Sukses

Cerita Paku Bengkok Mbah Kholil yang Jadi Wasilah Berangkat Haji Pasutri Miskin, Kisah Karomah Wali

Selalu banyak cara yang membuka jalan seseorang berangkat haji. Seperti yang dialami sepasang suami istri (pasutri) yang haji karena paku bengkok ulama besar Mbah Kholil Bangkalan. Simak kisah selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Haji menjadi ibadah yang paling didambakan oleh setiap muslim. Pasalnya, ibadah haji ini sebagai penyempurna keislaman seseorang. 

Ibadah haji hanya bisa dilakukan di Tanah Suci, Makkah. Waktu pelaksanaannya setahun sekali setiap bulan Dzulhijjah. 

Hukum melaksanakan haji adalah wajib. Kewajiban ini berlaku bagi orang yang mampu, baik mampu secara fisik maupun secara materi.

Perlu ditegaskan bahwa ibadah ini tidak untuk orang kaya. Siapapun, bahkan orang miskin sekalipun, jika Allah sudah berkehendak menjadi tamu-Nya, ia akan berangkat ke Tanah Suci untuk ibadah haji.

Selalu banyak cara yang membuka jalan seseorang berangkat haji. Seperti yang dialami sepasang suami istri (pasutri) yang haji karena paku bengkok ulama besar Syaikhona Kholil Al Bangkalani atau Mbah Kholil Bangkalan. Simak kisah selengkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah Pasutri Ingin Haji dan Sowan ke Mbah Kholil

Dikisahkan oleh laman Pesantren Syaichona Moh. Cholil, ada pasutri yang berkeinginan berangkat haji tapi terkendala biaya. Alhasil, sang istri meminta suami untuk sowan ke Mbah Kholil Bangkalan untuk agar bisa berangkat haji.

Setelah sampai di kediamannya Mbah Kholil, sang suami mengutarakan hajatnya ingin menunaikan haji ke Tanah Suci. 

“Kiai saya minta barokahnya agar bisa ke Makkah,” tuturnya dikutip dari situs Ponpes Syaichona Moh. Cholil, Kamis (7/9/2024).

Mendengar keinginan orang tersebut, Mbah Kholil bergumam, “Kalau dipikir-pikir naik haji itu harus dengan uang.”

Kemudian Mbah Kholil pergi ke kamarnya. Ia mencari sesuatu untuk diberikan kepada orang tersebut. Namun, Mbah Kholil tidak menemukan sesuatu di kamarnya. Hanya ada paku bengkok yang biasa digunakan untuk menggantung bajunya.

Tanpa pikir panjang, Mbah Kholil  mencabut paku tersebut dan diberikan kepada orang tadi. Sebelum diberikan, Mbah Kholil meminta orang tersebut menghabiskan hidangan yang disuguhkan.

“Ini genggam dan bawa pulang jangan kamu buka sebelum sampai ke rumahmu,” kata Mbah Kholil setelah tamunya menghabiskan hidangan yang ia suguhkan.

Orang tersebut senang dan pulang ke rumahnya. Ia mengira yang diberikan Mbah Kholil itu adalah mutiara atau sebatang emas yang bisa jadi modal untuk pergi haji.

3 dari 4 halaman

Kaget karena Mbah Kholil Kasih Paku Bengkok, Bukan Mutiara atau Emas

Sesampainya di rumah, suami itu kaget bukan main. Sebab, yang ia genggam selama perjalanan dari dalem Mbah Kholil ke rumahnya ternyata hanya sebatang paku bengkok.

Berhubung paku tersebut diberikan Mbah Kholil, ia memutuskan untuk menyimpannya.

Beberapa hari kemudian, sang suami melihat ada kapal bersandar yang digeromboli banyak orang. Dia mendekat dan bertanya apa yang sedang terjadi. Ternyata, kapal milik Amerika yang bersandar itu diakibatkan kunci peti harta simpanan mereka jatuh ke laut dan tidak ada satu pun yang menemukannya.

Alhasil, orang Amerika itu mengadakan sayembara. “Barang siapa yang bisa membuka peti ini maka separuh dari isinya boleh diambil,” demikian isi sayembaranya.

4 dari 4 halaman

Barokah Paku Bengkok Mbah Kholil

Mendengar ada pengumuman tersebut, sang suami ingat dengan paku bengkok pemberian Mbah Kholil. Ia lari ke rumahnya dan mengambil paku tersebut. Setelah itu, balik lagi ke tempat di mana kapal milik Amerika bersandar.

Dengan penuh keyakinan, sang suami mengutarakan keinginannya untuk membuka peti mereka seraya mengeluarkan paku bengkok pemberian Mbah Kholil. Namun, sang suami itu malah ditertawakan.

“Sebagus-bagusnya kunci tidak bisa membuka peti ini apalagi paku bengkok nan karat ini,” kata yang mengadakan sayembara.

Sang suami tetap mencoba untuk membuka peti itu dengan paku bengkok Mbah Kholil. Atas izin Allah SWT dan barokahnya Mbah Kholil, paku bengkok itu mampu membuka peti dengan mudah. Melihat kejadian itu, semua orang yang melihatnya kagum pada sang suami itu.

Sesuai perjanjian, orang Amerika itu membagikan setengah dari isi petinya. Sang suami bersyukur dan bahagia. Ia pulang ke rumah dan menceritakan kepada istrinya.

Akhirnya, dengan uang pemberian orang Amerika pasutri itu bisa pergi haji. Tak lupa, mereka mengajak Mbah Kholil untuk melaksanakan haji bersama.

Demikian kisah pasutri yang berangkat haji karena barokah Mbah Kholil Bangkalan. Dari kisah ini dapat kita ambil hikmah bahwa ketika seseorang senang dan mahabbah terhadap ulama, insya Allah keinginannya akan dimudahkan oleh Allah SWT.

Wallahu a’lam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.