Liputan6.com, Jakarta - Mungkin di antara kita ada yang sedang menikmati bekerja dengan penghasilan besar, tetapi di balik itu, ada perasaan bahwa keberkahan yang seakan hilang.
Gaji tinggi seharusnya membawa ketenangan dan kebahagiaan. Namun yang dirasakan justru kekosongan, ketidakpuasan, atau tekanan batin.
Ketika perasaan ini muncul, meskipun secara materi sudah tercukupi, seseorang bisa merasa bahwa apa yang diperoleh tidak membawa kebaikan bagi hidupnya.
Advertisement
Dalam kondisi seperti ini, keputusan untuk resign sering kali dipandang sebagai jalan keluar, dengan harapan menemukan ketenangan batin dan berkah yang selama ini dirasa kurang.
Ustadz Hanan Attaki dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @KalamDakwah24, pentingnya keberanian dalam mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan yang tidak berkah menjadi sorotan utama.
Meskipun seseorang sudah nyaman dengan pekerjaan dan memperoleh penghasilan besar, jika pekerjaan tersebut tidak berkah, maka sepatutnya dihentikan.
"Kadang, kita terjebak dalam pekerjaan yang memberikan penghasilan besar, tetapi kemudian menyadari bahwa pekerjaan tersebut tidak berkah. Jika tidak berkah, sudah pasti pekerjaan itu tidak halal atau syubhat," ujar Ustadz Hanan Attaki.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gak Gampang Tinggalkan Pekerjaan
Pekerjaan yang tidak berkah bisa jadi berada dalam area syubhat, yaitu sesuatu yang meragukan, atau bahkan jelas haram. Banyak orang kesulitan mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut, terutama jika sudah lama dijalani dan memberikan penghasilan yang besar.
"Enggak gampang meninggalkan pekerjaan yang sudah lama dijalani, apalagi kalau penghasilannya besar. Tapi di sinilah letak ujiannya, apakah kita siap mengambil keputusan yang benar meski penuh resiko," tambahnya.
Keputusan untuk meninggalkan pekerjaan yang tidak berkah harus didasari oleh niat yang ikhlas karena Allah. "Kalau kita berani dengan membawa nama Allah dan berkata, 'laka rabbi' (karena Engkau, ya Allah), maka keputusan ini diambil karena Allah, bukan karena hal lain," jelas Ustadz Hanan.
Keputusan seperti ini adalah tindakan yang berani dan tidak mudah diambil oleh banyak orang. Hanya sedikit yang berani meninggalkan pekerjaan nyaman demi menjalankan perintah Allah.
"Orang yang berani mengambil keputusan seperti ini jumlahnya sedikit. Dulu, di zaman para sahabat banyak yang berani meninggalkan dunia demi Allah. Tapi sekarang, orang-orang yang memiliki keberanian seperti itu semakin langka," lanjutnya.
Ustadz Hanan menegaskan bahwa keberkahan dalam rezeki jauh lebih penting daripada jumlahnya. Rezeki yang tidak berkah hanya akan membawa keburukan di dunia dan akhirat.
Advertisement
Apa Guna Hasil Besar Tidak Berkah?
"Apa gunanya penghasilan besar jika tidak berkah? Rezeki yang tidak berkah hanya akan membawa kesulitan," tegasnya.
Keberanian untuk meninggalkan pekerjaan yang tidak halal atau syubhat adalah salah satu tanda kesalehan seseorang.
"Orang-orang saleh itu adalah mereka yang berani meninggalkan sesuatu yang diragukan kehalalannya demi Allah," lanjut Ustadz Hanan.
Dalam ceramah ini, Ustadz Hanan juga memberikan contoh dari kisah para sahabat Nabi yang berani meninggalkan dunia dan harta demi ketaatan kepada Allah. "Para sahabat rela meninggalkan segala sesuatu yang mereka cintai demi mendapatkan ridha Allah," tuturnya.
Sebagai penutup, Ustadz Hanan mengajak umat Islam untuk selalu mengevaluasi diri dan pekerjaan yang dilakukan. "Mari kita introspeksi, apakah pekerjaan kita saat ini sudah halal dan berkah? Jika belum, beranilah untuk mengambil keputusan meski penuh resiko, karena itulah yang Allah kehendaki dari hamba-Nya," pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul