Sukses

Rebahan ala Rasulullah yang Penuh Berkah dan Bisa Dicontoh, UAH Ungkap Caranya

Rebahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bukan rebahan dalam arti penuh, melainkan hanya sedikit memiringkan tubuh ke kanan. Hal ini dilakukan setelah selesai beristighfar, sambil menunggu waktu Fajar tiba.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, istilah "rebahan" ngetren, terutama karena banyak orang melakukannya sebagai bentuk istirahat atau karena bermalas-malasan. Seringkali sambil scrolling HP.

Namun, jika kita melihat pada zaman Rasulullah SAW, konsep "rebahan" juga ada. Namun dengan tujuan yang sangat berbeda.

Rasulullah SAW sering beristirahat sejenak, namun bukan karena malas, melainkan sebagai bentuk refleksi, ibadah, atau memulihkan energi untuk kembali beraktivitas.

Menyitir ceramah Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang diunggah di kanal YouTube @dakwatoday mengajak umat untuk meneladani kebiasaan Nabi Muhammad SAW dalam mempersiapkan diri menjelang waktu Subuh.

Dalam ceramah bertajuk "Rebahan ala Nabi Muhammad SAW", UAH menjelaskan pentingnya bangun malam dan istighfar sebagai bagian dari persiapan spiritual menuju waktu Fajar.

Menurut Ustadz Adi, salah satu amalan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah rebahan sejenak setelah melaksanakan istighfar di waktu malam.

"Hakikatnya, kita bangun malam itu untuk istighfar di waktu Subuh, sebagai persiapan menuju Fajar," ujar Ustadz Adi dalam ceramahnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inilah Rebahan yang Dilakukan Nabi Muhammad

Rebahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bukan rebahan dalam arti penuh, melainkan hanya sedikit memiringkan tubuh ke kanan. Hal ini dilakukan setelah selesai beristighfar, sambil menunggu waktu Fajar tiba.

Tujuan dari rebahan ini adalah untuk memaksimalkan kesadaran dan kesiapan spiritual menjelang waktu Subuh.

"Nabi suka rebahan sedikit, bukan rebahan sempurna seperti yang sering dilakukan kaum rebahan saat ini," jelas Ustadz Adi. Rebahan ini dilakukan dengan posisi tubuh sedikit miring ke kanan, sambil menunggu waktu Fajar tiba agar kesadaran tetap optimal.

Ustadz Adi menjelaskan bahwa persiapan menjelang waktu Fajar sangat penting karena di saat itulah terdapat keutamaan besar. Waktu subuh dianggap sebagai momen yang sangat istimewa, sehingga Nabi Muhammad SAW mempersiapkan diri dengan baik sebelum waktu tersebut tiba.

"Ada apa di fajar itu sampai dipersiapkan sedemikian rupa? Bahkan dua rakaat sebelum subuh disebut lebih baik daripada dunia dan seisinya," lanjut Ustadz Adi, merujuk pada hadis yang menggambarkan keutamaan sholat sunnah sebelum subuh.

3 dari 3 halaman

Ajak Memaknai 2 Rakaat sebelum Subuh

Dalam ceramahnya, Ustadz Adi mengajak jamaah untuk merenungkan makna dari dua rakaat sebelum subuh. Keutamaan yang begitu besar ini, menurutnya, seringkali tidak disadari oleh banyak orang. "Kalau dua rakaat sebelum subuh dibaca dengan iman, tidak ada yang bisa menandingi keutamaannya," tegasnya.

Untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas, Ustadz Adi memberikan analogi sederhana. Ia bertanya kepada jamaah, "Antum dikasih satu juta atau dua rakaat sebelum subuh, mana yang dipilih?"

Menurutnya, sebagian besar orang mungkin lebih tergiur dengan tawaran materi, padahal nilai dua rakaat sebelum subuh jauh lebih berharga.

Ustadz Adi menekankan bahwa persiapan menuju waktu fajar bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang kesiapan hati dan jiwa. Dengan bangun malam, beristighfar, dan melakukan amalan sunnah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, seseorang dapat memaksimalkan keutamaan waktu subuh.

"Waktu subuh itu istimewa. Dua rakaat sebelum subuh memiliki keutamaan yang tidak bisa diukur dengan materi duniawi," tambah Ustadz Adi, mengingatkan jamaah tentang pentingnya menjaga sholat sunnah di waktu tersebut.

Ceramah Ustadz Adi Hidayat ini memberikan panduan praktis bagi umat Islam yang ingin meraih keutamaan di waktu Subuh dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW. Dengan melakukan persiapan fisik dan spiritual,

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.