Sukses

Azab Ngeri Orang yang Lari dari Utang, Masih Berani Lakukan? Buya Yahya Bilang Begini

Menurut Buya Yahya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan pengelolaan utang dan tanggung jawab pembayaran.

Liputan6.com, Jakarta - Menghindari atau lari dari kewajiban membayar utang dapat berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan seseorang.

Secara umum, tindakan ini dapat merusak reputasi, mengganggu hubungan sosial, dan menyebabkan masalah finansial yang lebih besar.

Menghadapi utang dengan tanggung jawab dan berusaha untuk menyelesaikannya menunjukkan integritas dan komitmen, serta dapat membuka peluang untuk perbaikan dan kemajuan dalam kehidupan.

Dalam video yang dilansir kanal YouTube @fangrong669, KH Yahya Zainul Ma'arif, atau Buya Yahya, memberikan penjelasan mendalam mengenai konsekuensi bagi orang yang lari dari utang.

Menurut Buya Yahya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan pengelolaan utang dan tanggung jawab pembayaran.

Buya Yahya menjelaskan dengan menekankan pentingnya komitmen dalam meminjam uang. "Jika Anda meminjam uang, pastikan Anda memahami tradisi dan ajaran dalam meminjam. Pastikan juga untuk membayar tepat waktu dan tulis kesepakatan hitam di atas putih," ujarnya.

Ini menunjukkan betapa pentingnya keseriusan dalam memenuhi kewajiban finansial.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini Hukuman Tak Bayar Utang

Menurut Buya Yahya, salah satu sikap yang harus dihindari adalah niat untuk lari dari utang.

"Jangan pernah terpikirkan untuk lari dari utang. Jika Anda berniat lari, ingatlah bahwa rezeki Anda akan disempitkan," tegasnya. Nasihat ini bertujuan untuk mengingatkan tentang dampak negatif dari menghindari tanggung jawab utang.

Buya Yahya menegaskan bahwa dalam ajaran agama, seseorang yang tidak membayar utang dengan sengaja akan menghadapi konsekuensi serius.

"Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa orang yang meminjam uang dan kemudian lari dari tanggung jawabnya akan mengalami kesempitan rezeki," ujarnya.

Ini menunjukkan betapa beratnya konsekuensi dari perilaku tersebut dalam pandangan agama.

Sebaliknya, Buya Yahya memberikan dorongan bagi mereka yang berusaha keras untuk membayar utangnya.

"Jika Anda meminjam uang dan bersemangat untuk membayarnya, Allah akan membantu Anda meskipun utang tersebut sangat besar," jelasnya.

Buya Yahya menegaskan bahwa membayar utang adalah kewajiban yang harus dipenuhi. "Jangan sampai kita hanya berfokus pada mendapatkan pinjaman tanpa memikirkan kewajiban untuk membayar. Membayar utang adalah sesuatu yang wajib dilakukan," katanya.

3 dari 3 halaman

Jika belum Ada Uang, Beri Kesempatan

Pesan ini bertujuan untuk memperkuat komitmen dalam memenuhi kewajiban finansial.

Dalam konteks ini, Buya Yahya juga mengingatkan bahwa dalam Islam, jika seseorang meminjamkan uang kepada orang lain, mereka harus bersikap bijaksana dan tidak memaksakan pembayaran.

"Jika Anda meminjamkan uang kepada saudara atau teman dan mereka tidak mampu membayar, Anda tidak boleh memaksanya. Bahkan, Anda diwajibkan untuk memberikan tempo tambahan," ujarnya.

Buya Yahya menjelaskan bahwa memberikan tempo tambahan adalah bentuk kemurahan hati dan pertimbangan dalam Islam.

"Memberikan waktu tambahan kepada orang yang meminjam uang jika mereka dalam kesulitan adalah tindakan yang sangat dianjurkan," katanya. Ini merupakan bentuk dukungan dan empati terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain.

Menurut Buya Yahya, tindakan saling mendukung dalam memenuhi kewajiban utang akan menciptakan hubungan yang lebih baik antara pemberi dan penerima pinjaman.

"Saling mendukung dan memahami situasi masing-masing akan memperkuat hubungan dan menciptakan suasana yang lebih harmonis," jelasnya.

Buya Yahya berharap masyarakat dapat mengambil pelajaran dari nasihat ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

"Semoga pesan ini bisa menjadi refleksi dan memperbaiki sikap kita terhadap kewajiban finansial," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul