Liputan6.com, Jakarta - Bahagia memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap orang karena setiap individu memiliki nilai, pengalaman, dan harapan yang unik.
Bagi sebagian orang, kebahagiaan mungkin terletak pada pencapaian materi atau kesuksesan karier, sementara bagi yang lain, kebahagiaan bisa berarti kedamaian batin, hubungan yang harmonis, atau momen sederhana bersama keluarga.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau dikenal sebagai Gus Baha, memberikan pandangannya mengenai konsep kebahagiaan yang sering kali salah kaprah di masyarakat.
Advertisement
Dalam penjelasannya, Gus Baha menekankan bahwa banyak orang, termasuk akademisi dan dosen, telah mengajarkan pemahaman yang keliru tentang kebahagiaan.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube @GPDCorpSanggau, Gus Baha mengungkapkan pandangannya mengenai kesalahpahaman ini.
“Selama ini kita sebagai akademisi, sebagai dosen juga ikut salah melahirkan satu paham bahwa bahagia itu kalau jadi dosen, bahagia itu kalau jadi rektor, jadi menteri,” ujar Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Harus Jadi Pejabat, Nganggur Saja Bahagia
Menurutnya, pandangan ini telah mempengaruhi banyak orang untuk menganggap bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui posisi-posisi tinggi atau prestasi tertentu.
Gus Baha menambahkan bahwa pandangan ini tidak hanya salah, tetapi juga sering membuat orang merasa tidak bahagia dengan kesehariannya.
“Padahal orang seperti itu sering saya ketemu, orang yang nganggur, mereka merasa enak,” lanjutnya. Ia mengilustrasikan bahwa kebahagiaan sebenarnya tidak bergantung pada jabatan atau posisi sosial.
Dalam ceramahnya, Gus Baha memberikan contoh bahwa banyak orang yang justru merasa lebih bahagia dengan gaya hidup sederhana, seperti menikmati waktu santai di rumah atau menikmati kopi.
“Jadi enak wong nganggur lah, jadi menteri dikongkon presiden, pejabat esuk kudu ngantor,” katanya. Gus Baha menekankan bahwa hidup sederhana sering kali memberikan kepuasan yang lebih dalam.
Gus Baha juga menjelaskan bahwa pandangan mengenai kebahagiaan yang mengandalkan status sosial atau jabatan tinggi sering kali membawa tekanan dan stres.
“Ngopi-ngopi gitu intinya bahagia seperti ini,” ungkapnya. Menurutnya, banyak orang yang berada di posisi tinggi sering mengalami tekanan yang membuat mereka merasa tidak bahagia.
Lebih lanjut, Gus Baha mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa kebahagiaan sebenarnya tidak bergantung pada status sosial atau pencapaian materi.
“Nggak usah dibatalkan biar saja tetap bahagia seperti itu,” tegasnya. Ini adalah ajakan untuk menerima dan menikmati kebahagiaan yang sederhana dan sehari-hari.
Advertisement
Menjadi Pengingat, Bahagia Itu Sederhana
Pesan Gus Baha ini merupakan pengingat bagi banyak orang bahwa kebahagiaan tidak selalu berhubungan dengan posisi sosial atau materi.
“Kita sering kali mencari kebahagiaan di tempat yang salah,” katanya. Hal semavam ini adalah dorongan untuk mengevaluasi kembali apa yang sebenarnya membuat kita bahagia.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa pandangan yang keliru tentang kebahagiaan dapat menyebabkan banyak orang merasa tidak puas dengan hidup mereka, meskipun mereka telah mencapai posisi atau prestasi yang tinggi.
“Maka dari itu, mari kita coba menikmati setiap momen dalam kehidupan kita dengan cara yang sederhana dan penuh syukur,” tambahnya.
Dengan pandangan ini, Gus Baha berharap agar masyarakat dapat lebih menghargai kebahagiaan yang sederhana dan tidak bergantung pada status sosial atau pencapaian materi.
“Kebahagiaan bisa ditemukan dalam aktivitas sehari-hari yang sederhana,” ujar Gus Baha. Ini adalah ajakan untuk memandang kebahagiaan dengan cara yang lebih realistis dan sederhana.
Gus Baha juga menekankan bahwa kehidupan yang sederhana dan penuh syukur sering kali membawa kebahagiaan yang lebih dalam dan tahan lama.
“Mari kita tinggalkan pandangan bahwa kebahagiaan hanya bisa dicapai melalui posisi tinggi atau kekayaan,” pintanya.
Ini adalah seruan untuk mengejar kebahagiaan dengan cara yang lebih autentik dan sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.
Dalam akhir ceramahnya, Gus Baha mengingatkan bahwa kebahagiaan yang sejati berasal dari dalam diri sendiri dan bukan dari pencapaian eksternal.
“Kita harus belajar untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dan menghargai setiap momen dalam kehidupan kita,” tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul