Sukses

Respons Adem Nabi SAW saat Ketahui Ada Sahabat yang Sholat Berjamaah Sembarangan

Ustadz Hanan menambahkan bahwa Nabi Muhammad SAW menunjukkan sikap penuh pengertian dan keleluasaan, tidak menghakimi atau memarahi sahabat tersebut, meskipun tindakannya mungkin tampak tidak sesuai dengan aturan.

Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Hanan Attaki baru-baru ini membagikan kisah menarik tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menunjukkan sikap penuh keleluasaan dan senyum ketika menghadapi tingkah laku seorang sahabat.

Dalam video yang dikutip dari di kanal YouTube @Menjemput Ridha Allah Channel 2. Dalam video tersebut, Ustadz Hanan Attaki menceritakan bagaimana Nabi menghadapi situasi dengan penuh hikmah.

Ustadz Hanan Attaki mengungkapkan bahwa suatu ketika, Nabi Muhammad SAW melihat seorang sahabat bernama Bakrah yang tiba-tiba masuk masjid dan mencoba bergabung dalam sholat berjamaah.

“Ketika Bakrah melihat Nabi dan para sahabat sudah dalam posisi rukuk, dia segera takbir dan langsung rukuk sambil berjalan menuju saf. Ini dilakukan agar dia bisa bergabung dalam rakaat pertama bersama Imam,” jelas Ustadz Hanan Attaki.

“Setelah selesai sholat, Bakrah menceritakan tindakannya kepada Nabi. Reaksi Nabi hanya tersenyum dan berkata, ‘Ya sudah, besok-besok jangan gitu lagi,’” lanjut Ustadz Hanan.

Ustadz Hanan menambahkan bahwa Nabi Muhammad SAW menunjukkan sikap penuh pengertian dan keleluasaan, tidak menghakimi atau memarahi sahabat tersebut, meskipun tindakannya mungkin tampak tidak sesuai dengan aturan.

Ini menjadi contoh bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap kesalahan orang lain dengan keleluasaan dan senyum, bukan dengan kemarahan atau penilaian negatif.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Jangan Marah, dan Untukmu Surga

Seperti yang dikutip dari Nu Online, setiap manusia pasti mengalami marah, namun cara menghadapinya sangat bervariasi.

Ada yang menampilkannya secara terbuka, sementara ada pula yang berusaha menahannya. Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk menahan amarah, bahkan menghadiahkan surga bagi mereka yang berhasil mengendalikannya.

Dalam hadits yang terkenal, Nabi mengatakan, “Lâ taghdhab wa laka al-jannah” yang berarti “Jangan marah dan untukmu surga.”

Amarah merupakan salah satu pintu masuk terfavorit setan untuk membujuk dan merayu manusia. Ketika seseorang marah, kesadarannya sering kali tersisihkan dan tertekan, sehingga sulit untuk melakukan penalaran yang jernih.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa menahan amarah dapat membantu umatnya terhindar dari godaan setan yang sering kali memanfaatkan kemarahan untuk menyebabkan kerusakan.

3 dari 3 halaman

Senyum Nabi SAW dalam Kisah yang Lain

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW menunjukkan sikapnya ketika Sayyidina Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dicaci maki di depannya.

Meskipun Abu Bakar merespons dengan bantahan, Nabi hanya duduk tersenyum dan kemudian pergi ketika Abu Bakar mulai membalas.

Rasulullah menjelaskan bahwa ada malaikat yang membela Abu Bakar, sementara bantahan Abu Bakar memanggil setan. Nabi SAW menjelaskan bahwa beliau tidak ingin duduk bersama setan, yang menunjukkan betapa amarah dapat membuka pintu bagi godaan setan.

Rasulullah SAW memberikan tiga wasiat kepada Sayyidina Abu Bakar untuk menghadapi situasi seperti itu. Pertama, beliau menegaskan bahwa seorang hamba yang teraniaya akan mendapatkan kemenangan dan pertolongan Allah jika ia memasrahkan segala urusan kepada-Nya.

Allah menghendaki hamba-Nya untuk menghindari pembalasan dendam secara langsung dan mempercayakan segala urusan kepada-Nya.

Kedua, Rasulullah SAW menyarankan agar seseorang yang berderma untuk menyambung persaudaraan akan mendapatkan tambahan kenikmatan dari Allah.

Berderma tidak hanya berkisar pada harta, tetapi juga mencakup memberi maaf kepada orang yang menyakiti. Pemberian maaf memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah dan dapat mendatangkan pahala besar.

Dengan menahan amarah dan memberikan maaf, umat Islam dapat menghindari jebakan setan dan meningkatkan hubungan sosial serta spiritual mereka.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa sikap sabar dan pemaaf adalah bagian dari keutamaan yang membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat.

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk mengikuti ajaran Nabi dengan menahan amarah dan mempraktikkan sikap pemaaf, sebagai bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul