Sukses

4 Jenis Cinta dalam Islam Menurut Ibnu Qayyim

Cinta merupakan suatu fitrah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Berikut penjelasan tentang jenis-jenis cinta dalam Islam menurut Ibnu Qayyim.

Liputan6.com, Jakarta - Kata cinta, berasal dari bahasa Arab yakni hubb dan seringkali diistilahkan dengan mahabbah. Frasa cinta di dalam Al-Qur’an juga memiliki berbagai makna.

Ada yang bermakna itsar (mendahulukan atau mengedepankan), bermakna al-Mawaddah (cinta itu sendiri), dan ada juga yang bermakna an-Naf’u (bermanfaat). Cinta pada dasarnya dapat diungkapkan dengan kata-kata ataupun perbuatan.

Terkait dengan cinta, para ulama memiliki pandangan tersendiri. Ibnu Qayyim mendefinisikan cinta sebagai kehidupan sehingga orang yang tidak memiliki cinta seperti halnya orang mati.

Cinta adalah cahaya dan yang tidak memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita. Serta cinta adalah ruh iman dan amal yang bila seseorang tidak memilikinya maka ia seakan seperti jasad yang tidak memiliki ruh. 

Inilah 4 jenis cinta dalam Islam menurut Ibnu Qayyim, dikutip dari laman minanewas.net.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Mahabbatullah (Cinta kepada Allah)

Cinta jenis ini merujuk pada cinta kepada Allah dengan segala keagungan-Nya. Cinta kepada Allah memang sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat sebagai salah satu bentuk realisasi tauhid. 

Cinta kepada Allah adalah dasar dari segala bentuk mencintai yang dibenarkan dalam Islam. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 165:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Artinya: "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman mereka sangat mencintai Allah.”

Firman Allah di atas, menurut Ibnu Katsir bermaksud bahwa karena cintanya seorang yang beriman kepada Allah, kesempurnaan pengetahuannya tentang Allah, serta pengangungan dan pentauhidan kepada Allah, membuat mereka tidak berlaku syirik dan hanya beribadah kepada Allah semata. 

Makna dari cinta kepada Allah, juga dijelaskan oleh syaikhul Islam Ibn Taimiyah yang mengatakan, 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mereka mencintai Allah lebih dari kecintaan orang-orang musyrik terhadap Allah dan Tuhan-Tuhan mereka, hal itu dikarenakan mereka orang-orang musyrik melakukan kesyirikan dalam cinta (mahabbah), sedangkan orang-orang beriman mereka mengikhlaskan cinta tersebut hanya kepada Allah semesta.”

Tanda seorang muslim jujur dalam cinta kepada Allah dapat terlihat dari realisasi perbuatannya seperti mendahulukan perkara yang Allah cintai, itiba’ pada Rasulullah SAW, cinta kepada orang yang juga mencintai Allah, membenci orang yang kufur kepada Allah dan berjihad di jalan Allah.

3 dari 5 halaman

2. Mahabbah Maa Yuhibbullah (Mencintai Apa yang Dicintai Allah)

Menurut Ibnu Qayyim, jenis cinta inilah yang dapat memasukkan seseorang ke dalam Islam serta dapat mengeluarkan seseorang dari kekufuran. Beliau juga menyebutkan bahwa manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah dia yang paling hebat dalam mencintai apa yang dicintai Allah. 

Tidak hanya manusia yang cinta kepada Allah, tetapi dalam Al-Qur’an, Allah banyak sekali menyatakan cinta kepada hamba-Nya. Seperti halnya yang tertuang dalam beberapa firman Allah berikut. 

“Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah : 165)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah : 222)

“Sebenarnya barang siapa yang menepati janji dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Ali-Imran : 76)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaf: 4)

Dari beberapa ayat yang telah disebutkan di atas, terlihat bahwasanya Allah mencintai seseorang karena amal shaleh yang ia lakukan. Seseorang yang benar-benar mencintai apa yang dicintai oleh Allah akan merasa senang serta gembira dan penuh harap akan kebaikan dari orang-orang yang dicintai oleh Allah yakni hamba Allah yang taat kepada-Nya. 

Tanda seorang muslim jujur atas cinta terhadap apa yang dicintai Allah terealisasi dalam bentuk itiba’ kepada sunah Rasulullah SAW dan mencintai para sahabat Nabi atas dasar keimanan dan cinta kepada Allah. Karena mereka merupakan orang-orang yang mencintai dan dicintai oleh Allah SWT. 

Penjelasan di atas sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:

“Bukti keimanan adalah mencintai sahabat Anshar, dan bukti kemunafikan adalah membenci sahabat Anshar.” (HR. Bukhari)

4 dari 5 halaman

3. Al-Hubb Fillah wa Lillah (Cinta untuk dan karena Allah)

Dalam jenis cinta ini, dapat terlihat dari tindakan seseorang yang mencintai atas dasar keimanan dan cinta kepada Allah SWT. Rasulullah SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas radhiallahu anhu:

“Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tak mencintainya kecuali karena Allah dan benci untuk kembali kepada kakafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka.”

Hadis ini memiliki makna bahwasanya cinta seorang hamba karena Allah ditunjukkan dengan menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah SAW dan meninggalkan yang menyelisihinya. 

Orang-orang yang cintanya untuk dan karena Allah tidak akan mencintai hal-hal yang memusuhi Allah. Bahkan, hal ini pernah terjadi pada para sahabat zaman Rasulullah bahwa para sahabat lebih mencintai sesama mereka sekalipun itu budak dibandingkan keluarga mereka yang masih dalam kekufuran. 

Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Mujadillah ayat 22:

“Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.”

Maka tanda seorang muslim cintanya untuk dan karena Allah, pastinya akan terealisasi dalam bentuk amalan-alaman yang dilakukan sesuai dengan syari’at, serta tidak bersifat loyal terhadap musuh Allah dan Rasulullah. 

Orang tersebut akan beriman kepada Allah dengan mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. 

5 dari 5 halaman

4. Al-Mahabbah Ma’allah (Cinta selain Allah Bersama Allah)

Jenis cinta ini merujuk kepada cinta yang dihukumi sebagai bentuk dari kesyirikan. Cinta yang mengandung unsur tunduk, pengagungan, taat secara total, dan mengutamakan segalanya selain kepada Allah SWT. 

Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa barangsiapa yang ber-mahabbah ma’allah terhadap sesuatu (selain Allah) maka ia berarti telah menjadikan sesuatu yang ia cintai selain Allah sebagai tandingan terhadap Allah. 

Berpalingnya seorang muslim kepada selain Allah terhadap apapun disebut dengan “andad” yakni tandingan-tandingan yang dicintai selain Allah dapat berupa benda, keluarga tempat tinggal, perniagaan dan lainnya. Dengan artian bahwa cinta jenis ini merupakan cintanya kaum musyrikin. 

Dari 4 jenis cinta menurut Ibnu Qayyim, beliau menjelaskan bahwa cinta yang benar adalah cinta sesuai dengan sunnah Rasulullah, dan jika cinta tersebut tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah, maka cintanya ini bisa menjadi kesyirikan. Sesuai dengan QS. Ali-Imran ayat 31 yang menunjukkan bahwa mengikuti Rasulullah merupakan bukti kebenaran dalam mencintai Allah SWT. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.