Liputan6.com, Jakarta - Suatu saat, Pemerintah Kabupaten Magelang pernah menghadapi kebingungan saat Gunung Merapi diprediksi akan meletus.
Dikutip dari platform youtube kanal @RiyoFulana, untuk menghadapi situasi genting tersebut, pemerintah memutuskan untuk mengundang ulama-ulama besar, untuk mengadakan doa bersama.
Namun, dalam perencanaan tersebut, Mbah Dalhar Watucongol ternyata tidak diundang.
Advertisement
Kisah ini kemudian mencuat setelah Romo Agung KH Siraj dari Payaman menunjukkan kemarahannya terhadap panitia yang tidak mengundang Mbah Dalhar.
Dalam kemarahannya, Kyai Siraj mengatakan kepada panitia bahwa mereka telah mengundang kyai-kyai besar, tetapi mengabaikan Mbah Dalhar, yang dianggapnya sebagai kiai kampung.
Salah seorang panitia kemudian melakukan kunjungan ke Watucongol, tempat tinggal KH Dalhar, sambil merasa kesal dan meragukan keputusan tersebut.
Dalam perjalanan menuju Watucongol, panitia tersebut bergumam dalam hati, mempertanyakan mengapa Kyai Dalhar, yang dianggapnya kurang penting, diundang.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Panitia Remehkan Mbah Dalhar, Padahal Seperti Ini
Sesampainya di Watucongol, panitia menyampaikan maksud mereka kepada Kiai Dalhar. Mbah Dalhar menolak untuk ikut naik mobil yang disediakan panitia dan memilih untuk menggunakan kereta api.
Panitia, yang sudah mulai merasa frustasi, kembali meragukan keputusan Kiai Dalhar dan bergumam dalam hati tentang waktu kedatangannya.
Meskipun merasa diremehkan, Kiai Dalhar tetap tenang dan menolak ajakan untuk naik mobil.
Ia dengan sabar menjelaskan bahwa dirinya lebih memilih naik kereta api dan merasa tidak perlu terburu-buru.
Kiai Siraj yang mendengar penjelasan tersebut menjawab bahwa Kiai Dalhar sedang memimpin doa, yang merupakan bagian dari tanggung jawabnya.
Akhirnya, panitia menyadari bahwa meskipun Kiai Dalhar dianggap sebagai kiai kampung, ternyata memiliki peran yang sangat penting dalam doa bersama.
Kiai Dalhar, dengan kesederhanaan dan keteguhan hatinya, memberikan contoh betapa besar kekuatan doa dan kesabaran dalam menghadapi bencana.
Advertisement
Pentingnya Menghargai
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai setiap individu, terlepas dari status atau gelarnya.
Kyai Dalhar, dengan keputusannya untuk tetap berdoa dan tidak terburu-buru, menunjukkan bahwa spiritualitas dan doa memiliki kekuatan yang lebih besar daripada sekadar gelar atau status sosial.
Panitia akhirnya menyadari kesalahan mereka dan mengakui bahwa Kyai Dalhar memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam doa bersama.
Kesederhanaan dan ketulusan Kyai Dalhar menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Cerita ini menjadi salah satu contoh bagaimana sikap rendah hati dan keteguhan iman dapat mengubah pandangan dan memperkuat keyakinan dalam menghadapi tantangan hidup.
Akhirnya, kisah Mbah Dalhar yang sempat diremehkan oleh panitia menjadi sebuah pelajaran penting tentang nilai-nilai spiritual dan pentingnya menghargai setiap individu dalam masyarakat.
Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua untuk lebih menghargai dan memahami peran setiap orang dalam kehidupan kita.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul