Liputan6.com, Jakarta - Sering kita mendengar orang meminta didoakan oleh seseorang yang sedang melakukan perjalanan jauh, seperti umrah dan haji.
Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa doa dari seseorang yang sedang dalam perjalanan, terutama perjalanan ibadah, memiliki kekuatan yang lebih besar atau lebih mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
Dalam Islam, ada hadits yang menyebutkan bahwa doa orang yang sedang bepergian, terutama jika tujuannya adalah untuk kebaikan, adalah salah satu dari doa-doa mustajab (mudah diijabah).
Advertisement
Dalam sebuah ceramah yang dikutip dari kanal youtube @rafatvislami2208, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa doa seorang musyafir memiliki keistimewaan tersendiri, terutama ketika melakukan perjalanan untuk tujuan kebaikan.
Menurutnya, perjalanan yang ditempuh dengan niat yang tulus, seperti untuk ibadah, akan mempercepat pengabulan doa.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Dua Kali Lipat Lebih Cepat Dikabulkan
UAH mengisahkan tentang seorang lelaki yang melakukan perjalanan jauh. Dalam kisahnya, Nabi mengisahkan bahwa perjalanan panjang yang dilakukan untuk ketaatan akan membuat doa dikabulkan dua kali lipat dibandingkan dengan orang biasa.
Ini menunjukkan betapa pentingnya niat dan tujuan dalam setiap langkah yang diambil.
UAH mendorong para jemaah untuk memanfaatkan waktu perjalanan mereka untuk berdoa. Ketika ada yang hendak berangkat umrah atau haji, UAH menyarankan agar mereka menuliskan doa-doa yang ingin disampaikan.
Ini adalah cara yang baik untuk mengingatkan diri dan menguatkan harapan akan pengabulan doa.
Salah satu cara yang sering UAH lakukan adalah mengumpulkan doa-doa yang dititipkan oleh teman-teman.
"Kalau mau berangkat umrah, saya biasanya menerima titipan doa," ujarnya. Doa-doa tersebut sering kali ditulis di atas kertas dan disimpan hingga tiba di tempat suci.
"Ketika berada di dekat Ka'bah, saya membaca dan memohon, 'Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, mohon kabulkan semua doa-doa yang telah dititipkan'," jelasnya.
Ini menunjukkan keyakinan UAH akan kekuatan doa di tempat-tempat yang diberkahi.
UAH juga menekankan bahwa perjalanan ke tanah suci bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga perjalanan spiritual.
Advertisement
Begini Penjelasan UAH
Ia mengajak jemaah untuk menyadari bahwa setiap langkah mereka menuju tempat ibadah adalah kesempatan untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu, UAH mengingatkan agar kita tidak hanya fokus pada permohonan pribadi. Doa untuk orang lain, terutama keluarga, sahabat, dan umat Muslim lainnya, juga sangat penting.
Dengan mendoakan orang lain, kita memperluas jangkauan doa kita dan meningkatkan peluang pengabulan.
Menurutnya, ketika kita meminta doa kepada Allah, penting untuk melibatkan rasa syukur dalam setiap permohonan.
"Sampaikan juga rasa syukur kita atas nikmat yang telah diberikan," tuturnya. Dengan demikian, kita tidak hanya meminta, tetapi juga menghargai apa yang sudah ada.
UAH juga menjelaskan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya yang berdoa. Dalam perjalanan, kita perlu ingat bahwa setiap waktu adalah kesempatan untuk berbicara dengan-Nya. "Jangan ragu untuk mengungkapkan isi hati," katanya.
UAH menekankan bahwa doa musyafir bukan hanya tentang permohonan, tetapi juga tentang pengakuan akan kebesaran Allah.
"Setiap perjalanan harus diiringi dengan pengharapan dan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa kita," tambahnya.
Selain itu, dalam perjalanan tersebut, UAH juga mengingatkan untuk menjaga akhlak dan sikap.
"Bersikaplah baik kepada sesama musyafir, karena Allah mencintai kebaikan," pesannya. Perjalanan yang baik akan memberikan dampak positif pada pengabulan doa.
Di akhir ceramah, UAH menegaskan kembali bahwa setiap perjalanan memiliki makna. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan momen tersebut untuk berdoa dan mengharapkan yang terbaik.
"Semoga kita semua diberi kemudahan dalam berdoa dan mendapatkan pengabulan dari Allah," tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul