Sukses

Gus Baha Ungkap Makna Mendalam Doa 'Rabbanaa laa Tuaakhidznaa In Nasiinaa Au Akhta'naa', Pengharapan Ampunan Allah

Mengapa kita perlu berdoa seperti ini? Gus Baha menjelaskan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami masa di mana mereka salah.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengajak umat Islam merenungkan makna dari doa yang sangat penting,

Doa tersebut ialah “Rabbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa au akhtanaa.” Doa ini mengisyaratkan permohonan kepada Allah agar kita tidak dihakimi atas kesalahan yang kita lakukan, baik karena kelalaian maupun kekhilafan.

Doa ini, yang berarti “Ya Allah, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau berbuat salah,” mengandung pengharapan yang dalam.

Ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia pasti memiliki kelemahan dan ketidaksempurnaan. Dalam konteks ini, Gus Baha ingin mengingatkan kita akan pentingnya sifat pengasih dan penyayang Allah.

Mengapa kita perlu berdoa seperti ini? Gus Baha menjelaskan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami masa di mana mereka salah.

Dalam keadaan seperti itu, berdoa meminta pengertian dan ampunan Allah menjadi suatu hal yang krusial. Kita tidak ingin dihukum atas kesalahan yang kita lakukan tanpa sengaja atau karena ketidaktahuan.

Ia mengingatkan bahwa Allah sangat memahami sifat manusia yang lemah. Dalam banyak kesempatan, kita sering kali melakukan kesalahan, baik dalam tindakan maupun dalam perkataan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Doa jadi Pengingat

Dalam hal ini, doa ini menjadi pengingat bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan penuh kasih sayang.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa dengan mendoakan hal ini, kita sebenarnya sudah memiliki perjanjian dengan Allah.

"Ketika kita melakukan kesalahan, kita berharap Allah tidak langsung menghukum kita, melainkan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri," kata Gus Baha, Dikutip dari kanal Youtube@kunadiban.

Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa.

Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat Islam, juga dikenal sangat senang ketika diberikan ampunan dan hadiah dari Allah.

Gus Baha menekankan betapa pentingnya sikap tawadhu dan ketulusan dalam berdoa. Dalam pandangannya, Allah akan lebih mendengarkan doa hamba-Nya yang tulus dan penuh harapan.

"Kita sering kali merasa cemas ketika melakukan kesalahan," tambahnya.

Namun, Gus Baha mengingatkan kita untuk tidak terlalu terpuruk. Sebagai gantinya, kita harus belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Doa ini memberi kita ketenangan hati.

Dalam pengertian yang lebih luas, permohonan dalam doa ini adalah suatu refleksi dari upaya kita untuk selalu ingat akan sifat Allah yang Maha Pengasih.

Ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak cepat menghakimi diri sendiri atau orang lain ketika melakukan kesalahan.

3 dari 3 halaman

Gus Baha Ingatkan Ini

Gus Baha juga mengingatkan bahwa dalam hidup ini, tidak ada yang sempurna. Setiap orang pasti akan melakukan kesalahan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk saling memaafkan dan memahami satu sama lain. Doa ini menjadi landasan untuk membangun sikap saling pengertian di antara sesama.

KH Ahmad Bahauddin juga mengajak kita untuk aktif dalam meningkatkan kualitas diri. Meskipun kita berdoa agar tidak dihukum atas kesalahan, kita tetap harus berusaha untuk melakukan yang terbaik.

Usaha dan doa adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam mencapai tujuan hidup.

Ketika kita mengingat doa ini, kita juga diingatkan untuk tidak menjadikan kesalahan sebagai alasan untuk terus berbuat salah.

Doa ini bukan hanya sekadar permohonan, tetapi juga merupakan panggilan untuk introspeksi diri. Kita harus berusaha menjadi lebih baik setiap hari.

Di akhir ceramahnya, KH Ahmad Bahauddin menekankan bahwa hubungan kita dengan Allah adalah hubungan yang penuh kasih.

Dengan berdoa, kita menunjukkan keinginan untuk selalu dekat dengan-Nya, meminta ampunan, dan berharap untuk mendapatkan bimbingan-Nya.

Semoga dengan merenungkan makna dari doa ini, kita dapat menjadi individu yang lebih baik dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur dan harapan akan ampunan-Nya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul