Sukses

Sindiran Kocak Ustadz Das'ad Latif soal Jilbab 'Sakaratul Maut' ala Muslimah Indonesia

Ustadz Das'ad dikenal dengan gaya ceramah yang santai namun penuh makna, kali ini membahas tentang fenomena jilbab di Indonesia yang menurutnya unik dibanding negara-negara lain.

Liputan6.com, Jakarta - Jilbab memiliki fungsi penting dalam kehidupan seorang Muslimah. Selain berfungsi sebagai pelindung aurat, jilbab juga melambangkan kesopanan dan penghormatan terhadap diri sendiri serta orang lain.

Dengan mengenakan jilbab, seorang wanita tidak hanya menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai agama, tetapi juga menciptakan ruang bagi penilaian yang lebih dalam terhadap kepribadian dan akhlaknya.

Dalam sebuah ceramah yang dikutip melalui kanal YouTube @Generasi-NU, Ustadz Das'ad Latif mengundang tawa para jemaah dengan guyonan khasnya tentang gaya berkerudung para perempuan Indonesia.

Ustadz Das'ad dikenal dengan gaya ceramah yang santai namun penuh makna, kali ini membahas tentang fenomena jilbab di Indonesia yang menurutnya unik dibanding negara-negara lain.

Dalam ceramahnya, Ustadz Das'ad menceritakan pengalamannya berdakwah di berbagai negara, seperti Malaysia, Brunei, hingga Arab Saudi. Menurutnya, di negara-negara tersebut, cara memakai jilbab cenderung sederhana.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Begini Orang Indonesia Pakai Jilbab

"Saya ceramah di Malaysia, jilbabnya perempuan segitiga kasih peniti selesai. Brunei juga begitu, Filipina Selatan juga begitu, Saudi lubang satu masuk selesai," ujarnya disambut tawa jamaah.

Namun, ketika sampai di Indonesia, Ustadz Das'ad mengaku terkejut dengan model jilbab yang dikenakan oleh para ibu-ibu. Dengan penuh canda, ia menyebut jilbab di Indonesia sebagai "Jilbab sakaratul maut."

"Tahu jilbab sakaratul maut? Dia kasih dulu kain dua meter, dia ikat di lehernya ya kan? Tiga lapis, kuning, biru, krem. Dikasih miring lagi sedikit, kayak ada pohon mangga di belakang sini ada kring-kringnya, tik tik tik tik," tambahnya, sambil mempraktikkan gaya memakai jilbab tersebut.

Pernyataan tersebut disambut gelak tawa para jemaah yang hadir. Ustadz Das'ad pun melanjutkan guyonannya dengan menirukan percakapan antara suami dan istri saat waktu salat tiba.

"Begitu tiba waktu sholat, Hayya Ala Sholaah, kata suaminya, 'Eh, saya sudah jualkan kau sawah itu untuk kau haji, kau pergi sholat dulu, sayang,'" ujarnya, membuat jamaah semakin tertawa terbahak-bahak.

Namun, yang membuat jamaah semakin tak kuasa menahan tawa adalah ketika Ustadz Das'ad melanjutkan percakapan sang istri yang menolak segera sholat karena jilbabnya terlalu rumit dilepas.

"'Heh, kau sadar, Pak! Sadar! Saya ini suruh kau sholat. Kau sadar, Pak! Eh sadar, kau gak lihat ini jilbabku satu jam dipakai, dilepas lagi,'" ucapnya menirukan gaya bicara istri yang kebingungan dengan jilbabnya.

3 dari 3 halaman

Ini Inti Ceramahnya

Ceramah dengan nuansa humor seperti ini memang menjadi ciri khas Ustadz Das'ad Latif. Meskipun disampaikan dengan candaan, pesan yang dibawanya tetap kuat dan relevan.

Ia mengingatkan bahwa dalam menjalankan ibadah, kesederhanaan dan kenyamanan adalah hal yang seharusnya diutamakan, bukan justru ribet dengan urusan penampilan.

Guyonan soal jilbab ini bukan pertama kali ia lontarkan dalam ceramahnya. Ustadz Das'ad memang kerap kali menyelipkan humor dalam dakwahnya untuk menarik perhatian dan membuat jamaah lebih santai.

Bagi para pendengarnya, hal ini menjadi daya tarik tersendiri karena dapat memecah suasana serius menjadi lebih ringan dan menyenangkan.

Tidak hanya di Indonesia, Ustadz Das'ad juga telah menyampaikan dakwah di berbagai negara. Pengalaman luasnya dalam berinteraksi dengan berbagai budaya membuatnya mampu menyoroti hal-hal unik dan membandingkannya dengan situasi di tanah air.

Salah satunya adalah perbandingan gaya berpakaian, seperti jilbab, yang kerap ia jadikan bahan humor dalam ceramahnya.

Meskipun demikian, Ustadz Das'ad tetap menekankan pentingnya niat dan keikhlasan dalam beribadah. Ia menegaskan bahwa yang terpenting dari berjilbab adalah menutupi aurat sesuai ajaran agama, bukan sekadar fashion yang terkadang malah membuat repot diri sendiri.

Ceramah Ustadz Das'ad Latif ini tidak hanya menyentuh masalah busana muslim, tetapi juga memberikan pelajaran tentang pentingnya keseimbangan antara ibadah dan penampilan.

Ia berharap jamaah, terutama kaum perempuan, bisa mengambil hikmah dari ceramahnya meskipun disampaikan dengan cara yang lucu.

Banyak yang mengapresiasi gaya dakwah Ustadz Das'ad karena mampu membumikan ajaran agama dengan pendekatan yang mudah diterima oleh semua kalangan. Dengan humor yang ringan namun tetap berbobot, ceramah-ceramahnya selalu dinantikan oleh masyarakat.

Melalui humor soal jilbab Indonesia, Ustadz Das'ad juga menyelipkan pesan bahwa agama Islam adalah agama yang mudah dan tidak mempersulit umatnya dalam menjalankan ibadah.

Sesuatu yang sederhana, asalkan memenuhi syarat-syarat agama, seharusnya sudah cukup tanpa perlu tambahan yang berlebihan.

Dengan gaya penyampaian yang jenaka namun sarat makna, Ustadz Das'ad terus menjadi salah satu dai yang digemari banyak kalangan, baik di dalam maupun luar negeri.

Setiap ceramahnya selalu ditunggu karena selain mendapatkan pengetahuan agama, jamaah juga dihibur dengan guyonan khasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul