliti bagaimana dia bisa sukses, apa yang dikerjakan, usahanya bagaimana," tambah Buya Yahya.

 

3 dari 3 halaman

Kuncinya Lakukan Hal Nyata

Ia juga menegur orang yang hanya berangan-angan tanpa usaha nyata.

"Jangan hanya pengin kayak dia biar dapat pahala, tapi tidur ngorok, pagi-pagi enggak kelihatan, dia pergi cari duit," kata Buya Yahya, mengingatkan agar tidak hanya bermimpi tanpa tindakan.

Buya Yahya menggunakan analogi orang yang tidak mau mengikat untanya, namun berharap untanya tidak hilang.

"Ini nih, khayal itu seperti orang tadi, ngiket unta enggak mau, tapi berharap untanya enggak hilang. Itu congkak dalam tawakal," ujar Buya Yahya, menyoroti sikap tawakal yang tidak disertai usaha.

Ceramah Buya Yahya ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana menjadi istimewa di sisi Allah tanpa harus menjadi seorang ustadz.

Dengan niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh, setiap orang bisa meraih kedekatan dengan Allah seperti para juru dakwah.

Buya Yahya menutup ceramahnya dengan pesan agar setiap orang tidak hanya bermimpi menjadi seperti juru dakwah, tetapi juga berusaha keras untuk mencapai derajat tersebut dengan amal kebaikan yang konsisten.

"Mau istimewa seperti juru dakwah? Mulailah dengan niat yang tulus dan usaha yang nyata," tutup Buya Yahya dengan penuh hikmah.

Ceramah ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi banyak orang untuk lebih serius dalam menjalani hidup dengan tujuan meraih ridha Allah dan menjadi pribadi yang istimewa di mata-Nya, tanpa harus menjadi seorang ustadz atau juru dakwah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul