Liputan6.com, Jakarta - Beberapa kali mungkin kita mendengar istilah "ibu durhaka," yang sering kali digunakan untuk menggambarkan seorang ibu yang dianggap telah melakukan kesalahan besar terhadap anak-anaknya.
Istilah ini biasanya merujuk pada tindakan atau perilaku yang dianggap menyimpang dari norma-norma moral atau agama yang seharusnya dijalankan seorang ibu.
Dalam ceramahnya yang dilansir dari kanal YouTube @albahjahtv, Buya Yahya memberikan pencerahan mengenai bahaya perilaku “Ibu Durhaka” dan dampaknya terhadap masa depan anak-anak.
Advertisement
Istilah ini merujuk pada tindakan seorang ibu yang tidak bijaksana dalam memilih pasangan hidup, yang dapat berdampak buruk pada perkembangan anak-anaknya.
Menurut Buya Yahya, salah satu bentuk durhaka seorang ibu adalah memilih pasangan hidup berdasarkan materi atau popularitas semata, tanpa mempertimbangkan aspek agama dan akhlak.
“Ketika seorang ibu memilih suami hanya karena harta atau ketenaran, tanpa melihat nilai-nilai agama, ini dapat menimbulkan masalah serius bagi anak-anak,” jelas Buya Yahya dalam ceramahnya.
Buya Yahya melanjutkan, dampak dari pernikahan yang tidak berdasarkan pada nilai agama dan moral ini sangat signifikan.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Nasib Anak-anaknya
Anak-anak yang lahir dari pernikahan semacam ini sering kali tidak mendapatkan pendidikan agama yang memadai, yang dapat menyebabkan mereka tumbuh tanpa pegangan moral yang kuat.
Akibatnya, anak-anak tersebut mungkin menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan mereka. Mereka bisa kehilangan arah dan terjerumus ke dalam perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama, karena tidak mendapatkan bimbingan dan nilai-nilai moral sejak dini.
Buya Yahya juga menyoroti bahwa pentingnya pendidikan agama dalam keluarga tidak bisa diabaikan.
“Orang tua, terutama ibu, harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan pendidikan agama yang baik. Tanpa pendidikan agama yang memadai, anak-anak bisa terpengaruh oleh berbagai keburukan di sekitar mereka,” tuturnya.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa memilih pasangan hidup harus didasarkan pada pertimbangan yang matang.
“Ketika memilih pasangan, kita harus memprioritaskan agama dan akhlak, bukan hanya faktor-faktor duniawi. Ini penting untuk memastikan kesejahteraan anak-anak di masa depan,” tegasnya.
Advertisement
Menikah Dasar Bukan Nilai Agama
Selain itu, Buya Yahya menambahkan bahwa banyak kasus di mana pernikahan yang tidak didasarkan pada nilai-nilai agama berakhir dengan masalah yang serius.
“Seringkali kita melihat keluarga-keluarga yang tidak bahagia karena keputusan yang diambil berdasarkan materi, bukan berdasarkan nilai agama,” katanya.
Buya Yahya juga mengingatkan tentang tanggung jawab orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak-anak mereka.
“Jika orang tua tidak menunjukkan akhlak yang baik dan tidak mendidik anak-anak dengan ajaran agama, maka mereka akan kesulitan dalam menghadapi tantangan hidup,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, Buya Yahya menggarisbawahi pentingnya konsistensi dalam pendidikan agama.
“Pendidikan agama harus menjadi prioritas utama dalam keluarga. Ini akan membantu anak-anak memahami nilai-nilai kehidupan dan menjaga mereka dari pengaruh negatif,” tambahnya.
Melalui ceramah ini, Buya Yahya berusaha memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang bahaya dari memilih pasangan hidup yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
“Pesan utama yang ingin saya sampaikan adalah betapa pentingnya membuat keputusan yang bijaksana dalam memilih pasangan dan mendidik anak-anak dengan nilai agama,” katanya.
Buya Yahya juga menekankan bahwa orang tua harus memiliki komitmen yang kuat dalam mendidik anak-anak mereka.
“Pendidikan agama bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Ini adalah bagian penting dari tanggung jawab kita sebagai orang tua,” jelasnya.
Dalam penutup ceramahnya, Buya Yahya berharap agar pesan ini bisa menyebar luas dan menginspirasi banyak orang untuk memperbaiki cara mereka dalam memilih pasangan hidup dan mendidik anak-anak.
“Mari kita bersama-sama berusaha menciptakan keluarga yang bahagia dan penuh berkah dengan mendasarkan keputusan kita pada nilai-nilai agama,” ujarnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul