Liputan6.com, Cilacap - Salah satu fase yang akan dilalui oleh seluruh manusia dari Nabi Adam hingga manusia di zaman akhir ialah fase pengumpulan manusia di Padang Mahsyar, usai hari kehancuran atau kiamat.
Berdasarkan informasi dari Rasulullah SAW, saat semua manusia berada di padang Mahsyar pada Yaumul Mahsyar, kondisi mereka sama yakni tidak beralas kaki, telanjang dan tidak dikhitan.
Kondisi-kondisi manusia yang demikian itu digambarkan dalam sebuah sabda Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Advertisement
Baca Juga
Menariknya dalam hadis tersebut juga berisi dialog Rasulullah SAW dengan salah satu istrinya sayyidah Aisyah RA, perihal kondisi manusia pada hari itu.
Dialog Rasulullah dengan Aisyah tentang Kondisi Manusia di Padang Mahsyar
Menukil Republika, sebagaimana hadis dari Aisyah radhiyallahu anhu pernah mendengar perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
Manusia pada hari kiamat akan dihimpun di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, dan tidak bersunat. Aisyah radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, apakah wanita dan pria semuanya berkumpul jadi satu dan saling memandang?” Beliau bersabda, “Di sana keadaannya sangat mencekam sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk saling melihat.” (HR. Muslim).
Semua manusia di Padang Mahsyar tidak berani melihat kanan kiri. Mereka tertunduk merasa ketakutan sambil menunggu giliran dipanggil oleh Allah SWT untuk dihisab. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Thaha ayat 111, berikut ini:
وَعَنَتِ الْوُجُوْهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّوْمِۗ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمً
Semua wajah tertunduk di hadapan (Allah) Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus. Sungguh rugi orang yang membawa kezaliman. (QS. Thaha: 111).
Advertisement
Kondisi Mengerikan di Padang Mahsyar
Kondisi di Padang Mahsyar digambarkan sebagai salah satu tempat yang paling mengerikan. Tempat tersebut membuat seluruh manusia merinding ketakutan, hatinya berdegup sangat kencang, hingga matanya terbelalak.
Dalam hadis lain, Imam Al-Muzani rahimahullah berkata:
وَبَعْدَ البِلَى مَنْشُوْرُوْنَ وَيَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى رَبِّهِمْ مَحْشُوْرُوْنَ وَلَدَى العَرْضِ عَلَيْهِ مُحَاسَبُوْنَ بِحَضْرَةِ الموَازِيْنِ وَنَشْرِ صُحُفِ الدَّوَاوِيْنَ وَنَسُوْهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ لَوْ كَانَ غَيْرُ اللهِ الحَاكِمَ بَيْنَ خَلْقِهِ لَكِنَّهُ اللهُ يَلِي الحُكْمَ بَيْنَهُمْ بِعَدْلِهِ بِمِقْدَارِ القَائِلَةِ فِي الدُّنْيَا يَوْمَئِذٍ يَعُوْدُوْنَ فَرِيْقٌ فِي الجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِي السَّعِيْرِ
Setelah hancur, manusia dibangkitkan. Dan pada hari kiamat, manusia dikumpulkan di hadapan Rabb-Nya. Di masa penampakan amal manusia dihisab. Dengan dihadirkannya timbangan-timbangan dan disebarkannya lembaran-lembaran (catatan amal). Allah menghitung dengan teliti, sedangkan manusia melupakannya. Hal itu terjadi pada hari yang kadarnya di dunia adalah 50 ribu tahun. Kalaulah seandainya bukan Allah sebagai hakimnya niscaya tidak akan bisa, akan tetapi Allahlah yang menetapkan hukum di antara mereka secara adil. Sehingga lama waktunya (bagi orang beriman) adalah sekadar masa istirahat siang di dunia, dan Allah Yang Paling Cepat Perhitungan Hisabnya. Sebagaimana Allah memulai menciptakan mereka, ada yang sengsara atau bahagia, pada hari itu mereka dikembalikan. Sebagian masuk surga, sebagian masuk neraka. Allah SWT akan memanggil satu per satu manusia untuk dihisab amal perbuatannya selama di dunia. Jika selama di dunia manusia mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan memberi balasan sesuai dengan amalan yang ia perbuat.
Amal kebaikannya akan terus diambil oleh Allah SWT selama dihisab hingga habis. Jika amalnya hanya sedikit dan masih tersisa banyak siksaan yang belum terbayar, maka itu akan dipertanggung jawabkan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Yang paling pertama dihisab pada seorang hamba di hari kiamat adalah sholat. Jika (sholatnya) baik, maka baiklah seluruh amalannya, sedangkan jika (sholatnya) buruk, maka buruklah seluruh amalannya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul