Liputan6.com, Jakarta - Gus Miek, atau KH Hamim Tohari Djazuli, adalah seorang ulama kharismatik dari Kediri, Jawa Timur, yang dikenal sebagai pendiri pengajian Dzikrul Ghofilin, sebuah forum zikir yang banyak diikuti oleh berbagai kalangan.
Gus Miek memiliki pendekatan dakwah yang unik, sering kali menyampaikan ajaran agama di tempat-tempat yang tidak lazim, seperti warung kopi dan pasar, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat luas
Meninggalnya Gus Miek, seorang tokoh spiritual terkemuka, pada tanggal 5 Juni 1993 meninggalkan kesedihan mendalam di kalangan masyarakat dan santri.
Advertisement
Fenomena aneh terjadi saat hari wafatnya, di mana berbagai alat dapur di Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur, dilaporkan bergetar, seperti yang dikutip dari kanal YouTube @Ceritaislami836.
Menurut laporan dari beberapa saksi, ketika Gus Miek meninggal dunia, lautan dzikir mengema di hampir seluruh Ponpes Al-Falah Ploso.
"Piring, gelas, dan alat dapur ikut bergetar," ujar seorang santri yang menyaksikan kejadian tersebut yang dikisahkan dalam video.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Sosok Dihormati
Fenomena ini menambah kekaguman terhadap sosok Gus Miek yang dikenal sebagai pencetus pengajian dzikrul ghofilin.
Gus Miek, yang memiliki pengaruh besar dalam pengembangan dzikrul ghofilin, adalah sosok yang dihormati oleh banyak orang. Pengajian yang diciptakan ini dikenal luas dan diikuti oleh banyak santri di berbagai daerah.
Keberadaan Gus Miek dalam dunia spiritual Indonesia meninggalkan jejak yang mendalam.
Cerita menarik lainnya datang dari seorang santri bernama Khairudin. Dalam pengalamannya, Khairudin mengisahkan bahwa ia melihat Gus Miek sedang duduk di sebuah warung kopi di terminal.
Dalam cerita tersebut, Khairudin menyaksikan Gus Miek sedang berbincang santai dengan seorang pria berpakaian lusuh.
Setelah berbincang, pria tersebut pamit dan pergi. Khairudin kemudian bertanya kepada Gus Miek tentang identitas orang yang baru saja pergi.
Advertisement
Cerita Gus Miek Nongkrong dengan Nabi Khidir AS
"Sampean bersalaman sama siapa Mas?" tanya Gus Miek. Santrinya menjawab bahwa ia tidak tahu siapa orang tersebut.
Khairudin kemudian terkejut saat mendengar bahwa orang tersebut adalah Nabi Khidir AS. "Kalau tahu tadi saya minta uang Gus," kata Khairudin.
Gus Miek menjelaskan bahwa meminta uang dari orang tersebut tidaklah benar. "Tidak bisa kalau minta uang, nanti jadi maling timbal Gus Miek," jelas Khairudin, merujuk pada ajaran Gus Miek.
Kisah tersebut menambah dimensi spiritual dan misteri yang menyelubungi kehidupan Gus Miek. Pengalaman Khairudin menunjukkan betapa besar pengaruh Gus Miek dalam membimbing dan mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada para santrinya.
Fenomena bergetarnya alat dapur dan pengalaman Khairudin menggambarkan kedalaman spiritual Gus Miek dan pengaruhnya yang besar dalam komunitasnya.
Hal ini juga mencerminkan keyakinan bahwa sosok yang memiliki kedekatan dengan Allah dapat menunjukkan keajaiban-keajaiban tertentu.
Meninggalnya Gus Miek pada tahun 1993 menyisakan kesan yang mendalam di hati para pengikutnya. Keberadaan beliau sebagai pencetus pengajian dzikrul ghofilin dan berbagai kisah mistis seputar beliau terus menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat hingga saat ini.
Cerita tentang Gus Miek ini bukan hanya menambah kekaguman terhadap sosoknya, tetapi juga mengajak umat untuk lebih mendalami ajaran-ajaran spiritual yang beliau wariskan. Fenomena tersebut menjadi pengingat akan kekuatan doa dan zikir dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya cerita-cerita seperti ini, para pengikut Gus Miek diharapkan dapat terus meneruskan ajaran dan nilai-nilai yang telah beliau tanamkan. "Wallahu a'lam," kata Khairudin, menutup cerita tentang Gus Miek dengan penegasan bahwa segala sesuatu adalah ketentuan Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul