Sukses

Jangan Mengeluh dan Ragukan Rezeki dari Allah, Efeknya Ngeri Kata UAH

UAH menekankan bahwa seorang Muslim tidak seharusnya mengeluh atau meragukan kasih sayang Allah hanya karena merasa belum mendapatkan rezeki yang diharapkan.

Liputan6.com, Jakarta - Mengeluh sering kali menjadi reaksi alami ketika seseorang menghadapi kesulitan atau tekanan dalam hidup.

Meskipun mengeluh bisa menjadi cara untuk meluapkan emosi atau mencari dukungan, jika dilakukan secara berlebihan, hal ini bisa memperburuk situasi dan mempengaruhi mentalitas seseorang secara negatif.

Terlalu sering mengeluh dapat mengarahkan fokus pada masalah, bukan solusi, dan menimbulkan rasa putus asa.

Dalam sebuah ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @IsengRandom-ef6ze, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan nasihat penting terkait sikap terhadap rezeki.

UAH menekankan bahwa seorang Muslim tidak seharusnya mengeluh atau meragukan kasih sayang Allah hanya karena merasa belum mendapatkan rezeki yang diharapkan.

UAH mengingatkan, "Jangan pernah Antum sekali-kali mengeluarkan kata-kata yang seakan-akan Allah menghentikan rezeki Antum."

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Sikap Itu Bisa Jadi Pembuka Kesulitan Berkepanjangan

Ia menjelaskan bahwa sikap tersebut dapat menjadi awal dari kesulitan yang lebih besar. Menurut UAH, kata-kata negatif yang keluar saat menghadapi kesulitan dapat membuat seseorang terjebak dalam mentalitas yang salah.

Sikap negatif semacam itu, menurut UAH, akan memengaruhi cara pandang seseorang terhadap cobaan yang diberikan Allah.

Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini bisa menyebabkan seseorang kehilangan arah dan bahkan berpotensi untuk meninggalkan agamanya. UAH menegaskan bahwa ini adalah bahaya besar yang harus dihindari oleh setiap Muslim.

Dalam ceramahnya, UAH juga menjelaskan bahwa meragukan kasih sayang Allah merupakan tindakan yang bisa membawa konsekuensi serius.

"Ya Allah, apakah Engkau tidak sayang dengan saya?" ujar UAH mengutip keluhan yang sering diucapkan seseorang saat merasa kecewa. Sikap ini, menurutnya, dapat memicu seseorang merasa jauh dari Allah.

UAH menekankan bahwa rezeki yang belum datang bukan berarti Allah tidak menyayangi hamba-Nya. UAH menambahkan bahwa manusia sering kali terburu-buru dalam menilai ketentuan Allah, padahal setiap ujian dan cobaan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

Dia juga mengingatkan, bahwa mengeluh atau mempertanyakan keputusan Allah hanya akan memperburuk keadaan.

"Kenapa belum diberikan juga dan sebagainya," ujar UAH, mengutip perasaan kecewa yang sering dirasakan sebagian orang.

Sikap ini, menurutnya, menunjukkan ketidaksabaran dalam menghadapi ujian kehidupan.

 

3 dari 3 halaman

Pentingnya Menjaga Hati

Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan pentingnya menjaga hati agar tetap sabar dalam menghadapi setiap cobaan. Sikap sabar ini, menurut UAH, adalah kunci untuk tetap berada dalam ketaatan kepada Allah, meskipun dalam kondisi sulit sekalipun.

Dalam penutup ceramahnya, UAH memberikan nasihat agar umat Islam senantiasa bersyukur atas segala yang dimiliki, dan tidak terbawa perasaan negatif saat menghadapi kesulitan.

Karena menurutnya, rasa syukur itu akan membuka pintu-pintu rezeki yang tak terduga.

Lebih lanjut, UAH juga menegaskan bahwa meninggalkan agama karena masalah duniawi adalah kesalahan besar.

"Itu yang paling parah," ungkapnya dengan tegas. UAH berpesan agar umat Islam tidak menjadikan persoalan dunia sebagai alasan untuk berpaling dari agama.

Dengan nada tegas, UAH menegaskan bahwa setiap kesulitan yang dihadapi seseorang adalah bagian dari ujian hidup yang akan membawa pada peningkatan iman, jika disikapi dengan kesabaran dan tawakal.

Nasihat dari UAH ini menjadi pengingat bagi setiap Muslim agar tidak terjebak dalam sikap negatif saat menghadapi kesulitan hidup.

Menurutnya, setiap ujian yang diberikan Allah selalu memiliki hikmah yang lebih besar jika seseorang mampu bersabar dan tidak kehilangan arah.

Melalui ceramah ini, UAH sekali lagi menekankan pentingnya sikap positif dan tawakal dalam setiap aspek kehidupan, terutama saat rezeki yang diharapkan belum juga tiba.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul