Sukses

Kisah Mukjizat Nabi Isa ketika Ditantang Kaum Hawariyyun

Dahsyatnya mu'jizat Nabi Isa AS terlihat lewat hidangan yang turun dari langit

Liputan6.com, Cilacap - Nabi Isa AS merupakan sosok nabi yang dianugerahi banyak mukjizat. Salah satu di antaranya ialah saat meminta hidangan (makanan dan minuman) dari langit, Allah SWT megabulkannya.

Permintaan yang secara akal sangat sulit teralisasi ini dikabulkan oleh Allah SWT sebab saking cintanya Allah SWT kepadanya.

Pun demikian halnya tatkala kondisi umat muslim ketika itu kocar-kacir menghadapi perilaku Ya’juj dan Ma’juj yang beringas dan serakah yang turun jelang kiamat, Nabi Isa pun memohon doa kepada Allah SWT.

Doa Nabi Isa AS dikabulkan oleh Allah SWT hingga pada akhirnya Ya’juj dan Ma’juj dapat dikalahkan lewat perantara ribuan ulat yang menggerogoti tubuhnya hingga mereka semua tewas.

Adapun mu’jizat yang tak kalah hebatnya seperti yang telah disebut di atas yakni turunnya hidangan dari langit ini juga berkah Nabi AS. Seperti apa kisahnya? Berikut ini ulasannya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Hidangan Turun dari Langit

Mengutip muhammadiyah.or.id, Nabi Isa AS pernah berdoa kepada Allah yang terekam dalam QS. Al-Maidah ayat 114, sebagai berikut:

 قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآَخِرِنَا وَآَيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.

“Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama.”

Menurut penuturan dalam beberapa kitab tafsir al-Qur’an, bahwa yang meminta kepada Nabi Isa as supaya Allah menurunkan hidangan dari langit adalah orang-orang Hawariyun, melalui tokoh seniornya yaitu Syam’un. Hal itu dikarenakan oleh beberapa sebab, antara lain:

  1. Mereka membutuhkannya, karena kebiasaan Nabi Isa as apabila bepergian diikuti oleh ribuan pengikutnya dan mereka kebetulan kekurangan belanja untuk membeli makanan.
  2. Untuk menenteramkan hati mereka bahwasanya Nabi Isa as itu benar-benar utusan Allah.
  3. Untuk menguji apakah benar Isa as adalah Rasul Allah dan mereka meminta bukti berupa mukjizat yang kongkret bisa dilihat oleh indera mereka.

Ada pula sementara mufassir yang berpendapat, bahwa hidangan itu tidak jadi diturunkan oleh Allah, karena mereka itu takut kalau-kalau melanggarnya sesudah makan hidangan itu dan mendapat azab yang dahsyat dari Allah swt.

Menurut hemat Majelis Tarjih dan Tajdid, dengan melihat konteks ayat itu memang benar-benar Allah swt telah menurunkan hidangan itu (berupa roti dan daging atau buah-buahan) dari langit atas izin Allah swt.

Hari turun hidangan itu pada pagi atau petang hari Ahad. Karena itulah, orang Nasrani menjadikan hari Ahad sebagai hari raya.

3 dari 3 halaman

Bolehkah Mengamalkan Doa Nabi Isa AS?

Membaca ayat tersebut dalam bentuk doa menurut hemat Majelis Tarjih tidak ada salahnya, kalau yang dimaksud dengan permohonan itu untuk mendapat barakah dari Allah swt, bukan untuk diturunkan hidangan dari langit. Sebab seperti telah disebutkan sebelumnya, hidangan itu adalah bukti kemukjizatan Nabi Isa as.

Adalah hal biasa, umat-umat sebelum Nabi Muhammad saw sering meminta kepada Nabinya untuk menunjukkan mukjizat yang bersifat kongkrit.

Adapun mukjizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw yang terbesar adalah al-Qur’an yang bersifat maknawi dan berlaku sepanjang masa, bukan dengan mukjizat kongkrit (hissi) yang hanya berlaku semasa seseorang Nabi itu masih hidup, seperti tongkat Nabi Musa as, cincin Nabi Sulaiman as dan bahtera Nabi Nuh as.

Memang Nabi Muhammad saw juga pernah diberi mukjizat hissi oleh Allah, tetapi tidak atas permintaan pengikutnya. Misalnya, dalam kehidupan Nabi saw pernah terjadi hal yang mirip dengan peristiwa Nabi Isa as di atas, yaitu ketika rombongan Nabi saw kehabisan air minum dan air wudlu dalam perjalanan umrah yang tidak jadi di Hudaibiyah, air hanya tinggal satu timba saja tidak ada yang lain lagi.

Lalu Nabi saw memasukkan tangan beliau ke dalam air dalam timba (ember) itu. Setelah itu air keluar dalam timba-timba yang lain, semuanya diisi penuh, sehingga 1200 orang dapat minum dan berwudlu. Hal itu tidak terjadi karena permintaan sahabat atau tantangan sahabat kepada Nabi saw. Hal ini tidak berarti bahwa umat Nabi Muhammad saw tidak mempunyai kekhususan-kekhususan.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul