Sukses

Cerita Kasih Sayang Mbah Moen kepada Santrinya yang Nakal, Bikin Nangis

Menurut Gus Baha, di Pondok Sarang yang diasuh oleh Mbah Moen, terdapat santri yang dikenal nakal. Meski pelanggaran santri tersebut melanggar aturan pondok, Mbah Moen tetap menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang luar biasa.

Liputan6.com, Jakarta - Kasih sayang seorang kiai besar terhadap santrinya sering kali melampaui batas aturan dan disiplin formal pesantren.

Meski ada santri yang mungkin nakal atau melanggar peraturan, seorang kiai tetap melihat mereka sebagai bagian dari keluarganya, mengasihi dengan tulus tanpa memandang kesalahan yang mereka perbuat.

Seperti kisah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang tetap menganggap santri nakalnya sebagai "santriku dunya akhirat," menunjukkan betapa besar cinta dan pengampunan yang diberikan kiai kepada murid-muridnya.

Kisah kasih sayang dan kepedulian Mbah Moen terhadap santrinya, bahkan yang nakal, menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Dikutip dari kanal YouTube @alqolbumutayyam89, Santri Mbah Moen KH ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menceritakan betapa Mbah Moen sangat mencintai santrinya tanpa memandang tingkah laku mereka.

Menurut Gus Baha, di Pondok Sarang yang diasuh oleh Mbah Moen, terdapat santri yang dikenal nakal. Meski pelanggaran santri tersebut melanggar aturan pondok, Mbah Moen tetap menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang luar biasa.

"Mbah Moen selalu memperlakukan santrinya dengan penuh kasih, meskipun mereka nakal. Beliau pernah mengatakan, 'Yo cung kudune koe diboyong cara aturan Pondok, nak aturane pangeran koe tobat dadi wong apik dadi wong salah kudu tetep sering rene, koe tetep santriku dunya akhirat,'" kata Gus Baha menirukan ungkapan Mbah Moen.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Mbah Moen Tetap Sayang kepada Santrinya, Meski Nakal

Pernyataan Mbah Moen tersebut menunjukkan betapa dalamnya rasa sayang beliau terhadap santrinya. Meskipun aturan pondok mengharuskan santri yang nakal untuk dipulangkan, Mbah Moen memilih untuk mengingatkan dan membimbing mereka agar bisa kembali ke jalan yang benar, tanpa harus kehilangan status mereka sebagai santri.

"Mbah Moen menekankan bahwa santri yang nakal tetap dianggap sebagai bagian dari pondok dan harus terus diberikan bimbingan, meski dalam pandangan aturan pondok, mereka seharusnya dipulangkan," lanjut Gus Baha.

Gus Baha menegaskan bahwa Mbah Moen adalah sosok yang sangat bijaksana dan penuh kasih, mirip dengan cara Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang kepada umatnya.

"Karena kita tidak mungkin menilai atau mentafsirkan kasih sayang Mbah Moen secara mendalam, kita bisa melihat betapa miripnya beliau dengan nabi dalam hal kasih sayang dan perhatian," ujar Gus Baha.

Dalam pandangan Gus Baha, Mbah Moen tidak hanya sekadar mengajarkan aturan dan disiplin, tetapi juga memberikan kasih sayang yang mendalam kepada santrinya.

"Mbah Moen, seperti halnya Nabi Muhammad SAW, selalu memberikan contoh kasih sayang dan perhatian kepada santrinya. Beliau tidak hanya melihat dari sisi pelanggaran, tetapi juga dari sisi pembinaan dan pembimbingan spiritual," jelas Gus Baha.

Gus Baha juga menambahkan bahwa Mbah Moen percaya bahwa setiap santri, meskipun nakal, masih berpotensi untuk berubah dan menjadi lebih baik.

"Mbah Moen percaya bahwa setiap santri yang nakal tetap memiliki kesempatan untuk tobat dan menjadi baik, asalkan diberikan bimbingan dan kasih sayang yang benar," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Pelajaran untuk Para Pendidik

Melalui cerita ini, Gus Baha menekankan pentingnya kasih sayang dan bimbingan dalam proses pendidikan, terutama dalam lingkungan pondok pesantren.

"Kisah Mbah Moen ini menunjukkan betapa pentingnya bimbingan dan kasih sayang dalam proses pendidikan, tidak hanya menekankan pada aturan tetapi juga pada pembinaan spiritual," katanya.

Dalam dunia pendidikan, terutama di pondok pesantren, pendekatan yang penuh kasih sayang dan pengertian seperti yang dilakukan oleh Mbah Moen menjadi contoh bagi pendidik lainnya.

"Pendidik seharusnya tidak hanya fokus pada aturan, tetapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian kepada para santrinya, seperti yang dicontohkan oleh Mbah Moen," tutup Gus Baha.

Dengan kisah ini, Gus Baha mengajak kita semua untuk meneladani kasih sayang dan pengertian Mbah Moen dalam mendidik dan membimbing generasi muda, serta memahami betapa besar manfaat dari pendekatan yang penuh kasih.

"Kisah Mbah Moen adalah pengingat bahwa dalam mendidik, kasih sayang dan perhatian adalah kunci utama untuk mencetak generasi yang baik," pungkas Gus Baha.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â